Thursday, April 30, 2009

DIA TETAP BERTAHAN DIAM

Aneh...
Betapa menunggu jadi saat-saat yang sakral dan menakutkan. Saat-saat menunggu ponsel bergetar, menanti nama yg berada diurutan paling atas inbox. Mendadak kecewa,ketika itu bukan dia.
Berharap. .Berharap. .

Drrrt. . Akhirnya!
Seluruh sel tubuh mengejut tak terduga,
mampu membuat semua penantian tidak jadi percuma.
Melihat layar dengan lega, terima kasih Tuhan...
menahan nafas ketika proses pesan terbuka. Bahu merosot dan mengeluh. Bukan dia lagi..
Marahkah? Terlalu tergambarkah harapan hingga membuat dia enggan? Ataukah dia hanya butuh waktu, sengaja mengulur agar tak terlihat kelewat antusias?
Menambah spasi antara dua jiwa, mungkin satu sisi berusaha membuat yang lain merindu dan ingin mengukur perasaan yg tersembul.

untuk siapapun yang tengah menunggu ponsel meneriakkan kabar




P.S. ada award dari mba quinie yang aku terlambat tau. maaf yah mbaa... jadi baru bisa dipasang


dan akan diteruskan kepadan opink, teman SMA sesama mantan karikaturis tersayang... mba sari yang punya butik, oom monas yang ketakutan putrinya bakal saya culik, the armstrong yang lama ngga kelihatan dan tukang komen (sengaja saya bagi untuk orang-orang yang sepertinya belom dapet award ini -- hah? iya ngga sih? atau perasaan saya aja ya?)
ngga sampe sepuluh sih, seadanya aja ;P pada kenyataannya temen ngeblog saya ngga banyak-banyak amat :P
dengan posting ini, sekalian pengen nanya untuk teman-teman yang nyimpen awardnya pada jendela samping ber scroll- gimana caranya ya? (gaptek mode on)

Friday, April 24, 2009

MATI LAMPU

Salah satu teman saya bilang kalau dia suka saat-saat mati lampu seperti ini. Mati lampu di malam hari yang gelap, alasannya karena entah mengapa dia merasa suasana jadi sedemikian hening dan tenang, guyup dan mendadak semua pada berkumpul dengan lilin yang menyala di kamar salah seorang teman kos. Satu, dua lilin menyala dan saat berkumpul seperti arena setor wajah setelah dua minggu yang padat berkubang dengan buku-buku, pc atau laptop, betah berkandang di kamar selama berjam-jam gara-gara ujian tengah semester yang melelahkan.

Seolah kami menata dan menebus waktu yang kemarin-kemarin terbuang, bertatap muka cuma sepintas dan tak berkualitas. Mata menelanjangi lilin, terkadang pandangan berlari ke arah langit yang cerah dan terang meski bintang malam itu cuma sedikit. Dengan telinga awas mendengarkan, berbagi apa saja yang telah ada, tentang dua minggu yang dingin, tentang dua minggu yang bosan dan sesak dengan ujian tengah semester, tentang perkembangan hubungan-hubungan, tentang kompor gas di dapur yang ngadat. Apa saja.

Ditengah-tengah itu saya mengerti, kenapa salah satu teman kos saya itu sangat menyukai saat-saat lampu mati. Momen kecil yang indah meskipun sederhana ini memang seperti oase setelah minggu-minggu padat kami. Saya senang, ada letupan indah yang familiar di dalam hati saya yang kemudian membuat saya berhenti merutuk akan lampu yang mati, akan ponsel saya yang baterenya sudah sangat lemah, dan jangan tanya kenapa saya sebal dengan ini(saya kehilangan satu ponsel saya kemarin, untungnya satunya lagi masih ada).

Kami terlarut dalam suasana itu cukup lama, sampai salah seorang teman menginterupsi bahwa dia ada janji keluar, kemudian beberapa mengatakan hal yang sama. Jadi sepi dan saya bosan dengan ponsel yang lowbatt, dengan kegelapan yang membingungkan (satu hal lain yang membuat saya tersenyum dalam gelap adalah stiker glow in the dark saya yang menyala begitu cantik di dinding kamar) memutuskan untuk keluar kos juga. Menyelami gelap di luar kamar-kamar dalam langit terang.

Oh ya ampun, saya benci mati lampu pada jam-jam habis magrib sampai malam seperti ini. Tak apalah lampu mati saat tengah malam menjelang pagi, sekalian saja merintangi orang-orang yang keluyuran dugem itu (aduh, kok saya jadi sentimen gini sih?). Saat-saat mati lampu seperti ini justru membuat saya bingung mau ngapain. Baca buku, ngga kelihatan, main game di laptop juga ngga mungkin terus-terusan. Jadi terdamparlah saya dengan sengaja di sebuah warung kopi pinggir jalan yang menyediakan fasilitas hotspot gratis (ketawa dodol). Emang gratis sih, tapi berhubung pengunjungnya bukan cuma saya jadi lemotnya amat sangat sekali. Jadi maaf, cuma bisa nge-post aja, ngga bisa menjalankan blogwalking seperti biasa T,T



