Ada seorang teman SMA saya, wanita bolak-balik meretweet dan mempublish status soal bencana. Saya sih tenang-tenang saja, toh saya juga tidak terganggu dengan semua status-statusnya... sampai kemudian dia mengupdate statusnya dengan sebuah restatus seperti ini :
Will you stop thinking abt your joy for a sec and care more abt thousand of people's lives ?
Agak ngerasa sih saya sejujurnya karena ceritanya waktu itu saya lagi ngobrol lucu sama beberapa teman Blogger kan. Tapi tetap saya biarkan, tidak saya reply.
Dia mengupdate statusnya lagi :
pas ngtweet ttg musibah, byk bule2 yg mention. ketahuan siapa yg responnya cepet & punya respek. thank God aku punya temen2 seperti mereka
Loh saya jadi kaget nih... semua orang di angkatan saya kebanyakan memanggil dia mbak karena usianya yang lebih tua diatas rata-rata kami, namun saya tidak menyangka dia berpikir dengan pandangan seperti itu. Bagi saya heboh dan ngga seseorang disuatu situs jejaring sosial dan menggumamkan berita-berita tentang berapa banyak orang yang kehilangan dan bla-bla-bla bukan berarti kita ngga peduli kok... peduli ngga harus disiarkan keseluruh dunia juga kan... cukup kita dan Tuhan yang tahu juga ngga apa-apa, bentuk sebuah kepedulian adalah tergantung pada masing-masing individu.
jadi saya balas begini :
saya rasa terlihat peduli itu tidak penting. maybe kita semua jg peduli kok tnp perlu reaksi mention
dia balas lagi dengan nada sinis yang saya rasa karena salah paham :
maka dari itu, yg peduli langsung tanggap. ni aku ngmg org2 yg peduli aja, yg g peduli ya terserah.
Yang di restatus oleh salah seorang teman SMA juga, yang saya pikir sama-sama ngga ngerti point dari omongan saya cuma membantahnya dengan kata-kata yang maaf -- membuat dia terlihat sedang mempermalukan dirinya sendiri karena selalu ngga nyambung menanggapinya.
kemudian saya balas lagi :
dunno. saya pikir berdoa ngga usah koar-koar. atau mungkin itu cm tendensi2an
dia bales lagi panggil saja temanSMA1 ya :
@temanSMA1 : oh g ada yg berkoar2 tuh disini. inilah yg dinamakan respek. simpati sama mereka lbh tepatnya.
oh oke, saya mingkem lewat jari tangan. ngobrol lagi sama teman-teman blogger dan mengabaikan omongan si temen tersebut. si teman masih aja asik nyetatus seperti itu dan kemudian seolah menambahkan argumennya :
that's why it's called : respect to the others
saya masih mingkem, ngga peduli. lagi, tiba-tiba dia merestatus omongan kasar :
Bit*h I hope a quake hit your face
Hmm sebenarnya omongan seperti itu berada diluar batas toleransi saya... bagi saya orang yang baru saja menggembar-gemborkan sebuah bencana dan simpati terus mengumpat adalah suatu hal yang sangat kontras, kontras ngga pantas.. kontras menyalahi omongan yang baru saja dia bilang.. lagipula, dia mengucapkan itu sangat dekat dengan dialognya dia dengan saya.. hmm kok bisa ya orang sesembrono dan kasar begitu? maka saya balas :
please,God will not accept a bad wish or a badMouth.lets contribute with our money n act dont just say a word
ini salahnya situs ocehan yang cuma boleh pakai 140 huruf, saya jadi ngga maksimal merangkai kata dengan sehalus mungkin... tapi kejadian yang kemudian terjadi sangat berhasil membuat saya shock :
of course i have money to donate. what's ur problem heh?!? i don't give a f*ck with ur words. so get ur f*cking life!!!! (saya sensor ya)
Astagfirullah... saya sama sekali ngga menduga si teman SMA yang setahu saya sangat pendiam dan halus itu punya jari jemari yang sedemikian kasar yang dengan mudah mengetik satu hal seperti itu. saya balas :
dlm kasus seperti apapun mbk X. FYI saya ngga pernah ngmong kasar sama sekali sama mbak lo.dn g nuduh anda g punya uang CMIIW.
