Monday, February 28, 2011

BERHENTI MENANGISI


image taken from file seorang teman

Akhir-akhir ini semakin bertambah panjang saja daftar orang-orang yang kehilangan, padahal belum lagi sebulah saya berbicara pada jendela tentang kisah adiknya teman saya. Belum lama ini, satu orang yang saya kenal lagi.. ayahnya meninggal karena sebelumnya sakit yang tidak disebutkan si teman. 

Sementara itu ditahun-tahun belakangan ini saya selalu speachless ketika berhadapan dengan orang-orang yang sedang kehilangan itu. Lagi-lagi saya yakin bahwa apapun yang saya ucapkan yang berhubungan dengan kalimat-kalimat klise itu malahan tidak akan mempan.Saya jadi tidak pernah lagi menepuk bahu seseorang dan mengatakan kata-kata penghiburan dan agar dia bersabar. Saya jadi lebih banyak diam jika berhadapan dengan seseorang seperti itu. Mereka sudah cukup sedih kok, dan kita tidak perlu berkata sabar ya kuat ya untuk mengingatkan dia bahwa dia sedang menghadapi musibah.

Aku tahu kok apa yang kamu rasakan...
Berucap begitu saja saya juga tidak, mungkin saya pernah mengalami kehilangan tetapi kehilangan setiap orang berbeda kadarnya. Kita akan lebih siap dengan kehilangan seseorang yang sudah lama sakit parah, jiwa kita akan mempersiapkan dengan sendirinya agar kehilangan di masa yang akan datang tidak terlalu traumatis bagi kita.

Sebagaimana yang diyakini seorang muslim bahwa salah satu jenis amal yang tidak akan terputus ketika seseorang meninggal adalah anak yang sholeh/sholehah. Saya tahu si teman ini ibadahnya berantakan, bahkan selama saya mengenalnya saya tidak pernah melihatnya menunaikan ibadah sholat, mukena di dalam kamar kosnya juga tidak ada.. berkali-kali juga orang-orang yang dekat dengannya mengingatkan, tapi tanggapannya selalu sama : iya, iya sambil tertawa... entah merasuk atau tidak. Ketika salah satu orang tuanya meninggal saya hanya berharap dia dapat memahami posisinya, bahwa ayahnya sangat memerlukan do'a-do'a mohon ampun kepada Allah yang dia kirim. Saya berharap dia akan menyadari itu ketimbang menghabiskan waktu dengan tangis dan kerapuhan yang itu-itu saja. Sang ayah dengan sumbangsih tangisnya di alam yang berbeda tidak akan merasakan manfaat apa-apa dengan sekadar tangis.

Sikapi kehilangan dengan do'a dan do'a dan do'a kepada pemberi jiwa kita, permohonan ampun kepadaNya untuk orang-orang yang kita sayangi yang tidak lagi fana, orang-orang yang tentunya pernah berbuat dosa diatas pijakan bumiNya. Menangislah sekadarnya saja. Cry less Pray more.


Saturday, February 26, 2011

LEPASKAN



kamu sudah tidak mau lagi berada disini mendengarkan saya, jadi saya katakan saja sekarang mumpung kamu diam. entah kamu dengar atau tidak, yang jelas kali ini beri saya kesempatan membeberkan suara saya memenuhi udara.

sebentar saja kok, ini juga mumpung kamu diam.

saya memutuskan membiarkan kamu terlepas dari genggaman...


saya melepaskan kamu bukan karena saya ingin


saya hanya perlu tahu, bukan kamu orang yang saya harapkan ada di sebelah saya bersama-sama minum teh menikmati pagi berembun yang pelan-pelan tercairkan surya


mungkin tawa kamu yang mempesona itu (ah rupawannya...!) selalu akan bisa mencerahkan saya untuk mampu melewati hari


tapi yang saya perlukan adalah seseorang yang mendekap saya ketika ketika kami kehujanan bersama


seseorang yang mampu menenangkan saya dengan sekadar sedikit kata


dan kamu yang saya kenal bukanlah orang yang akan mau membuatkan saya kopi susu hangat ketika saya butuh lembur


sepertinya kamu akan terlalu sibuk untuk itu dan kemudian kamu akan membiarkan tingkah saya membuat kopi susu sendiri dengan ekspresi datar yang biasa

yang kamu tidak suka.


sungguh saya tahu, kamu memang tipe orang yang begitu


kemudian saya sadar, saya dibutakan oleh keinginan itu


keinginan untuk memiliki kamu


dan mungkin sebenarnya ada seseorang disana yang memang terlalu sederhana hingga saya susah mengenali : betapa saya membutuhkan dia.




note : image taken from deviantart

Wednesday, February 23, 2011

VEIL : RETHINKING

image from here


Sabtu malam itu, di penghujung tahun 2010, keluarga kami sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan terkenal di  selatan Jakarta. Duduk manis menunggu pesanan sushi kegemaran anak-anak, tiba-tiba mata kami tertumbuk pada sekelompok perempuan muda berjilbab yang berdiri, posing tepatnya, di depan restoran tempat kami berada, seolah sedang merapatkan sesuatu.  Tak lama kemudian mereka memutuskan untuk masuk ke restoran yang sama dengan kami.

Tak butuh lama untuk menyadari bahwa kami bukan satu-satunya yang terpana dengan kehadiran mereka. Beberapa pasang mata pengunjung di restoran seberang kami pun demikian. Ada sesuatu yang sangat menarik dari keenam perempuan muda yang baru datang itu: mereka semuanya cantik-cantik, berjilbab unik, dengan dandanan yang luar biasa menarik. Gaya berbusana mereka—baju, kerudung, tas, sepatu hingga make-up—benar-benar mencerminkan selera, ketelitian dan tentunya uang yang banyak untuk membelinya.

