Monday, November 23, 2009

Uli, Bunga Mawar dan Kupu-kupu

pic taken from random
Uli si Ulat merenung dari dahan pohon sepatu, termangu-mangu hampir memejamkan mata dengan semilir angin yang mengayun tempatnya berada perlahan. Uli selesai makan, salah satu daun berlubang-lubang di dekatnya menjadi saksi.

Mata Uli menangkap-sosok-sosok indah bagai peri manis yang berterbangan, Kupu-Kupu. Mereka begitu manis, layaknya kue muffin warna-warni yang sempat dilihat Uli ketika lewat jendela dapur manusia.

Mereka terbang menghinggapi bunga dan mengisap madunya. Begitu indah dan menakjubkan, Uli terkagum-kagum. Uli tahu nantinya ia akan menjadi seperti mereka kendati sekarang ia buruk rupa dan tak diinginkan, tentu dia akan cantik sekali nanti. Uli menggulung diri sendiri pelan-pelan, meregangkan tubuh. Walau tahu Uli nanti akan menjadi Kupu-Kupu, dia tidak tahu kapan tepatnya saat-saat itu. Angin semakin merayu, Uli terbujuk dan hanyut dalam tidur.
===
Uli jatuh cinta. Hari ini ia jatuh cinta, saat sedang nekat berjalan-jalan dari satu dahan ke dahan lain. Bukan, Uli tidak jatuh cinta pada seekor Ulat sepertinya atau mahluk manis yang dia kagumi: Kupu-Kupu.

Uli jatuh cinta pada bunga Mawar, yang merekah megah dengan cantiknya di situ. Uli menemukan dan kemudian jatuh cinta, pada wangi uniknya, pada mahkota berlapisnya, pada semua yang ada pada rumpun Mawar itu. Uli sungguh ingin mengatakan pada mawar, dia jatuh cinta setengah mati pada bunga itu, berulang kali dia berteriak-teriak dari tempatnya saat berpijak, di dahan bunga Bougenvile meneriakkan perasaannya pada Mawar. Tapi luapan perasaan itu dengan kejam ikut terhanyut angin, tak juga sampai pada Mawar.

Uli menuruni Bougenvile dan menghampiri rumpun bunga Mawar, berpijak pada tanah. Dekat sekali ia sekarang dengan Mawar, kembali ia meneriakkan rasanya pada mawar dengan lantang, dengan sepenuh hati. Tapi mawar tetap kokoh, entah memang tidak mendengar atau tidak mau dengar.

Uli terengah, menenangkan dirinya yang baru saja menggerakkan tenaga untuk berteriak sepenuh hati. Dan Uli memutuskan dia harus bisa mendekati kelopak Mawar, Uli baru saja hendak meniti batangnya ketika mendapati duri-duri itu sungguh besar, tajam dan berbahaya untuk seekor Ulat mungil seperti dirinya. Pasti duri itu akan sangat mudah merobeknya menjadi serpih kecil.

“Mawar, kenapa pula ada duri di tangkaimu?” suara Uli rendah dan sedih.

Tiba-tiba Mawar menyahut: “Tentu saja untuk melindungi diri dari yang tidak diinginkan.”

Uli tersentak dan mendongak: “Ya, tentu saja maksudnya salah satu di antara yang tidak diinginkan itu kau, nanti kau bisa merusak daunku, mengurangi keindahanku,” Mawar berkata dengan suaranya yang mendalam, anggun dan tertata.

“Aku tentu saja tidak memakan daunmu atau merusakmu, sungguh aku hanya ingin melihatmu dari dekat.... aku hanya kan berbicara sebentar padamu dan setelah itu sudah,” Uli tercekat memohon.

“Aku tidak peduli, jika engkau ingin dekat-dekat denganku kau harus keluar dari kepompongmu dulu dengan wujud bersayap indah seperti coretan maestro di atas kanvas, “ tegas Mawar.

Perlahan Uli kembali ketempatnya bernaung, dahan pohon bunga sepatu. Menatap jauh pada mawar yang tegap di tangkainya. Bertanya-tanya dalam hati tentang kapan berubah menjadi Kupu-Kupu.
===

Entah sudah hari keberapa, rasanya Uli tidak sabar dan jadi begitu lelah menunggu. Menunggu jadi kepompong dan keluar dari sana dengan wujud indah. Uli tidak pandai menghitung, dia bahkan tidak tahu ini sudah hari keberapa sejak ia mengerti dunia, tapi Tia dan Abu yang berbarengan lahir dengannya, kini sudah jadi kepompong, hari ini disinyalir mereka akan keluar dari dalamnya dengan sayap yang telah berhari-hari dinginkan Uli.