dia bales lagi sama kasarnya :
so what's ur problem talking sh*t like that?? i don't ever need ur ceramah n bla bla bla. :)
saya : no problem. twit2 anda barusan seolah semuanya g ikut peduli.mksd sy peduli g harus mention2 dan ngetweetin itu toh
saya : dan lagi krn tadi yg tengah digaungkan adalah pray for japan saya pikir dlm 'pray' segala agama not include bad words itu saja
saya : well lagilagi saya dimaki sm anda. it's okay adu pendapat. please, ngga usah memaki begitu
dia : what? ini tweet2 saya. dan anda g berhak ngatur2 saya, ini twitter, bukan FB woy. org disini bebas ngmg apa aja.
saya : well iya iya terserah anda saja mbak. sy pikir persilangan pndpt itu wajar kok. biasanya dikelas jg begitu toh.no hard feeling deh
dia : memang anda pantas kog di maki, biar tau rasa :)
dia : sori ye, saya g butuh ceramah..thanks. saya cuma bersimpati ma temen2 saya disana :) byeee
saya : @temanSMA1 @temanSMA2 @temanSMA3-cowok-yang-mengerti-maksud-saya-dan-ikut-terkena-umpatan
toh cuma berdebat biasa. ya udahan ah anggp sj cm forum. ngga usah dibawa kesal lah.
@temanSMA3-cowok-yang-mengerti-maksud-saya-dan-ikut-terkena-umpatan :
eh tp orang suka ngomong sok 'f*ckin b*tch' tapi dibales lagi trus ngamuk itu kok lucu yaaa #eaaa *diterusin *
saya kepada si teman diatas : sudah sudah damai di hati damai di bumi yuk kita ngobrolin yang lain.. teori konspirasi misalnya..
Iya, segitu saja terus saya diunfollow sama si teman SMA 1 dan 2 yang mungkin hobi menelan mentah-mentah lirik lagu rap untuk diaplikasikan ke percakapan itu sementara saya ngga sadar dan semua status curhatannya dia membicarakan saya dengan teman-temannya (bertiga, salah satunya dengan si teman SMA 2 tadi) langsung nongkrong di depan saya. Sampai kemudian obrolan bersama teman-temannya itu malah berada pada topik perawatan wajah dan krim malam... oh ya ampun What a life! LUCU.
Dalam pikiran saya bencana adalah bencana... sesuatu yang perlu kita pahami sebagai sesuatu yang tidak layak kita sesali karena itu adalah kuasa Tuhan, buatan Tuhan... terlalu menyesali sesuatu dan mungkin membenci sebuah bencana... tidakkah kita takut kemurkaanNya? Itu buatannya lho, kok berani-beraninya kita membenci apa yang Dia buat.. sementara segala yang kita tahu adalah semua milikNya pasti akan kembali sewaktu-waktu jika Dia minta. Ada hikmah dalam setiap cobaan, pasti ADA.
Terkadang sebuah cobaan sengaja dihadirkanNya untuk membuat kita semua kembali mengingat untuk mendekatiNya. Simpati memang perlu, namun tidak ada pakemnya juga dengan kita mesti menulis status panjang lebar berdo'a. Setiap orang punya bentuk wujud simpatinya sendiri, bisa juga dengan berdiam diri langsung berdo'a kepadaNya diatas sana tanpa ribut-ribut si situs jejaring sosial. Toh belum tentu juga orang yang menulis hashtag prayforjapan benar-benar berdo'a.. hmmm... apa cuma ikut-ikutan karena sedang tren?