Penasaran? Saya bukan pengamat mode, tapi biar saya coba menjelaskannya semampu saya.  Model pakaian yang mereka kenakan tidak konvensional seperti blus panjang plus celana, atau gamis. Pakaian mereka sebagian besar memiliki siluet asimetris, rok lebar model gypsi, atau celana lebar dengan ujung menyempit. Juga sweater panjang dengan penutup kepala yang membuat pemakainya tampak sangat gaya. Warna-warnanya jauh dari norak: bernuansa pastel dan warna-warna tanah yang memang selalu up to date. Kerudungnya model ciput Arab dengan kain lebar sebagai jilbab, menonjolkan keindahan siluet wajah yang dipulas warna-warna lembut, sangat serasi dengan pakaian yang mereka kenakan. Pokoknya, masih untung saya tidak lupa menutup mulut yang, kalau tidak, pasti akan ternganga dengan tidak sopannya saking takjubnya. Sangat cantik. High-heels yang sangat trendy melengkapi penampilan mereka. Striking, breathtaking, awesome, splendid, gorgeous, stunning, elegant, stylish, fashionable young women ....

Yang lebih membuat saya terperangah kemudian adalah penjelasan dari kakak saya, bahwa sekarang ini di berbagai kota besar menjamur kursus-kursus penampilan yang khusus diperuntukkan bagi kalangan muslimah. Ia lalu menunjukkan wall facebook-nya yang dihiasi ajakan untuk kursus jilbab dan kecantikan untuk muslimah. Cukup ramai juga yang menyahuti ajakan tersebut, yang menarik “infak” beberapa ratus ribu rupiah untuk satu jenis kursus.  Rupanya bukan hanya salon kecantikan dan fitness (termasuk kolam renang) khusus perempuan yang dipersembahkan bagi kaum muslimah modern yang ingin tetap tampil cantik, menarik, modern, dan tentunya tidak kumus-kumus alias dekil “hanya” karena ingin menjalankan perintah agama, tapi juga kursus penampilan.

Namun hampir seketika itu saya merasa ada sesuatu yang mengganggu benak saya. Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, hingga saya putuskan untuk membongkar rak buku saya, menjenguk kembali Beauty Myth-nya Naomi Wolf yang sudah 17 tahun menjadi penghuni di sana, untuk membantu saya memahami apa yang selama beberapa bulan belakangan mengeram di otak ini. Tapi sebelumnya, saya ingin katakan bahwa saya sama sekali tak bermaksud sinis menanggapi fenomena yang saya lihat itu. Sama sekali  tidak. Saya hanya ingin berbagi mengenai sebuah cara pandang yang lain, yang belum tentu juga diterima oleh kawan-kawan terdekat saya sekalipun, mengenai fenomena ini.

Beauty Myth

Entah sudah berapa kali kita mendengar ungkapan bahwa “kecantikan hanya sebatas kulit,” atau “kecantikan batin (inner beauty) adalah kecantikan yang sesungguhnya.” Tapi nyatanya kita juga terus-menerus melihat bukti bahwa ungkapan-ungkapan itu tidak benar-benar “laku” di pasaran. Memangnya berapa banyak orang yang mau buang-buang waktu untuk menilai kepribadian seseorang di balik “kulit” yang lebih dulu terlihat? Memangnya seberapa kita sering menilai kemampuan seorang perempuan lebih dulu, dan baru kemudian wajahnya dan penampilannya? Please be honest. Penampilan luar adalah pintu yang kita nilai sebelum kita mengenali isi. Dengan kata lain, petatah-petitih itu hanya berlaku di dunia ideal. Dunia nyata yang kita huni punya logikanya sendiri.

Dalam note saya terdahulu saya sudah mengutipkan betapa perempuan yang berpenampilan menarik lebih diuntungkan dari rekan mereka yang kurang menarik (termasuk kurang langsing atau kurang berisi, kurang putih, dan kurang  cantik). Saya kutipkan sekali lagi di sini:

Bukan tanpa alasan kalau kecantikan yang disertai dengan tubuh langsing, juga  kulit putih, menjadi mimpi banyak perempuan. Ketiganya—kecantikan, tubuh langsing, dan kulit putih itu—terbukti bisa menjadi paspor bagi sukses dalam karir dan kehidupan pribadi (bukankah itu pesan paling menonjol dalam produk-produk kecantikan di televisi?) Ketiganya juga dianggap bergandengan tangan erat dengan aneka hak istimewa,  status tinggi dan berbagai keuntungan yang bisa dipetik dari pergaulan sosial, termasuk jodoh terbaik. lebih asyik lagi, mereka yang dianugerahi ketiganya, juga dianggap lebih cerdas, berperilaku baik, dan menyenangkan (Dion, Berscheid, dan Walster 1972; Landy dan Sigall 1974; Webster dan Driskell 1983). Ketiganya menciptakan semacam efek halo yang menandakan kehadiran orang-orang suci yang diberkati, kepada para perempuan berpenampilan bagus.


Mitos kecantikan, seperti diterangkan dalam sub-judul buku Naomi Wolf ini, menunjukkan bagaimana citra kecantikan dengan sangat efektif telah digunakan untuk melawan perempuan sendiri. Dalam bukunya yang pertama kali terbit tahun 1991 ini—dan segera menjadi salah satu literatur klasik dalam kajian feminism—Naomi secara runtut menjabarkan argumennya.

Dengan mengambil setting negara maju, Naomi menunjukkan betapa pada dekade ’80-an perempuan sudah mencapai posisi sosial-politik yang setengah mati diidamkan kalangan suffragist awal yang menuntut hak suara atau hak politik bagi kaum perempuan. Namun diam-diam, bersamaan dengan kesuksesan kaum feminis awal tersebut, penderita kelainan pola makan (eating disorders) juga mengalami peningkatan sangat tajam, sementara bedah kosmetik menjadi spesialisasi medis yang paling cepat perkembangannya. Menjelang akhir dekade itu juga konsumsi barang-barang meningkat sangat pesat, pornografi tumbuh menjadi salah satu kategori utama di industri media (perkembangannya bahkan melampaui penjualan film dan rekaman lainnya dijadikan satu), dan—klaim Naomi—ada lebih dari 32.000 perempuan Amerika yang mengaku pada peneliti bahwa impian paling besar mereka, lebih dari apapun, adalah menghilangkan 5-10 kilogram berat badannya.

