Monday, January 25, 2010

CATATAN PATAH HATI KEPADA VENUS #1

Kata Saya:
Udah lama ya ngga posting :P hehe padahal baru tiga hari dari posting terakhir *dijitakin teman Blogger*. Saya tetap nyicil blogwalking kok. Dikit-dikit sih, saya sesuaikan dengan waktu luang. Mendadak padat kerja, prabalik Malang. Saya cek tadi modemnya udah minta makan. Alias dibayar. Hahaha, tinggal 6ribu lagi.. maklum prabayar. Kemarin cerpen saya dimuat, nyadar saya selama ini keasikan nulis prosa-prosa pendek atau puisi GeJe pengejawantahan resah. O boii.

Cerpen ini pembaca pertamanya mengatakan kalau dari sisi cowok kayaknya lemah banget yaa.. Why? Kenapa sisi cowok sensitif dengan masalah kuat-lemah perasaan dan identik logika? Contohnya yang saya angkat ini, bukan maksud sok tahu dengan perasaan cowok. Saya cuma menyelami beberapa yang pengecualian dari pendapat umum Manlogic. Dan saya mengangkatnya dari satu kisah yang pernah diceritakan saudara sepupu saya. Sebagian kecil dari umum itu ada loh ;) dan saya memotong cerpen ini jadi dua posting karena kepanjangan buat ditulis di satu posting (Prolognya aja sepanjang ini ahaha). Judul aslinya yang dimuat Catatan Patah Hati, tapi judul postingan ini sepertinya lebih cocok deh.. Semoga teman Blogger ngga bosan baca yaa.. enjoyyy!!

Catatan Patah Hati Kepada Venus


Aku terbangun di hari Senin pagi dengan perasaan kacau. Tuhan.. tolong beritahu aku apa yang harus kulakukan.. kamarku jauh dari rapi, kaca mataku buram di atas meja. Dingin. Sedikitpun aku tidak ingin membersihkan lantas memakainya untuk bersiap masuk kuliah.
Aku menatap ponsel yang juga bisu.. hening, padahal dari kemarin aku menantikan dia berhenti dari bisunya. Aku mengharapkan menerima sms atau telepon dari dia, mengatakan bahwa dia menyesal atas kegegabahannya, atau waktu itu dia sedang sakit sehingga tanpa sadar bicara di luar kontrol. Mungkinkah?
Mungkinkah rangkaian kalimat semantap itu diucapkan dalam khilaf? Aku mengacak rambutku asal-asalan. Menoleh ke atas meja dan tanpa sadar menatap foto itu, foto jelita yang tiap kali menatapnya separuh nafasku tercerabut lenyap tanpa peringatan. Dia memang mempesona. Mata lentik dan rambut panjangnya sanggup membuatku memohon-mohon agar dia bersamaku, dan semuanya itu juga ternyata mampu membuatku bertekuk lutut agar dia mau kembali.. agar dia mau meninjau ulang keputusannya.
Aku kembali rebah ke kasur kerasku, membiarkan pandanganku berlari menelusuri atap yang tak seberapa lebar ini. Ah, kamu dimana ya? Sedang apa ya?
Bella… aku menyebut nama itu, hati-hati dan mengapung. Dari hati, berlanjut ke otak yang terus memutar memori sebulan belakangan. Iya sebulan, untuk penantian tiga tahun. Aku memujanya setengah mati sejak bahkan dia belum nampak secantik sekarang, tapi bahkan dengan wajah berkeringatnya, dengan kuncir tiga tak beraturannya dia sudah nampak seperti venus. Aku kurang jelas, venus seperti apa bentuknya. Tapi dia benar-benar mempesona. Bahkan ketika kaca mataku kabur, dialah yang paling kelihatan mencolok dan jelas dimanapun aku melihatnya.
Tiga tahun… aku memain-mainkan jariku gamang, entah apa saja yang aku lakukan selama itu. Aku menunggunya. Meskipun dia selalu mengabaikanku, meskipun dia sudah bersama banyak pria selama itu. Tipenya pun nyaris sama, tak jauh berbeda satu sama lain, tipe pria yang hampir semua orang di kampus kenal. Yang aktivis, rupawan dan bermobil. Aku? Jangan harap masuk hitungan.
###
Dan aku melihat dia, menatapi langkahnya ketika masuk kelas, ketika berjalan di pelataran parkir. Aku hapal ekspresinya yang kepedasan ketika makan dikantin, mengerut ketika susah mengerti keterangan dosen di kelas, atau wajah berbungannya ketika menatap lelakinya. Aku hapal semuanya, kurekam dengan baik dengan lensa mata minusku selama tiga tahun.
Selama tiga tahun, waktu yang tak sedikit untuk hati bisa berubah. Tapi nyatanya aku tetap kukuh, hatiku tak berubah.. hatinya yang terus berubah. Selama tiga tahun itu, entah berapa jumlah satuan yang datang dan pergi.. membuatnya bersinar terus lagi-lagi murung. Begitu seterusnya, dan selisih antara satu dengan lainnya tak pernah lama. Dia venusku, aku yakin tak akan ada yang mampu menutup mata dari gemerlapnya. Tak terkecuali aku.
Aku menjaganya dengan tangan tak tampakku, dengan mataku, dengan kaki yang berlari tanpa harus dia tahu. Aku mengiriminya bunga dan kue ulang tahun mungil berlilin ketika dia berulang tahun, tepat jam 12malam lebih satu detik yang aku sampaikan dengan memencet berulang-ulang bel rumahnya kemudian sembunyi. Aku tetap disana terjaga menunggu, memastikan semua itu sampai ke tangannya.
Dia tidak tahu…
Aku juga yang meresume semua catatan ketika dia mengeluh catatan satu mata kuliahnya hilang, aku memformatnya rapi kemudian memberikan padanya dalam bentuk print-out. Yang kuletakkan begitu saja diatas tasnya ketika dia lengah, aku sertakan itu untuknya agar dia tidak kebingungan mencari pemilik resume catatan itu.
Aku cukup puas melihatnya berbinar lega, aku cukup senang melihatnya berkilauan. Dan aku merasa kecut ketika mendapati bunga dan kue itu dia pikir dari lelakinya saat itu, lebih lagi merasa kecut ketika si lelaki mengakuinya dengan polos jumawa padahal dia lupa kapan Venusku berulang tahun. Dia kesulitan menyusun ingatan ulang tahun Bella venusku dengan Bella-Bella miliknya yang lain.
Aih, aku menekan kecut perih yang pahit itu. Biar sajalah, apa saja agar venusku bahagia.
Bersambung...