Sebuah simpati dan respek atas musibah yang tengah dialami orang lain pada kenyataannya mestinya tidak hanya ditunjukkan pada kondisi-kondisi tertentu saja, mentang-mentang bencananya gede.. tren ngomongin itu... coba kita tengok... jangan-jangan kita terlalu sibuk memerhatikan yang jauh-jauh dan jadi big issue, tapi orang-orang disekitar kita mikir keras besok mau makan apa karena ngga ada uang.. ya ngga boleh juga kan... mesti adil dong ya...
Namun terus terang yang barusan terjadi sangat mengagetkan saya ketika saya membaca makian si teman tersebut pada saya, benar-benar ngga tanggung-tanggung kasarnya. Apakah yang didapat seseorang dengan memaki seperti itu? Merasa menang dan superiorkah? Apalagi diucapkan dengan serius pakai marah, kepada orang yang dikenal pula! Dalam kuliah kami dimana salah satu organ pentingnya adalah diskusi, sudah sangat biasa berbeda pendapat dengan sesama teman.. sudah sangat biasa kami saling membantai setiap argumen yang keluar dan menjadi lawan dalam forum.. namun setelah selesai ya sudah, teman tetaplah teman. Ngapain juga hal-hal semacam itu dimasukan kehati, kalau sampai dimasukkan terus ya bisa stres jiwa karena itu toh ngga cuma berlangsung satu dua kali.
Seberapapun kesalnya ya apa ruginya jika sebuah pendapat disampaikan dengan kalimat standar atau bahkan indah dan halus karena kita berbeda pikiran.
Bagi saya dengan alasan apapun bukan hal bijak jika kita mengekspos sebuah kemarahan di situs jejaring sosial dengan bahasa yang kasar dan apalagi jika sudah menyangkut orang-orang tertentu, jika kita sudah mengklaim diri sebagai seorang individu yang mengaku sudah dewasa secara hukum dan pola pikir yang pastinya akan mampu menghadapi sebuah masalah dengan stay calm. Hak tetaplah hak, namun freedom of speech tidak bisa dengan mudah digunakan untuk melukai orang lain. Tidak ada dasar apapun entah hukum entah agama yang memberi penghalalan untuk seorang manusia melukai manusia lain dalam bentuk apapun, termasuk memaki.
Mungkin orang dengan mudah bisa berkelit, ini akun saya! Ya terserah saya dong... namun kenyataan yang harus anda terima adalah akun anda tidak sendirian, pastinya berinteraksi dan bersinggungan dengan akun yang lain. Anda memaki pasti terbaca di timeline atau beranda... bahkan juga pada situs pribadi seperti misalnya sebuah blog yang benar-benar sesuatu yang hanya milik kita karena tidak mungkin orang akan terganggu dengan status-status yang memenuhi timeline, sekalipun sebuah situs pribadi ini paling dan sangat personal namun kita tetap bisa melihat adanya fasilitas report abuse yang menghalangi kita menjadi manusia yang 'seenak sendiri' melontarkan kata-kata atau content yang tidak layak.
Internet membuat kita manusia akan lebih mudah bersentuhan dalam jarak jauh, lebih gampang menyampaikan pendapat tanpa perlu langsung lewat mulut, dan lebih gampang mengabuse seseorang lewat komposisi kata, tentu saja.
PR kita bertambah rupanya, tidak hanya harus menjaga mulut tapi juga mesti menjaga jari ini biar ngga nakal :) mulut dan jarimu keduanya sama-sama harimaumu kan ya. Apa yang nampak dari rangkaian kata yang kita ketik dan apapun yang kita ucapkan saya rasa bisa menunjukkan seperti apa rupa pribadi seseorang. Kata-kata itulah perwakilan dari diri kita secara langsung.
Katakanlah dan sampaikan maksudmu dengan kata-kata yang baik, kata-kata yang baik saja masih berpotensi menimbulkan akibat melukai orang lain apalagi kata-kata kasar dan makian... jika merasa tidak bisa, mengambil langkah diam adalah pilihan yang lebih baik. Dan ingatlah ini : tidak pernah ada seorangpun yang pantas dimaki.