Perempuan kini memiliki kekuasaan, pengaruh, legalitas dan kesetaraan di depan hukum (*oke, oke, masih banyak masalah di sini, tapi jalan menuju kesetaraan ini sudah terbuka cukup lebar kan? tinggal masalah political will saja yang belum kuat*). Namun dari segi kekhawatiran akan penampilan fisik perempuan modern mengalami kemunduran yang sangat kentara. Dengan kata lain, menurut Naomi, di balik kesan tegar, percaya diri, memegang kendali, sukses, menarik, tersembunyi wajah rahasia yang menggambarkan hal yang sebaliknya: pembenci diri sendiri, terobsesi oleh penampilan fisik, terteror oleh usia, dan kemampuan kontrol yang rapuh (jika menyangkut soal fisik). Wajah rahasia inilah yang hampir tidak dimiliki oleh perempuan-perempuan dari generasi di atasnya.

Tak bisa disangkal bahwa kualitas kecantikan memang ada, objektif. Sejak zaman dahulu, lelaki memperebutkan perempuan yang lebih menarik karena asosiasinya dengan kesuburan. Bentuk tubuh dan wajah yang cantik—tolong diingat bahwa definisi indah dan cantik selalu berubah dari zaman ke zaman, dan berbeda dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain—adalah “jaminan” bahwa seorang perempuan mampu mengemban tugas-tugas reproduksinya dengan baik. Karena kaitannya yang erat dengan seksualitas dan reproduksi, kualitas-kualitas ini menjadi sesuatu yang tak bisa disanggah keberadaannya, hampir-hampir tak bisa diubah. Untuk menjalankan fungsi reproduksinya, perempuan harus bersaing mendapatkan perhatian laki-laki.

Namun inilah yang benar-benar “dimainkan” oleh patriarkisme yang berjalin berkelindan dengan kapitalisme industri. Sebelum revolusi industri, menurut Naomi, perempuan mempunyai definisi yang relatif “merdeka” mengenai kecantikan. Belum berkembangnya produksi massal membuat perempuan generasi ini tidak terlalu digelisahkan dengan standar kecantikan tertentu. Tapi teknologi terus berkembang, termasuk teknologi media dan produksi massal. Sebagai akibatnya, citra kecantikan perempuan bukan hanya mengalami standardisasi, tapi juga diproduksi dan reproduksi terus-menerus. Naluri perempuan—yang sudah mulai menggenggam kontrol atas sumber daya—untuk tampil menarik dieksploitasi sedemikian rupa, memaksa mereka measure up, menyesuaikan diri dengan citra yang dianggap paling mutakhir, modern, dan tentunya paling memenuhi selera pasar. Apakah mengherankan jika sekarang kita melihat cara berpakaian gadis-gadis di Jakarta sama dengan mereka yang tinggal di New York, London, hingga Garut dan Padang Sidempuan? Televisi, majalah wanita, hingga model-model iklan menampilkan tidak hanya keseragaman, tapi juga menularkan ketakutan-ketakutan yang sama jika seorang perempuan tak mengikuti model terakhir, tidak modern. Mitos-mitos kecantikan dengan sukses mengalahkan—di masyarakat kita setidaknya menyamai—citra domestik, keibuan, pasif, kesucian, yang tergusur oleh keberhasilan perempuan di ranah politik dan ekonomi yang sudah saya sebutkan sebelumnya.

Mitos kecantikan yang dikukuhkan saban hari melalui berbagai media, menurut Naomi, adalah sebuah cara politis untuk kembali menundukkan perempuan yang baru berhasil meraih kemerdekaan politik dan ekonominya. Mitos kecantikan, dengan kata lain, adalah sesuatu yang politis, yang dipakai untuk mengabadikan sistem patriarkal dan dominasi maskulin dengan cara memainkan kekhawatiran perempuan mengenai penampilan fisiknya. Kecantikan perempuan yang didefinisikan oleh super kekuatan ekonomi yang berada di luar individu perempuan  tidak hanya memisahkan secara diametral perempuan muda (yang dalam pandangan Naomi mewakili citra kenaifan, keluguan hingga sampai taraf tertentu keperawanan, dan karenanya cantik) dengan perempuan dewasa (yang mewakili citra kekuasaan, kontrol, dan karenanya “tidak cantik”). Lebih dari itu kecantikan yang didefinisikan membuat perempuan menjadi rapuh. Begitu gagal mengikuti standard kecantikan dan kemodernan, citra diri perempuan menjadi diragukan bahkan oleh si individu yang bersangkutan.

Perlawanan terhadap perempuan modern ini begitu subtle. Tak mudah menyadarinya. Para pendahulu kita, perempuan-perempuan pahlawan nasional kita, punya musuh yang jelas ketika memerangi para penjajah yang menindas bangsa, juga memerangi keterbelakangan perempuan dalam bidang pendidikan. Para feminis generasi awal pun punya motif kuat untuk turun ke jalan dan mendesakkan hak memilih bagi perempuan. Namun sekarang, seperti kata Naomi, kita seolah tak punya cukup alasan untuk “membanting sebuah pintu” dan berkata TIDAK. Maka yang kita perlukan adalah sebuah cara pandang baru, kritisisme baru.

