Friday, October 30, 2009

:::DIAM:::


Aku tahu, apa artinya semua raut wajah itu. Aku tahu apa duka di balik nada suara itu. tidak apa-apa Pa..., kita merindukan orang yang sama. Kita kehilangan orang yang sama, dan bahkan aku bersamanya di detik-detik penghabisan itu.

Tidak perlu Papa menterjemahkannya dalam alunan kata yang sepanjang ular naga, menerawang berharap aku tahu, aku mengerti. Karena Papa cukup diam saja, hanya diam saja... dan kita sama-sama melihat bintang malam yang enggan bekerja keras memancar cahaya, memikirkan orang yang sama. Mengais kenangan yang sekiranya cukup menawar semua rasa kangen itu. Mencoba mengisi hampa udara yang mengendap di gang-gang pelosok hati. Cukup diam yang berbicara dan menyelubungi kita dan kenangan sebulan lebih lalu yang serasa jadi bertahun. aku benar-benar mengerti Pa, sungguh...



*for my beloved Dad

Wednesday, October 28, 2009

Merindu Hujan


Merindukan saat langit robek dan memuntahkan isinya : kamu. Merindukan tiraimu memapari bumi.. dan aku bisa meresapi lagi setiap tetesmu setelah lama tidak begitu, membisikimu hatiku lagi. Kamu tidak perlu menjelma atau balik berbicara. Saat ini aku hanya mau kamu mendengar, tentang dia... tentang aku, tentang hatinya... yang lelah pecah kulempar-lempar kesegala arah. Tentang sebuah kehilangan besar, dan tentang diam itu, tentang spasi yang semakin merentang... yang meresahkan.

Tapi bagaimanapun, akhirnya aku harus tahu bahwa sebenarnya aku bahkan tidak boleh menawar apapun padanya, kendati itu terlihat ringan... kendati terlihat seperti rumput kecil di taman bermain.


Aku harus sangat sadar bahwa dia hanya nampak retak di luar dengan kata-kata : bahwa sungai hanya punya satu muara, bukannya dua yang dengan jahatnya terlontar dari aku. Tapi aku tahu dia telah berdebam berantakan di dalam...

Hujan, aku merindukanmu untuk meriap, berkejap... tak harus kamu datang membawa pelangi. Aku hanya butuh kamu, meskipun kamu datang mengendap-endap laksana pencuri jemuran takut ketahuan. Meskipun pergimu pun tanpa berucap izin... aku mau kamu tau, tentang satu hal yang dia tidak tahu...

IF I WERE YOU, IF I WERE I AM


IF I WERE YOU
-------------------
aku akan melepaskan dia dan kenangannya...
aku akan tau dia tidak baik untukku
orang macam apa yang melepaskan orang yang katanya bersamanya dia akan merasa nyaman kemudian pergi untuk kembali pada orang yang telah bolak-balik membuatnya sedih
aku akan berhenti bersedih untuknya dan menghindari lubang hati yang lain dengan pergi
bukannya tetap berusaha menjaganya, bukannya tetap berusaha membahagiakannya meski dalam hati hancur sendiri
tidak peduli dia akan merindukanku, tidak peduli dia akan sedih tanpa aku
tidak peduli akan seberapa besar dia merasa kehilangan aku
toh dia sudah sampai pada suatu tempat ketika dia berkata kearah mana hatinya lebih banyak tertuju
meskipun aku rasa dia terlalu cepat dan memaksakan keputusannya
aku tidak peduli.


IF I WERE I AM
------------------
kamu tahu..... jika saja menghilang bisa sedemikian mudah, aku ingin menghilang dari pikiranmu..
cukup aku saja yang menyimpanmu dalam pikiran. akhirnya aku tahu, bagian paling menyakitkan adalah menyakiti orang lain... maaf.
maaf maaf maaf.
seringnya itu saja yang bisa kubilang, mungkin karena aku bukan kamu..

Monday, October 26, 2009

Aku, Kami, Tanpamu.....

from random


aku kangen ma...


aku kangen cerita saat pikiranku penuh kangen cerita saat lelah itu mendadak berkomplot dan bersatu mendesing dalam pusaran kepalaku

aku kangen bubu bersama ketika perasaanku sangat tidak enak dengan elusan dirambutku, membuat aku merasa nyaman dan untuk sesaat merasa kembali jadi bocah yang main di pohon terus jatuh berdebam hanya karena terancam ketahuan olehmu... dan kemudian berjam-jam kita mengobrol sampai pagi, ngalor-ngidul tanpa juntrung.

aku kangen meneleponmu saat aku patah hati dan banjir ingus, sebentar-sebentar tersedak menahan sakit. aku kangen mengatakan pikiranku mampat,
ketika bingung menemukan arah aliran sungaiku akan bermuara kemana.
aku kangen mendengarmu bilang aku bodoh, karena membiarkan perasaan begitu menguasai suasana hatiku melanjutkan hari. katamu aku harus cerdas mengendalikan semuanya, pada porsi yang seharusnya.
karena segala yang 'sakit' itu tak pernah layak untuk terus-terusan ditengok dan ditelaah. katamu, aku merasakan cinta layaknya menelan obat pahit ketika dibawah ancaman... tetap berusaha ditelan meskipun pahitnya menyiksaku pelan-pelan
aku kangen mendengar omelanmu, lucu... karena seringnya aku mendengarkan dalam diam dengan terpaksa omelanmu yang panjang-panjang itu yang biasanya jadi semakin panjang ketika aku sedang sensitif dan pengin marah sepanjang hari. aku kangen teguranmu ketika aku berantakan untuk hal yang bahkan sesepele debu di sepatuku.
aku ingat mama perfeksionis dan nomer satu dirumah untuk urusan kerapian. dulu, ketika aku merasa kangen padamu,aku selalu bisa menyampaikan dan mendengar jawabmu hanya dengan menekan tombol : call. tidak peduli seberapa banyak biaya sambungan saat apapun, antar operator apapun.

ma, sekarang... apa mama tau apa saja yang kurasakan? apa mama tau aku merindukan semua momen itu? mungkin, mungkin mama tau... hanya saja sayangnya komunikasi bagi kita saat ini hanya komunikasi searah. aku tidak pernah lagi akan tau apa jawabmu... Jadi aku ingin bertanya, kangenkah Mama padaku?

aku harap jawabannya Ya dengan senyuman, karena aku akan selalu berusaha juga, mengingatmu, merindukanmu dengan sebanyak mungkin senyum dan meminimalisir air mataku. karena aku yakin, mama manapun akan lebih senang putrinya bertahan dan bertumbuh dewasa dalam segala hal ketimbang selalu menangis kehilangan.
Previous Page Next Page Home