Sepasang Kupu-Kupu menyapa Uli yang tengah termangu.

“Ahay!” Uli kebingunan, Mereka Tia dan Abu, wussshhh...

Angin berbisik selintas, membuat kelu hati Uli. Oh... ternyata mereka sudah berubah jadi Kupu-Kupu, bisik hati Uli iri.

Sudah lama sekali, Uli merasa lemas sekali. Ia lelah menunggu dan mulai berhenti mencoba berhitung akan seberapa banyak waktu yang telah terlewat demi sayap impian untuk Mawar. Ia juga bosan bertanya pada burung Gagak, atau Prenjak, atau Pipit yang kebetulan mampir dekat tempatnya tinggal. Tapi Uli tahu, dia akan menjadi kepompong dan menjadi Kupu-Kupu. Uli tahu karena mendengar lagi-lagi dari angin, kalau Tia dan Abu telah meninggal.

Uli merasa begitu rapuh fisik dan hatinya, berhari-hari ia mencuri lihat Mawar bermandikan matahari atau kemilau disiram cahaya bintang, atau bagai bertaburan permata ketika embun menyelimutinya di pagi hari. Mawar tetap indah dan tetap membuatnya jatuh cinta, cinta yang bukannya susut tetapi malah semakin membengkak dari hari ke hari. Pernah beberapa kali mereka bersitatap, tapi Mawar mengelak dalam hitungan detik dengan wajah enggan, membuat hati Uli serasa ditikam durinya.

Mawar tak termiliki olehnya, oleh ulat bulu sepertinya. Mawar hanya bisa dimiliki oleh mahluk bersayap elok bernama Kupu-Kupu, dia selalu menerima mereka dengan senyum rekah dan paras terbaik, Uli sungguh iri. Dia tidak ada seujung kukupun jika dibandingkan dengan pesona mereka. Uli merasa kesakitan merambati hatinya seperti darah mengaliri nadi, dia memang tidak pantas memiliki mawar. Uli semakin lemah, kantuk menguasainya.

Angin meniup-niup lembut dan nyanyian burung Prenjak begitu menenangkan. Uli membiarkan dirinya sekali lagi terbujuk, terhanyut, kantuknya benar-benar sudah keterlaluan, kemudian mata Uli terpejam semakin rapat... dan lebih rapat lagi.

Bermimpi jadi Kupu-kupu, Uli berharap mimpinya tidak akan pernah usai.

(diedit lagi dibeberapa bagian, Untuk siapapun yang merasa dirinya ulat yang tak pernah berubah jadi kupu-kupu)

22 comments:

  1. Ulat, pasti berubah jadi kupu-kupu.
    Pasti - Pasti - pasti!

    (kok marah? hehehhehehe..)
    Karena saya sudah pernah merasa jadi ulat, yang tidak pernah diperhatikan, namun, ketika menjadi kupu-kupu saya tidak lantas terbang tinggi-tinggi.. Masih ingat menderitanya diacuhkan jadi ulat kok.
    Nice story, oiiii!

    :)

    ReplyDelete
  2. persahabatan bagai kepompong
    na..nanan,...nananana....
    eh kok malah nyanyi aku jadinya

    ReplyDelete
  3. Ulat sudah ditakdirkan jadi kupu2..jadi sabar..sabar, kalo ngga jadi kupu2 paling-paling karena di catok ayam atau keinjak sepatunya non Nindya..he..he

    ReplyDelete
  4. Semua ada masanya. ketika masih ulat, nikmatilah kehidupan sebagai ulat. karena ketika ulat berubah menjadi kupu, ia akan menemukan hal2 baru yg juga indah. Semua indah pada waktunya kan?

    ReplyDelete
  5. aku tau maksudmu bukan sekedar menjdi ulat yg pasti jd kupu2,tp lbh dri itu dan... menyentuh nyin...*baca sambil nangis*

    ReplyDelete
  6. lihat, kau selalu bisa menyuguhkan yang terbaik!

    btw, ada sambungannya, kah?