Jilbab

Teori mitos kecantikan Naomi Wolf, setuju atau tidak terserah, turut membentuk pemahaman saya mengenai jilbab, ketika saya memutuskan untuk mengenakannya pada tahun 1987. Jilbab bukan semata sebentuk kewajiban bagi perempuan muslim. Ia adalah bagian dari eksistensi seorang muslimah, menurut istilah adik ipar Rizvan Khan dalam film My Name Is Khan. Ada yang harus ia representasikan di luar fungsinya sebagai penutup aurat.

Jilbab, buat saya, mestinya menjadi sebuah perlawanan kultural dari sebuah gerakan yang menghinakan tubuh perempuan. Tapi jilbab juga mestinya menjadi sebuah konter religius dari eksploitasi kaum kapitalis yang mengeruk keuntungan dengan cara merampas kenyamanan perempuan yang melalui cara-cara yang brutal, antara lain  dengan menakut-nakutin perempuan mengenai fenomena penuaan (keriput, kulit kering, noda kehitaman di wajah) yang sebetulnya pasti terjadi. Omong-omong, saya termasuk orang yang percaya bahwa ‘setiap musim membawa keindahannya masing-masing. Dengan kata lain, jilbab adalah simbol perlawanan dari ekploitasi terhadap perempuan, yang dilakukan oleh mereka yang berpura-pura ingin “menyelamatkan” perempuan, namun sebenarnya mengeruk keuntungan sangat besar dari subyek mereka. Karena itu, dalam pemikiran sederhana saya, jilbab harusnya menunjukkan modesti, kebersahajaan dan kepantasan, termasuk kepantasan sosial.

Saya teringat pada sebuah pertanyaan dari senior saya, Bang Ade Armando, di suatu hari bulan Ramadhan, dulu sekali, ketika kami masih berkantor di Buncit Raya nomor 37: “Kalau kamu sholat Ied di lapangan dan memakai mukena berharga jutaan rupiah sementara di sebelah kamu adalah orang yang mungkin harus berpuasa juga di luar bulan ramadhan, sholat kamu sah apa nggak?” Knowing him, pertanyaan itu membuat saya terdiam.

Jilbab, untuk saya, adalah sebuah pintu masuk yang disediakan Tuhan menuju ke pemahaman yang lebih dalam dan tajam ketimbang hanya selembar kain penutup kepala. Jilbab adalah sikap. Ia tidak final, tidak selesai hanya dengan tertutupnya hela-helai rambut di kepala saya. Jilbab adalah sebuah awal dari proses panjang untuk menjadi sesuatu. Di sinilah saya merasa jilbab menemukan personalitasnya. Nabi yang mulia pernah bersabda, “Tidak ada agama tanpa akal”. Maka biarkan saya menggunakan akal saya untuk memaknai perintah yang satu ini (dan perintah-perintah wajib lainnya dalam agama Islam yang saya anut). Itu saja.

Ninda says :
Posting di atas adalah REPOST ulang dari sebuah notes yang ditulis seorang wanita bernama indah : Nurul Agustina yang bisa ditemui profilnya dalam situs jejaring sosial dengan mengklik nama bertautannya. Saya tersentak membaca notes ini yang seolah godam menghantam kepala.

Jilbab dan kerudung (dua hal ini berbeda makna ya, jadi saya memberikan kata penghubung 'dan') semestinya adalah pelindung muslimah dari isu-isu kecantikan yang membentuk stereotype tertentu. Seperti halnya standar kecantikan yang umum kita jumpai saat ini di Indonesia bahwa wanita yang cantik itu yang kulitnya halus dan putih, tinggi, langsing... banyak orang memilikinya sebagai bawaan lahir... kecantikan genetik, tapi tidak sedikit juga yang memperolehnya dari beragam permak seperti yang biasa dilakukan public figure di Korea. 

Kita jadi kehilangan parameter-parameter cantik yang unik seperti halnya salah satu suku dayak yang mengakui seorang wanita cantik dari seberapa panjang telinganya atau seberapa panjang lehernya. Lepas dari itu, menurut saya segalanya berawal dari standar cantik Mattel agar produknya yaitu Barbie laku di pasaran. Saya pikir kita semua sudah cukup dewasa untuk tidak bermain Barbie apalagi termakan paradigma yang mereka bentuk. Sangat penting untuk menjadi sehat... tapi setiap wanita terlahir dengan kecantikan unik masing-masing.. tidak adil jika disamaratakan dalam sebuah standar. 

Wanita yang paling cantik adalah wanita yang paling bisa membuat cemburu para bidadari. Maka labuhkanlah kerudungmu menutupi dadamu, kawan... apa sebegitu sulitnya melakukan yang demikian? Kalimat setiap orang butuh waktu dan setiap orang berbeda menyikapi ini adalah sejenis penolakan yang terselubung, sebenarnya.. menolak lugas juga ragu karena tidak ada pembenaran, mengiyakan juga ngga siap.

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka.” (QS. an-Nur:31)

Tuesday, February 22, 2011

SM*SH - POPULER KARENA KEPIAWAIAN PEMASARAN

Beberapa hari ini sering sekali melihat SM*SH riwa-riwi di televisi, bahkan boyband itu menjadi brand ambassador beberapa produk.. contohnya saja iklan kartu AS yang nongkrong di blog saya ini *coba lirik kanan dikit, yak anda beruntung kalau ketemu! :D

Pertama kali saya tahu boyband ini melalui forum jokes di Kaskus, saya kunjungi... dan memang ya begitulah dalam waktu singkat link video dalam thread itu yang menuju ke video official di youtube sudah sangat banyak menuai kontra, meskipun ada sambutan positif cenderung sedikit yah 1 : 100 lah ya kira-kira waktu awal-awal muncul.. mungkin sekarang sudah beda lagi hitungannya, cuma prediksi kasar saja.