Wednesday, April 22, 2009

KEHILANGAN

ingat saat kamu pergi, dan hati aku bengkak? tidak, kamu tidak ingat. tidak,
kamu tidak mengerti.dan aku bodoh karena bertahan menunggu kamu disini.
Entah kapan saya menulis kalimat-kalimat itu. Tapi sepertinya sudah lama sekali. Sengaja saya kutip karena memiliki kesamaan dengan yang sedang saya rasakan saat ini, kehilangan. Sama-sama merasakan kehilangan dengan saat saya menuliskan kalimat-kalimat itu pada waktu yang entah kapan. Memang sih beda bentuk kehilangannya, tapi intinya... yeah tetap saja kehilangan. Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan saya. tapi dalam kurun waktu sebulan, saya sudah kehilangan begitu banyak hal.
· Saya kehilangan Mak (nenek saya)
· Saya kehilangan hubungan baik dengan kakak sepupu, dikarenakan hati dalam tanda petik
· Saya kehilangan ponsel
· Saya kehilangan Kartu Tanda Mahasiswa
· Saya kehilangan ATM
· Saya kehilangan dompet HP
· Saya kehilangan uang
Saya lama bersedih, bingung dan hanyut dalam pikiran-pikiran tidak nyaman. Ponsel saya, memang kacanya sudah retak tapi saya tidak pernah ingin kehilangannya dengan cara yang sedemikian menyebalkan, dicopet tanpa saya sadari. Saya susah melepaskan diri dengan benda-benda tertentu yang lama berada disamping saya meskipun sudah rombeng. Seperti sepatu kets hijau saya yang saya sayangi, pernah jebol, pernah sobek, lecek-lecek… tapi setiap kali rusak saya selalu mengusahakan untuk memperbaikinya. Selalu, meskipun mengurangi kenyamanannya. Tapi saya suka. Dan setelah seminggu di tukang sepatu, akhirnya bisa saya gunakan kembali.

sepatu kets ijo tercintakuu..
Untunglah..
Dan saya merana bahkan sampai saat ini, niat menambahkan foto yang mewakili isi tiap postingan saya pun tidak bisa diambil karena tidak adanya ponsel berkamera saya (T.T)

Dina bilang, jika saya adem ayem saja lalu tiba-tiba kehilangan mungkin saya punya suatu hutang dengan orang yang terlupakan (entah janji entah apa) atau menyakiti hati seseorang dengan parah tanpa saya sadari. Hmm, tidak pernah mendengar teori kehilangan semacam ini sih. Tapi kalau ada yang merasa pernah saya sakiti… melalui media ini, maafkan saya.


P.S. Oh men ternyata saya salah ngambil awardnya mba ana, yang bener ini bukan yah?
dan ada award juga dari mba fani

senangnya, terima kasih ya mba... :) :)

Friday, April 17, 2009

KEHEBATAN WAKTU

Tanpa sengaja saya menemukan catatan lama saat sedang membereskan kamar, diantara tumpukan buku-buku lama. Catatan yang tidak pernah terpikir akan saya temukan saat itu. Benar-benar sudah lama tidak lagi saya gunakan untuk menjejakkan apa saja yang ada dalam pikiran. Catatan yang ada mulai saya tengah menjalani bimbingan belajar praSPMB, turut serta ketika kuliah semester satu sekaligus merangkap catatan dimana uneg-uneg saya berjejak.

Saya baru sadar ketika membuka-buka halamannya bahwa saya tidak hanya menuliskan pikiran saya disitu, tapi juga perasaan. Bukti-bukti valid jika waktu itu saya sedang terjebak dalam kegilaan parah. Mendapati tapak-tapak kaki sisa masa lalu. Rasa yang bulat satu serta ceceran kekaguman yang tak hanya sepercik. Saya tertawa sendiri membacanya (tanda-tanda idiot ringan). Oh ya ampun, itu tentang saya… dia,dia dan dia.

Saya merasa begitu aneh membaca apa saja yang telah saya tulis dan lama tidak dibaca. Betapa waktu bisa menyembuhkan luka, betapa waktu bisa merubah segala. Betapa semuanya indah pada akhirnya, ketika kita menengok ke belakang dan mendapati diri kita sudah jadi satu sosok yang berbeda. Lebih…lebih bisa mengerti dan memahami makna.

Saya ingat bagaimana saya sering terbangun dan menangis pada malam gelap, lelah menyapu ingus dan air mata yang berleleran jadi satu. Bingung meredakan rasa sakit yang membuncah dan menyebar pecah di seluruh serat tubuh. Karena dia….

Membayangkan apa salah saya sepanjang waktu, sepanjang hari. Merusak hari-hari saya yang seharusnya indah. Membuat mendung selalu tak henti bernaung diatas kepala saya.

Dan sekarang, saya bisa dengan entengnya melihat dia dan menyapa dengan wajar seperti : “oh hai…! Kamu toh ternyata?” sambil ketawa tanpa beban.