37 comments:

  1. #-o
    yg begini nih suka bikin penasaran..

    ReplyDelete
  2. hohoho... cerita anak muda yg mantab, sayang ya cowoknya kurang tegas. Masak cuma melihat aja udah lega, samperin dong

    ReplyDelete
  3. stiap orang pasti punya sisi melankolis & sentimentil baik itu cewe ato cowo, bedanya hanya di cara & intensitas penyampaianny. [CMIIW]
    mungkin akan lebih baik bwt si cowo dalam cerita ini untuk tegas menyatakan perasaanny, sebelum dy akhirny akan nyanyi "dilema cinta" ato malah bisa" mengalami yg lebih parah.. :(

    salam kenal, numpang mejeng link y.. :*)

    ReplyDelete
  4. ditunggu ajah lanjutannya nyin, maaf dah ngantuk... hehehe...

    ReplyDelete
  5. sama kaya aku meski aku ngga puas kalo ngga memiliki
    tapi kalo ngga bisa apa daya
    memandanginya dan tahu kabarnya juga udah cukup puas..

    ayo ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  6. hm.. sayah suka rangkaian kata demi katanya.
    ditunggu lanjutannya

    ReplyDelete
  7. udah lama ga visit ni blog sorry ya baru bisa ol sekarang

    ReplyDelete
  8. wah cerita anyin!!!!

    seharusnya minta info soal cowok kesaya dunk wkwkwkwkwkwk.............(mode sok tahu)

    ditunggu lanjutannya deh!!!!