Banyak yang mendukung boyband ini karena keunikannya mau tampil dengan keukeuh menggunakan konsep yang sepertinya sudah diprediksi akan di cap plagiat. Alasannya pasti ada landasan matang untuk menciptakan image itu.. tapi mereka berani muka tebel.. para kontra mengacungkan jari telunjuk kebawah (banyak, amat banyak sekali para kontra ini.. anda akan takjub melihat jumlahnya) dan memberikan komentar berputar pada keplagiatan boyband ini bahkan dari nama yang sama persis dengan boyband asal Jepang yang sudah lebih dulu ada (mereka menyertakan linknya juga).

Kata saya : 
Ini adalah strategi pemasaran yang kuat dan memang direncanakan. Orang-orang pemasaran yang ada di balik SM*SH benar-benar berangkat dengan konsepan matang untuk membuat boyband ini populer tanpa menjadi standar. Mungkin terkesan aneh ya.... tapi pada teori dan prakteknya sesuatu yang sering muncul di mata kita dan membuat kita sebal... semakin kita sebal semakin otak kita mempunyai rekaman ingatan yang baik dengan 'produk' itu. Coba saja lihat potongan iklan di televisi yang pendek-pendek tapi diulang-ulang. Bosan dan membuat sebal kan? Namun ternyata ketika kita bosan dan sebal itu sebuah promosi dinyatakan berhasil menancapkan imagenya di kepala kita. Misal kita berada pada satu toko dan sebuah produk yang biasanya kita pakai ngga ada di etalase, nah yang kita sebali dan sudah menancap di otak ini bisa pertama kali diingat, membuat kita berfikir.... "Oh iya kenapa ngga nyobain ini aja?". Dengan kata lain semakin sebal bisa semakin lekat di kepala *layaknya orang jatuh cinta saja ya.

Selanjutnya sudah tidak usah kaget lagi kalau boyband ini semakin terkenal apalagi dengan video plesetannya yang dibuat Corner Parodise dan yang terbaru dari Opera Van Java -- judulnya jadi Bibir Lu Dower.

Lucu-lucu kreatif dan kalau dipikir juga masuk akal memang ya.. entah ini cuma sebatas opini saya saja, yang berlandaskan ilmu bukan berdasarkan penikmat entertainment meskipun saya ngga terlalu matang juga dalam Pemasaran.... toh saya cuma orang Keuangan yang sedikit labil (denial, padahal banyak) hehehe :P Silahkan kalau mau menambahkan

Saturday, February 19, 2011

REFRESH YOUR SOUL


Seorang teman memperkenalkan saya pada video ini. Setelah selesai meloading dan menontonnya, begitu mudahnya saya menangis. Mungkin itu hebatnya video ini, tidak hanya indah didengar saja.. lirik dan pelakonan adalah gambar indah yang bergerak slowmotion namun berdaya tarik kuat mengambang-ngambangkan hati saya. Terutama pada scene seorang wanita yang menangis sendirian. Dia benar-benar mirip saya secara psikologis.

Tuhan kami, Engkaulah muara segala keluh... sumber atas segala teduh dari kehampaan yang mengitari kami. Terima kasih. Terima kasih. Atas begitu banyak hal yang membuka mata saya dan menjadikan saya manusia yang begitu lain dari adanya saya yang dahulu. Terima kasih.

Thursday, February 17, 2011

BENTANG JODOH



Gemas sekaliiii.... saya tidak tahan untuk cepat-cepat menulis di jendela ini. Tapi yang pertama-tama harus saya beritahukan, 

saya tidak berpindah alamat blog, hanya memindah satu posting ke sebuah hidden blog *hehe. Saya masih punya daftar komentar berisi pertanyaan. Nanti saya jabarkan satu persatu ya ;)

Jadi ceritanya hari ini saya mendapati bahwa film Cintapuccino yang diangkat dari novel itu bukan sekadar cerita dalam imajinasi. Kemarin saya menyaksikan sendiri sesuatu yang dekat sekali dengan cerita itu.

Dulu saya punya mbak kos yang masih secara berkala main ke kos sekalipun sudah lulus dan kerja. Asalnya satu kota dengan saya, satu SMA beda tiga angkatan. Dalam suatu kunjungan tidak tahu bagaimana awalnya mbak ini cerita soal seseorang, cinta pertamanya sewaktu SMP.. sebut saja namanya Damar. Mereka beda kelas dan Damar punya teman baik di kelasnya mbak. Setiap istirahat Damar selalu menemui teman cowoknya ini, dan mbak ngga pernah lagi ke kantin untuk istirahat dibela-belain hanya untuk melihat cowok itu berbicara, berekspresi dari jauh. Pernah sekali waktu teman-temannya mulai meledekinya 'dekat' dengan cowok itu, yang menjadi rivalnya dalam peringkat paralel. Dan pernah sekali waktu entah bagaimana si cowok hendak menyampaikan sesuatu yang akhirnya ngga sempat di dengar.

Damar tidak melanjutkan SMA dikota saya, ketika mbak masuk SMA.. dia kemudian tahu Damar masuk salah satu SMA di Surabaya. Tanpa kontak sama sekali.. tidak ada jejak yang bisa diruntut. Mbak jatuh cinta dan pacaran kemudian putus, jatuh cinta dan pacaran lagi kemudian putus.. terus begitu tapi tidak pernah melupakan cowok itu.

Ketika tiba hari pengumuman hasil SPMB, mbak tidak mencari namanya.. dia mencari nama cowok itu di seluruh koran. Yang pertama dia ingat adalah cowok itu, berkuliah dimana dia? Sebuah fakultas di universitas Airlangga... kata mbak kepada saya. Pada masa friendster memasuki masa jayanya, mbak mencari nama Damar yang dia kenal dalam situs itu.. dia bertanya pada banyak orang dan mencari diinternet, tidak pernah pria tempat pertama kali dia jatuh cinta berjejak. Begitu juga dengan ketika Facebook tengah membooming. Tidak ketemu. Padahal mbak ingin sekali menemukan dia meskipun berbatas maya, mbak bilang pada saya : pengin sekali ketemu dan nanya "apa kabarmu?" itu saja... kenapa susah sekali ya...? Mbak terus jatuh cinta lagi dan berpacaran, tapi yang kali ini benar-benar serius. Mereka menikah. Baru berlangsung dalam hitungan hari hingga hari ini. Belum masuk satu minggu.