    ReplyDelete
  7. ah... ulat yang tidak pernah menjadi kupu-kupu... rasanya itu kok menyalahi kodrat mbak... dengan usaha sungguh-sungguh, kesabaran, kebaikan dan pasrah pada rencana-Nya... ulat pasti akan berubah menjadi kupu-kupu...

    ReplyDelete
  8. @mbk gek, ahahahahah ngga usah ngamuk2 gitu mbak. . :p iya deh iya pasti
    .
    @atta, bisa dijadiin alternatif nyanyi di kmr mandi ya ta. .nyanyi di blog
    .
    @mas noor, sial amat ya si ulat :p smg dia ngga keinjek aku deh

    ReplyDelete
  9. @mba fanda, indah pada waktunya hemm. .aku selalu suka kalimat ini
    .
    @mba fani, makasih mbak :D
    .
    @nchi, dari semua orang yang komentar kayaknya kamu yg paling ngerti apa sbenernya yg aku masukan k dlm tulisan ini ya nchi. . Aku tetep inget pertanyaanmu wkt d Ym itu :)
    .
    @mas hafid, makasih mas. .penasaran ya? Kyknya ngga ada lanjutan deh
    .
    @mas gun, namanya juga cerita mas. .kita kan bebas mikir apa aja. .layaknya jin keluar dari lampu aladdin

    ReplyDelete
  10. sepertinya aku masih merasa seperti ulat
    entah deh, aku sendiri blum bisa yakin apa udah berubah jadi kupu-kupu atau belom.
    yang jelas, sih, kalo kupu-kupu malem bukan aku banget...hihi *dijitak Anin*

    ReplyDelete
  11. lho ada ya nind ulat yang tidak bisa jadi kupu2 ?

    mmm, harus bersabar aja kali ya tuh ulat, suatu saat akan punya sayap juga.

    ReplyDelete
  12. hmm... uli pasti jadi kupu-kupu kok... jangan pernah berhenti bermimpi,, hoho... ;)

    ReplyDelete
  13. @mba clara, hahaha masih mending.. aku nih jadi kepompong ngga keluar keluar.. keburu males keluar, kelewat nyaman di dalem kepompong mbak.. hehe
    .
    @jonk, nah makanya bro.. ironis kan ya? hanya majas perumpamaan kok :p
    .
    @yolis, iya cuma dalam mimpi aja si uli jadi kupu-kupu.. dia mati diakhir cerita sista..

    ReplyDelete
  14. cuma mampir dulu Nindya.... bacanya dilanjutin besok, udah malam soalnya...

    ReplyDelete
  15. foto yang diatas... kereeeeeen banget sumpah... kena banget feelnyah.... salam kenal...

    uu iya... uda ku follow lho....

    ReplyDelete
  16. nin, pertanyaan sayah, apakah si uli itu berharap terlalu tinggi ya?
    sama kaya sayah ngarepin Christian sugiono *halahhh*

    ps. senangnya blogspot udah ga di blok lagih ama smart :), jadi bisa bw dehhh kemarih

    ReplyDelete
  17. @oom tri, iya oom :) udah waktunya ngiler nih :p

    @rangga, sesuai dengan suasana hati waktu itu (kapan ya? lupa):p

    @mba quinie, ada dua persepsi : berharap terlalu ketinggian dan ngga kesampean (kayak aku yang ngarep bisa ketemu live sama synyster gates juga)
    2. ya gayung tak bersambut aja :p
    ahahah sama mbak, soalnya aku juga pake smart ;)

    ReplyDelete
  18. uli pasti menggumang dalam hati, "kalo nanti aku jadi kupu-kupu yang indah, awas pasti yang menjelek-jelekkanku saat jadi ular takkan kubiarkan menikmati keindahanku!"

    ReplyDelete
  19. Si Uli itu ulat bulu kali yeh??
    koq nggak berubah sih??

    ReplyDelete
  20. @heru, hahahaha untung ulinya bukan kamu.. kok jadinya dendam kesumat sih? qiqiqiqiqiq

    @oom setiawan, namanya juga cerita oom :)

    ReplyDelete
  21. sepertinya.hanya kmatian yg mnghalangi seekor ulat untuk brmetamorfosa mnjd kupu2 cantik...

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home