Friday, April 24, 2009

MATI LAMPU

Salah satu teman saya bilang kalau dia suka saat-saat mati lampu seperti ini. Mati lampu di malam hari yang gelap, alasannya karena entah mengapa dia merasa suasana jadi sedemikian hening dan tenang, guyup dan mendadak semua pada berkumpul dengan lilin yang menyala di kamar salah seorang teman kos. Satu, dua lilin menyala dan saat berkumpul seperti arena setor wajah setelah dua minggu yang padat berkubang dengan buku-buku, pc atau laptop, betah berkandang di kamar selama berjam-jam gara-gara ujian tengah semester yang melelahkan.

Seolah kami menata dan menebus waktu yang kemarin-kemarin terbuang, bertatap muka cuma sepintas dan tak berkualitas. Mata menelanjangi lilin, terkadang pandangan berlari ke arah langit yang cerah dan terang meski bintang malam itu cuma sedikit. Dengan telinga awas mendengarkan, berbagi apa saja yang telah ada, tentang dua minggu yang dingin, tentang dua minggu yang bosan dan sesak dengan ujian tengah semester, tentang perkembangan hubungan-hubungan, tentang kompor gas di dapur yang ngadat. Apa saja.

Ditengah-tengah itu saya mengerti, kenapa salah satu teman kos saya itu sangat menyukai saat-saat lampu mati. Momen kecil yang indah meskipun sederhana ini memang seperti oase setelah minggu-minggu padat kami. Saya senang, ada letupan indah yang familiar di dalam hati saya yang kemudian membuat saya berhenti merutuk akan lampu yang mati, akan ponsel saya yang baterenya sudah sangat lemah, dan jangan tanya kenapa saya sebal dengan ini(saya kehilangan satu ponsel saya kemarin, untungnya satunya lagi masih ada).

Kami terlarut dalam suasana itu cukup lama, sampai salah seorang teman menginterupsi bahwa dia ada janji keluar, kemudian beberapa mengatakan hal yang sama. Jadi sepi dan saya bosan dengan ponsel yang lowbatt, dengan kegelapan yang membingungkan (satu hal lain yang membuat saya tersenyum dalam gelap adalah stiker glow in the dark saya yang menyala begitu cantik di dinding kamar) memutuskan untuk keluar kos juga. Menyelami gelap di luar kamar-kamar dalam langit terang.

Oh ya ampun, saya benci mati lampu pada jam-jam habis magrib sampai malam seperti ini. Tak apalah lampu mati saat tengah malam menjelang pagi, sekalian saja merintangi orang-orang yang keluyuran dugem itu (aduh, kok saya jadi sentimen gini sih?). Saat-saat mati lampu seperti ini justru membuat saya bingung mau ngapain. Baca buku, ngga kelihatan, main game di laptop juga ngga mungkin terus-terusan. Jadi terdamparlah saya dengan sengaja di sebuah warung kopi pinggir jalan yang menyediakan fasilitas hotspot gratis (ketawa dodol). Emang gratis sih, tapi berhubung pengunjungnya bukan cuma saya jadi lemotnya amat sangat sekali. Jadi maaf, cuma bisa nge-post aja, ngga bisa menjalankan blogwalking seperti biasa T,T



11 comments:

  1. baru kasih komen.... mampir sini ajah... ada hotspot gratis di sini... lumayan cepet kok.. he.. he...

    ReplyDelete
  2. wah saya suka mati lampu, karena kalau mati lampu saya bisa gak main kompi dan langsung tidur hehehe,

    kalau gak mati lampu, godaan tuk main komputer sampai pagi2 gak bisa ditahan, huhuhu

    ReplyDelete
  3. dudud, buat apa matiin lampu tengah malam menjelang pagi, kr jam sgeitu intensitas orang yg make listrik kecil.

    jadi, sia sia wkwkwkkw

    ReplyDelete
  4. Jiah,dimana tuh ada warung kopi yg menyediakan hotspot gratis? Mau dunk.. *Dodol mode on*

    ReplyDelete
  5. Mati lampu gelap-gelapan enaknya buat tidur aja
    gak usah kemana-mana.

    ReplyDelete
  6. di deket kosan(sekitar watugong) banyak mba ajeng ;P

    ReplyDelete
  7. setidaknya hemat listrik lho! he he he...

    ReplyDelete
  8. mati lampu belon mbayar uang kos ya non
    hehehe
    ga ding

    lampu mati menyebabkan aku ga bisa kerja
    kalo lagi ga ada kerja sih enak, bisa mbuat istirahat sebentar, merenung, dll

    ReplyDelete
  9. pemadaman bergilir kayaknya (kayaknya sih mehehehe)

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home