Kemarin, ketika saya sedang iseng membuka profil seseorang... sebuah nama menarik saya.. nama yang entah bagaimana kedengarannya familiar bagi saya. Foto profilnya gambar burung garuda, dan saya tercenung membaca tulisan infonya. Tempat dimana dia menempuh SMP, SMA dan kuliah sama persis dengan apa yang diceritakan mbak kos saya, single. Kota asal dan dimana dia sekarang tinggal juga sama. Berapa sih kemungkinan seseorang bernama persis sama serta latar pendidikan yang sama persis juga? 

Cuma beda beberapa hari, saya menemukan 'Nimo'-nya mbak kos saya dengan tanggal dia menikah. Cuma beberapa hari yang membedakan cerita ini dengan Cintapuccino. Tidak ada pertemuan dan nostalgia. Beberapa hari yang membuat takdir Tuhan begitu terlihat punya kuasa tentang jodoh yang ditetapkan... dan usaha pencarian selama bertahun-tahun itu tidak membuahkan hasil... jika Tuhan mau.. dan Dia telah berencana, menarik yang kita inginkan dan memperlihatkan yang kita butuhkan. Tidak usah takut kehilangan, bukan Dia mengecewakan kita... percaya saja Dia akan menggantinya dengan yang lebih pantas, lebih baik dari harapan-harapan kita.

Semoga mbak bahagia dan langgeng bersama orang yang dia butuhkan.

hhhh ~ saya menghembuskan nafas dulu.... :)
Entah kenapa rasanya begitu unik menyaksikan segalanya ini. Hati saya kembung tidak tentu, hal yang sama dengan ketika saya selesai membaca kisah-kisah indah atau menonton film yang mampu merambati hati dengan cara-cara yang indah.


"Lepaskan saja, biarkan lepas... karena itu dia dinamakan kenangan.."

Tuesday, February 15, 2011

I'M TOTALLY AGAINTS IT.

Blog saya sudah tidak lagi aman. Dan tentang orang-orang yang dekat ini memang sangat rawan sekali. Jadi posting ini satu jam setelah dituliskan dan diposting sudah dipindahkan ke dalam blog baru saya yang akan anda temui ada satu daftar nama baru dalam tulisan daftar blog saya. Selamat membaca, untuk yang tahu cara menemukannya saja ;) *LOL

Monday, February 14, 2011

SELAMAT HARI PENGULANGAN KEPERGIAN

pic from random

Perempuan itu menengadah dengan kedua tangan dipipinya, memandang keluar jendela.. boneka pencegah hujan yang putih dan tersenyum itu disana, membalas tatapan nanar mata perempuan itu.
Tanpa ada lilin, tanpa ada kue.
Tanpa ada dia..
Tapi masih ada perempuan itu. Sudah tidak ada lagi hari ulang tahun keajegan sebuah hubungan yang biasa disebut orang anniversary.
Ya cuma sosoknya yang berpiyama lusuh... serta sebingkai jendela dan boneka kecil yang balik menatap dari balik jendela. Tahun ini jauh lebih merasa sepi dan sendiri dari yang perempuan itu kira.
Tapi memang terus bisa apa...?
Perempuan berpiyama berbicara pada boneka kecil berwajah ramah :
Suatu saat aku tahu... sudah akan terlambat bagi dia untuk kembali. Suatu saat aku akan tahu, bahwa saat itu aku hanya akan tersenyum tidak peduli dan mengabaikannya. Untuk semua penantian sia-sia. Untuk terus berada disini setiap tanggal yang sama, mengharapkan dia datang dan kami bisa merayakan apa yang seharusnya kami rayakan dengan kebersamaan.

Tapi aku bukan putri dan dia bukan pangeranku..

Ini bukan kerajaan, ini dunia kecilku..

Yang dia masuki dan dia tinggalkan tanpa berkata pamit yang sepantasnya.

Aku tahu...
Aku tahu...
Aku berhak mendapatkan keindahan akhirku sendiri. Dan sudah terlambat bagi manis yang aku yakin suatu hari akan kembali dia tawarkan. Dia selalu seperti itu. Hatiku sudah jadi serupa gedung opera mahal, ekslusif.. sudah bukan museum lagi. Kau harus berkorban untuk diizinkan memasukinya.
Perempuan berpiyama sudah menentukan keputusan. Boneka putih kecil berayun-ayun mengiyakan. Hujan turun... rintik-rintik yang berubah jadi deras, tuah boneka kecil sedang tidak berhasil rupanya, hari itu.
Perempuan itu menangis berlatar hujan.

~..~



lovely inspirated lyric - worth to hear, worth to read :)

Wednesday, February 9, 2011

MEREKA HIDUP DALAM MIMPI DAN KENANGAN

from deviantart

Sekitaran jam dua pagi saya masih menikmati senandungnya Ne-Yo keras-keras melalui headphone, masih mencari irama dengan merangkai bagian-bagian cerita.., masih sedang meracik kata, mendadak dapat sms dari teman kuliah di kamar sebelah. Saya pikir cuma tes mengirim pesan singkat karena kadang-kadang operator memang suka aneh. Ternyata tidak.  Dia memberitahukan bahwa adik pacarnya meninggal. Saya tersentak. Mungkin dia kira saya sudah tidur.

Langsung saja saya memanggil teman saya yang cuma berbatas dinding kamar : 
"Kamu masih bangun?"
"Masih.." dia menyahut.
"Kenapa adiknya cowokmu?"