    ReplyDelete
  9. nyinn terusssiiiinnn... nungguin lanjutannya... baru komen dah... hohohoh... di tunggu yyy

    ReplyDelete
  10. huhu, one sided love >.<

    ini cerpenmu ya Nyin?
    Kenapa sisi cowok sensitif dengan masalah kuat-lemah perasaan dan identik logika?---> maksudnya apa? aku ga mudeng >.<

    ReplyDelete
  11. wau tiga tahun jadi pemuja rahasia...hanya mampu memandang dari jauh...tapi kayaknya ini happy ending deh, semoga aja begitu :)

    ReplyDelete
  12. aaapppaaaaannn.....

    bilang sudah lama nda' posting...
    baru juga kemarin phonank mampir, sekarang dah apdet lagi,, dikelitikin rame-rame nih.

    Phonank ijin nyimak cerpen nya yah...

    ReplyDelete
  13. proud of you Dear... proud of you...!

    ReplyDelete
  14. komen dulu ahh baru baca.. #-o
    anyin rajin yah! bru tiga ari cuti, dah nulis lg :o) kreatip deh :*)

    ReplyDelete
  15. Secret Admirer :)

    Secepatnya y k' dilanjutkan serpennya, aku penasaran.he3x...

    ReplyDelete
  16. Di muat di mana neng?
    dasar berbakat! :)
    Sini bagi dikit bakatnya.. Mwah!
    Congratz honey.

    ReplyDelete
  17. *makan bakso dulu sambil nunggu lanjutannya* :p

    ReplyDelete
  18. Kutunggu lanjutannya....pingin tahu ada apa saja di otak penulis ini! sudah lama aku gak kirim artikel atau puisi di majalah atau koran sejak karyaku hasilnya dipotong pajak, apa sekarang masih dipotong pajak!

    ReplyDelete
  19. yah, bersambung. aku gak suka kelo bersambung. bikin penasaran aja....
    cepetan dong, mana sambungannya

    ReplyDelete
  20. nunggu sambungannya ah...tapi iya yah terlalu melow dr sisi cowo...ih maaf ngeduluin...

    ReplyDelete
  21. Nunggu sambungannya baru komen ah... Komen kan boleh bersambung?

    ReplyDelete
  22. cerpennya dimuat dimana, An? bagus kok. ditunggu nih lanjutannya.

    ReplyDelete
  23. Wah...cerpennya mantap non..! gaya remajanya kental sekali...ditunggu kelanjutannya..!

    ReplyDelete
  24. aq penasaran pengen baca cerpen kamu

    ReplyDelete
  25. selamat ya nin...
    semoga terus berkarya dengan baik..
    wah, seneng yaaa...

    ReplyDelete
  26. ayo ayo ayo... nulis terosss....
    tunggu venus berlanjut ajah ahhh

    ReplyDelete
  27. mank udah BW di tempatku..hehe??
    uhh ..dibikin bersambung..:(
    itu si lelaki bukan laki2 kalau kelakuannya gitu.

    ReplyDelete
  28. kok cowonya mirip aku..... :D

    ReplyDelete
  29. km pinter berkata2 nyin... sumpaah..!! mengalir..

    ditunggu lanjutannya ya..

    ReplyDelete
  30. aduuhh.. suka gregetan deh kalo sama cowo yg kayak gituh,, hahahaha... apalagi kalo ada temen cowoku yg gituh,, pasti langsung aku marahin trus ngomong "ayo dong dikejer cewe itu!!" wkwkwkwkwk... :p

    ReplyDelete
  31. Terus berkarya ya non,semangat..!

    ReplyDelete
  32. hmmm... :-j
    lanjut baca bagian kedua dulu deehh

    ReplyDelete
  33. mbak kenapa sich penulis kok suka naruh hari senin sebagai hari kejadian sedih dan minggu selalu bersenang-senang... saya sudah tahu akhirnya...jadi nggak penasaran. he...he..he..

    ReplyDelete
  34. hehehehe... kedepan suapay lebih hati2 dan matang.,....

    ReplyDelete
  35. oo..
    yang aktivis, rupawan, dan bermobil, ya?
    rupanya tipe anyin yang seperti ituh :D

    eh, wwwnya uda dibuang. maap lama banget responnya, nduk. :|

    ReplyDelete
  36. komengku kok ndak keluar, ya?

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home