Pernah, ketika sedang membagi rasa dengan salah seorang teman… tentang betapa saya tidak melihat salah seorang mantan tidak sama seperti dulu lagi, saat saya berkubang dalam kebodohan berkelanjutan. Teman saya tertawa sambil bilang, “tuh kan… dulu kamu bilang mission impossible akan bisa meninggalkan perasaan-perasaan bodoh itu. Sekarang apa?” dan saya menanggapinya dengan cengiran lebar.

Saya kagum, oleh waktu yang telah berhasil merubah saya. Yang telah berhasil merubah perasaan saya. segala kesakitan tentang melupakan dan dilupakan memang tidak mudah untuk dilewati. Namun seperti biasa, waktu akan mampu menyembuhkan dan menambali luka yang pernah muncul. Memang akan ada bekas yang bisa kita rasa. Tapi, dengan bekas yang terasa itu…. Tidakkah kita melihat segala hal yang kita miliki dengan ‘sembuh’ akan lebih indah?


P.S. award dari mba ana. makasih mba... ini aku pasang :)

Wednesday, April 8, 2009

HUBUNGAN BUKAN TUNA KALENGAN

Hubungan dalam persepsi kita seringkali disamakan dengan tuna kalengan.

Mempunyai batas-batas lewat, batas-batas kadaluarsa yang diberlakukan. Pada awalnya membuat orang yang melihat, menaksir dan mengingini akan mencari-cari tanggal kadaluarsa. Berikutnya akan membandingkannya dengan produk lain dengan jenis sama. Yang akhirnya dipilih adalah yang paling lama menjanjikan untuk bisa disimpan dengan awet.

Ketika disimpan beberapa waktu dan lantas kita lupa akan kehadirannya, satu saat tanpa sengaja kita akan melihat wujudnya dipojok lemari es, teronggok tanpa dipergunakan. Begitu kita menengok batas akhir pergunaannya, telah kadaluarsa tanpa kita sadari.

Setelahnya, tuna kalengan itu begitu saja digeletakkan ke keranjang sampah.

Kenapa harus menganalogikan dengan tuna kalengan? Kebanyakan orang pada batas-batas akhir suatu hubungan akan menyerah dan entah kenapa enggan berdamai dengan solusi dan satu sama lain. Saling menyalahkan dan melindungi diri agar tidak disalahkan.

Kenapa dia tidak dianalogikan sebagai pulsa telepon seluler saja? Yang jika masa aktifnya mendekati habis dan kadaluarsa, bisa kita isi ulang kembali hingga siap digunakan dengan lancar kembali. Sementara hubungan-hubungan yang memang harus berakhir terjadi karena kita terlambat menyadari masa aktifnya telah terlewat jauh dan kartu itu hangus.

semoga... hubungan yang kita semua tengah jalin adalah kartu yang masa aktifnya terus bisa diperpanjang :)

Wednesday, April 1, 2009

KEMUDIAN MEREDA

photo by arillia(senior saya di LPM)
foto ini asli, diambil di halaman samping FE Universitas Brawijaya Malang

Sekarang, saat ini, detik ini, aku mengerti.

Setiap hujan yang turun, dengan keindahan dan kepedihan yang dia bawa. Setiap tetesannya nantinya akan menyisakan jeda tenang yang memikat. Disisi itu, kita bisa menikmati hening yang tercipta dan sisa ‘pluk-pluk’ pelan dari sisa air hujan dari genting, atau daun, atau apapun yang turun ke kubangan kecil jauh dibawahnya. Saat-saat ajaib yang menggetarkan dan membuat kita lebih bisa paham dan merenung, memikirkan banyak hal yang tersangkut emosi (emosi bukan rasa marah. Dia hanyalah perasaan yang muncul karena sesuatu sebagai pemicunya).

Ada kemungkinan dari harapan tipis yang muncul, setelah hujan mereda akan terlukis pelangi. yang mewarnai langit kelam itu dengan lengkungannya,menghibur mata kita setelah masa-masa gelap yang muram.

Dan aku….?

Aku menikmati masa-masa menunggu dan berharap itu. Apakah hujan kali itu akan membawa serta pelangi yang tersemat atau tidak.

Aku memang pernah bilang, aku jatuh cinta pada hujan. Aku menantikan datangnya dia akan ‘menyejukkan’ aku. Bahwa kehadirannya membawa damai tanpa ragu dan tanya yang mengganggu, bahwa dia akan bisa mengobati sakit yang pernah ada, bercampur baur dengan rendah diri yang bersekutu dengan sepi.

Aku pernah yakin telah benar-benar menemukan ‘sang hujan’ itu. Suatu hipotesa terlalu dini yang mengecewakan. Aku ragu. Aku tidak tahu apakah dimasa depan akan benar atau tidak, tapi aku salah untuk sementara waktu sampai satu saat yang tidak bisa dikirai.

Aku berharap datang pelangi dalam muramnya aku. Bukan berupa seseorang, tapi banyak orang yang kemudian mewarnai hari dan hati. Membuat aku tidak lagi kelabu dan menikmati tiap detik kebersamaan. Aku mau mereka, pelangi yang indah dan baik. Yang akan menjadi partner tertawa hingga nanti… hingga hujanku benar-benar datang.

Previous Page Next Page Home