"Kecelakaan motor, nin... malam ini.."

"Innalillahi wa'inaillahiraji'uun.... langsung meninggal?"

"Sempat dibawa ke rumah sakit nin.."
Saya speachless... ngga lagi melanjutkan pertanyaan soal detail.

Entah kenapa pada beberapa tahun terakhir ini saya merasa kehilangan bisa jadi sesuatu yang SANGAT mudah. Seperti soal nenek saya -- salah satu wanita terbaik dan sholehah yang saya kenal sekaligus Mama kedua bagi saya dan ingatan saya sewaktu masa vision burn. Masa dimana saya cuma ingat ada mobil yang keluar jalur mendekat, orang teriak-teriak mengangkat saya, sempat sadar dan pandangan saya terantuk pada lutut saya yang robek parah tapi anehnya saya ngga merasakan sakit sama sekali, gelap lagi, panas matahari... mendadak terbangun dengan orang-orang berbaju putih yang kasak-kusuk entah berbuat apa dengan kaki saya. Dan kebohongan semua orang yang bilang Mama saya sudah sadar di ruangan terpisah.

Kehidupan jadi tidak pernah sama lagi setelah itu.
Kadang-kadang dibandingkan sekarang, seseorang yang hilang itu bagaikan sesuatu yang ngga nyata... bagian dari khayalan terliar saya. Dulu awal-awal ketika saya pulang kerumah yang saya rasakan semua jadi berantakan dan berpindah tempat. Dulu setiap pulang ke rumah ngga enak badan sedikit saja kemanjaan saya sudah minta digaplok saking jarangnya bisa pulang ke rumah. Dulu saya sembarang naruh gunting kuku saja sudah ada yang heboh memarahi.

Sekarang semua jadi seolah keterbiasaan yang ada karena keadaan, beliau jadi seperti bagian mimpi saya yang tipis tapi masih saya ingat. Kalau melihat sekarang, sepertinya saya memang sudah dari dulu begini... seolah beliau ngga ada dari dulu karena setiap kenangan yang diingat sekarang membuat semuanya terasa mimpi. Yang hilang ketika saya terbangun. Dan saya cuma dapat menjumpainya ketika saya tertidur, apalagi akhir-akhir ini. Beliau nyata sekali dalam setiap tidur saya. Ketika saya bangun kemarin pagi, seperti tv yang dicabut kabelnya.. zip! hilang.

Mungkin teman saya yang kehilangan adiknya juga merasa demikian, nantinya juga akan merasakan seperti yang saya rasakan. Dimana rindu cuma dibatasi sebuah hal yang tidak real, sebuah hal bernama mimpi.

Tapi saya kadang merasa bahwa orang yang 'pulang' kepadaNya termasuk orang-orang beruntung, bukankah Dia tidak mengizinkan mereka -- orang-orang ini mendurhakaiNya lebih banyak lagi? Maka Dia memanggil mereka kembali kepangkuanNya. Mungkin itulah alasan kuat mengapa Soe Hok Gie mengatakan bahwa orang yang PALING beruntung adalah orang yang mati muda.

Mari mengirim banyak Al-Fatihah untuk semua orang yang kita sayangi yang sudah pulang terlebih dahulu mendahului kita... orang-orang yang saat ini hanya menghadirkan kebahagiaan dalam jalan kenangan dan mimpi, orang-orang yang menjejak dalam di hati kita... Orang-orang yang membuat kita sudah tidak lagi sama setelah mereka tinggalkan. Orang-orang yang semoga mendapat tempat yang lebih indah ketika 'pulang' daripada saat mereka masih bepergian di bumi.

~amin.
By chance...are you doing well, momma?

Sunday, February 6, 2011

ALASAN UTAMANYA, TENTU SAJA KAMU

from random


Asal kamu tahu, aku cukup punya banyak alasan untuk bisa merasa dekat, denganmu..Sebegini dekat tapi tidak berantuk pandang, paling tidak aku menghirup udara  di kota yang sama dengan kamu.Ketika kamu menjauh lagi aku masih bisa berpikir, paling tidak aku membuang karbondioksida dari hidungku dalam provinsi yang sama, dengan kamu -- tentu saja.Ketika kemudian kamu menjauh lagi, lantas menjauh lagi.. paling tidak aku masih berada dalam ikatan undang-undang yang sama di suatu negara bersama kamu..Paling tidak dalam suatu dunia dimana aku hidup, aku masih dapat merasakan kamu ADA meskipun tidak dalam jarak pandangku.Aku bisa menciptakan sejuta, paling tidak...jumlah alasan yang membuat aku masih merasa dekat denganmu, APA SAJA. Demi keberadaan seseorang seperti kamu, agar aku bukan lagi angka satu yang sendirian di bumi, yang penuh dengan  kesemuanya itu, kesemuanya yang saling berpasang.Atau mungkin suatu hari aku cuma diizinkan mampu menggenggammu dalam mimpi (saja?)?

Thursday, February 3, 2011

JABOTABEK ADA DI PULAU JAWA


Kemarin lagi-lagi sesuatu mengusik saya. Sepertinya kebiasaan semacam ini perlu sedikit diluruskan. Pernah, ketika saya masih tingkatan pertengahan sebagai mahasiswa seorang teman kuliah menulis notes tentang bahasa Jawa. Sebuah notes humor sebenarnya, yang diawali dengan kalimat kurang lebih tentang humor-humor asli Jawa berhubung dia kuliah di Jawa (asalnya dari kota X di Jawa Barat).
Berkeberatan, saya yang kadang-kadang sangat sensitif, kadang-kadang sangat tidak pedulian mengomentarinya dengan agak menyebalkan yang disamarkan dengan bercandaan sebagaimana teman yang saling kenal.

inti maksud dari komentar saya kurang lebih seperti ini : Pikir saya Jakarta ada di pulau Jawa, ATLAS itu benar dan pelajaran geografi juga benar. Kalau-kalau kamu lupa.

