Saturday, December 24, 2011

Saya Nggak Pakai Hijab, Saya Pakainya Kerudung.

Nama saya pita.
Saya bagian dari fashion, lho...

image taken from Bluberrypie's mim

Dahulunya saya nggak merasa seperti ini ya... Tapi serius, ini membuat saya terganggu ketika mulai banyak orang menyebarluaskan kata 'hijab' dengan penggunaan yang nggak semestinya.
Terlihat orang membahasakan 'hijab', saat ini sudah lebih seperti fashion item.
Bukan seperti fungsi aslinya sebagai penutup.
Jadi saya SANGAT BOSAN dengan kata itu, sekarang. Sampai saya malas menggunakan kata itu lewat ucapan apalagi tulisan. Bagus sih ya betapa sekarang cewek-cewek tidak lagi memandang menutup aurat adalah suatu hal yang unfashionable jadi mereka mulai memutuskan memakai pakaian yang menutup keseluruhan aurat juga.
Lamanya seseorang telah menutup aurat, bukan berarti dia mengerti 'inti sari'-nya. Seperti halnya lamanya seseorang berkutat dalam kegiatan keagamaan bukan jaminan dia tidak akan melakukan hal-hal yang mengesalkan. Mengikuti suatu komunitas bukanlah ijazah yang berlakunya everlasting, toh?

Hijab sekarang identik dengan wanita-wanita yang memakai kerudung melilit-lilit kesana kemari. Cenderung ribet, meskipun cantik. Saya penasaran susah nggak ya dilepas dan dipakai lagi kalau butuh sholat di luar rumah?

Definisi hijab adalah seseorang dengan kerudung berliku-liku yang stylish, terlihat cantik meskipun rumit dan berumbai-rumbai. Apakah cuma saya yang merasa begitu atau benar bahwa itu jenis cantik yang membuat mata saya sakit? Cantik yang tidak ramah. Karena mungkin dengan sedikit sentuhan atau rangkulan sepertinya dandanan mereka akan rusak.

Aaaah sekarang saya nggak suka banget kata 'hijab' terlepas dari intisari maknanya. Saya lebih suka bilang kalau saya pakai kerudung, kalau saya berkerudung. Rasanya capek dengan 'image' yang ditimbulkan kata hijab belakangan ini. Saya lihat di FB ada yang ngiklan, sekarang hijab trendy.... sekarang hijab nggak jadul lagee.... (rrr apaan yah saya sekaligus juga geli sama kata lagi yang ditulis jadi lagee... hadeh terserah deh mbak). Isinya ya sejenis itu kelipet sana-sini, diputer-puter sana-sini dikepala. Setipe. Klewer-klewer semuanya. Mirip anak SD yang mau acara sekolah terus ditentukan dress codenya. Yang cewek kudu pakai bandana pink, apa saja modelnya yang penting pink. Nah kalau yang saya lihat warna-warni... modelnya macem-macem tapi teteuuup kelihatan setipe, rumbai-rumbai kleweran kalau orang Jawa bilang.

Bisa jadi seseorang nyaman dengan dandanan begitu. Nyaman berdandan rumit setiap hari. Nyaman menjadi boneka sempurna yang tidak boleh diacak-acak karena nanti bajunya kusut. Atau kerudung yang sudah dijalin jadi terlepas.

Rupanya manusia cupu seperti saya nggak habis mengerti yang begituan. Sekarang hijab adalah label dengan penampilan yang seperti itu. Sudah menjadi trend.
Nah, kenapa mesti mengikuti segala tren yang sedang happening sih? Ngikut-ngikutin gayanya si ini apa si itu. Jadi... itu ya standar fashionable, itu ya tolok ukur seseorang untuk bisa dikatakan stylish?

Kalau saya mikirnya sederhana saja, ketika seseorang mengikuti gaya orang lain itu macam copycat itu bukannya malah stylish sih... orang yang stylish punya self-style sendiri, nggak keikut sana sini. Nggak jadi korban trend.

Jadi Nin, apakah intinya tulisan ini? Intinya adalah bahwa meskipun saya cupu kelas berat tapi paling tidak saya punya gaya sendiri. Nggak hasil copy-an dari gaya orang lain.




Salam,
Ninda
yang memakai kerudung, bukannya 'hijab'.
Previous Page Next Page Home