deviantart |
Ini tentang ingatan dan kamu yang dikembalikan. Ini tentang penilaian. Akan semua orang yang mengungkit kamu dihadapan saya. Akan semua orang yang menyalahkan saya dengan segala ketidaktahuan soal sejarah cerita saya dan kamu. Akan semua orang yang sepertinya tahu padahal tidak tahu. Kesalahan ada pada saya katanya, karena mereka mengaku mengenal kamu. Saya cuma lapisan beku dan memantulkan segala itu dengan hanya beberapa untai kata, "Bukan itu... ini hanya soal sudah waktunya,"
Entah bagaimana. Tapi pisah yang terakhir itu berbeda. Saya jelas tidak merasakan keinginan untuk menghubungi kamu, terlepas dari jejak yang sengaja terhilangkan. Saya tidak ingin tahu dunia kamu saat ini, yang tanpa saya. Saya tidak ingin tahu kebahagiaan macam apa yang tengah kamu rasakan. atau kesedihan apa yang memberangus kamu. Saya sungguh tidak ingin tahu. Segala ingatan yang berhubungan dengan rasa soal kamu terbekukan, hanya kosong saja.
Bagi saya dulu kamu tanpa cela.. itulah kenapa selama itu saya lebih banyak diam dan menerima. Apapun kesakitan yang kamu derakan, apapun kesedihan yang kamu paksakan. Bagi kamu saya retak disemua bagian, itulah kenapa kamu tidak juga berhenti mencela saya. Menyimpan kesalahan saya dalam hati. Melepaskan saya tanpa alasan yang saya berhak paham. Dan menaikkan saya ke dalam roller coaster hubungan tercepat yang pernah ada. Semoga kamu bahagia ya.. Mungkin saya juga akan bersedih ketika tahu kamu tidak bahagia. Karena Ya, saya bahagia... dengan cara saya sendiri. Saya bahagia karena perasaan merasa berarti. Saya bahagia karena hal-hal yang dulu saya abaikan, yang saya kurang dapat memaknai mampu saya pahami akhirnya.
Saya juga memaafkan kamu. Segala soal kamu yang kesemuanya tentang bla bla bla kemuraman dan bla bla bla kemuraman lagi. Kamu hanya halaman kaku, yang tidak pernah bisa saya lemaskan. Dan bagi kamu saya hanya halaman yang terlalu lentur dan lemas yang tidak pernah bisa kamu kukuhkan, kamu luruskan, kamu rapikan. MESTINYA saya TAHU. Tapi mungkin saat itu saya memilih tidak mau tahu.
Terima Kasih untuk segala hal yang saya harap, jika saya bisa tidak pernah ada. Tapi waktu punya aturan kerjanya sendiri, pertemuan punya prinsipnya sendiri. Dan mungkin saya hanya bisa berusaha belajar dari segalanya. Meskipun menghadirkan rasa takut jatuh yang menua, sampai pada kata berlebihan karena terlalu tuanya. Maafkan atas segala hal retak yang saya tidak tahu letak salahnya. Atau puzzle yang saya tidak pernah bisa melengkapinya. Atau juga segala patahan yang saya tidak pernah bisa menambalnya.