Dia jawab        :  Jawa disini is suku I mean..bukan pulau..ckckck.

Hmm, makin ngga nyambung dengan yang bisa disimpulkan orang dari tulisannya sendiri. Jika benar yang dia maksud suku maka penulisannya berhubung dia hidup di lingkungan orang Jawa.

Saya balas         :  Berarti kalimatnya, berhubung kuliah di jawa timur.. bukan berhubung 
                          kuliah di jawa. Artinya sudah beda.
Dia jawab lagi   :  wew jawa yg saya maksud adalah suku bukan provinsi. Makanya saya 
                          nulisnya hanya jawa ga pake timur dan bogor kan sunda bukan jawa..hehe
Saya jawab lagi :  (lihat lagi kalimat awal notes) orang Jawa dan kuliah di Jawa.   
                       Jawa yg pertama adalah nama suku. Jawa yg kedua adalah penunjuk tempat
                       atau wilayah,berhubung ada kata di yg merupakan penunjuk tempat. Kan
                       kamu sendiri yang nulis.dan di semua wacana atau dalam materi EYD.
                       Ya itu maksudnya. Kalau memang yang ada di pikiran kamu begitu, berarti
                       ada dualisme makna atau ambiguitas dalam tulisanmu.

Untuk semua orang-orang yang terbiasa menyebut Jawa padahal dirinya sendiri sedang ada di pulau Jawa juga tolong berhenti membuat kesalahan sejenis itu. Cobalah untuk bisa membedakan penggunaan kata suku Jawa, pulau Jawa, Jawa Timur, Jawa Tengah dan sekitarnya untuk sebuah kalimat. Mungkin bagi anda itu sesuatu yang biasa, tapi bagi kami ini bisa saja terdengar mengganggu. Lagipula jangan membuat orang mempertanyakan keintelektualitasan anda dengan kebiasaan pengucapan yang contohnya saja seperti diatas. Hanya percik pikiran saya, sekaligus pikiran orang-orang disekitar saya, tidak bermaksud menyinggung ya :)

P.S. : kapan hari ketika saya jenguk lagi notes itu... sepertinya si teman sudah merubah notesnya sehingga sudah tidak lagi sama dengan yang saya ingat hingga berhasil memicu saya berkomentar seperti yang saya tuliskan diatas. Dan terima kasih pada teman saya ini karena bersedia mengoreksi notesnya :)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

P.P.S :
Berhubung banyak yang bingung maksud saya jadi saya tambahkan lagi disini paragraf ekstra :)

Btw si temen bilang dia orang kota X (di Jawa Barat) yang kuliah di Jawa... blabla.. awalnya gitu. Terus belakangan diganti sama dia pakai kalimat : orang Jawa yang kuliah di Jawa :D yah sama-sama Jawanya padahal, kenapa ya dibeda-bedain gitu.. beda lagi kalau misal dia bilang : sebagai orang sunda yang hidup di lingkungan orang jawa (nah ini baru bener). Atau sebagai orang kota X yang kuliah di malang. Atau lagi sebagai penduduk jabar yang kuliah di jatim dimana bahasa sehari-harinya bahasa jawa (bener lagi). yah kebiasaan orang sana lah, tapi kebiasaan penyebutan yang perlu dikoreksi seperti halnya babysitter yang sering disebut babysister (eh?) atau parasut yang sering diucapkan parasit. Beda dikit beda arti lah ya...

Tuesday, February 1, 2011

LELAKI ITU, DALAM DUNIAKU






Adalah satu pertanyaan besar bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu, bahwa kamu tidak harus berpanjang kata untuk menyita pikiranku. Bahwa keindahan adalah kamu dengan segala kesederhanaan itu, sesimpel tawa yang selalu kita bagi, seindah perbedaan yang kita cari. Tanpa puisi yang kamu rangkai, tanpa keseringan berjumpa, maka lipatan takdir adalah tentang betapa mudahnya kamu mampu menyentuh hidup milikku. Padahal hanya tawa, padahal hanya kalimat-kalimat sederhana tanpa sisipan rayuan.
Bagaimana mungkin kita perlu begitu banyak waktu untuk tahu akan segala keterpautan. Kamu ingat soal seberapa banyak kita sudah saling membuang waktu untuk ketakutan, untuk kepatahatian yang mestinya tidak perlu? Sudah bilangan tahun.
Tapi bukankah dalam hidup, kitapun juga selalu butuh drama yang terlihat 'ruwet' namun akan selalu kelihatan indah pada akhirnya?Tulisanku sudah jadi berantakan lagi, hal yang terus berulang setiap kali aku mencoba menyisipkan kamu lagi. Mungkin kamu sering minta maaf karena tidak sanggup mengimbangi racikan hurufku.. tapi salah satu hal yang begitu kuat dalam ingatan adalah ketika aku melihat kamu tertidur dengan posisi duduk, menungguiku, menjaga aku yang tersiksa segala sakit fisik itu. Merengek kepanasan karena ngga bisa mandi berhari-hari dan kamu yang kemudian mengipasi aku. Kekhasan kamu adalah melakukan banyak hal-hal sederhana, mengatakan hal-hal yang sederhana itu pula tanpa sadar betapa banyak kadar kemanisannya. Tapi kamu memang selalu begitu kan. Bagian ini yang paling penting sebenarnya, kalau kamu ingin tahu.
Tahu tidak? Bisakah orang bisa mati karena rindu..?Hahaha sepertinya terasa begitu berlebihan, ya kan?Mungkin aku terbunuh sepi yang tanpamu.Namun bukankah yang begini ini rasa sedih yang manis?




hasil dini hari mengencani keyboard lagi, meracau lagi... tapi saya menikmati ini :)
Previous Page Next Page Home