Tuesday, February 28, 2012

Sertakan Kerudung Saya

SO GET RELAX, DEAR ME...
(pic taken from random googling)
Ini cerita ketika saya sedang dalam proses walk in interview sebuah department store. Proses walk in interview saya lokasinya disebuah mall. Via sms saya diberi tahu untuk masuk dari pintu karyawan. Iya saya masuk dengan naik tangga berlantai-lantai hanya untuk menemukan bahwa semua calon karyawan duduk atau berdiri keleleran sepanjang tangga. Kami dibiarkan menunggu lama padahal banyak yang memakai sepatu hak tinggi, ada juga mas-mas yang bahkan menunggu sampai jam 10 pagi, sementara waktu itu sudah jam 12an.

Saya sudah mulai membatin kalau nampaknya proses walk in interview itu bakalan tidak efisien. Tahu-tahu saja pegawainya semua keluar dalam rangka istirahat bersama. Kami katanya juga disuruh istirahat dulu. Ya siapa mau baru naik tangga berlantai-lantai terus turun lagi dan naik lagi sementara saat itu baru saja dapat tempat duduk.

Dalam pikiran saya, manajemen semestinya tidak memanggil sedemikian banyak orang kalau wawancaranya tidak bisa dilakukan tepat waktu dan terutama ditinggal dulu istirahat. Kenapa ya nggak dibagi dua saja biar nggak ada yang dirugikan, sekelompok orang istirahat sekelompok lain tinggal untuk terus melakukan wawancara. Istirahatnya gantian. Banyak yang sudah lebih lama dari saya kelelahan berdiri, bahkan juga ada beberapa bapak-bapak setengah baya yang adalah calon karyawan dengan referensi pengalaman.

Setelah beberapa waktu capek menunggu, baru bagian HRD masuk lagi ke ruangan, itu juga satu per satu dan agak lama sampai mereka lengkap. Ruang wawancara lebih bikin bingung lagi, ketika saya masuk dalam ruangan itu berisi sekian staf yang satu persatu menghadapi satu pelamar kerja dan mereka beramai-ramai melakukan wawancara sehingga membuat suasana di daerah wawancara berisik bukan main. Mau jawab pewawancaranya sering nggak dengar, waktu pewawancaranya nanya saya juga sering nggak dengar saking berisiknya.

Terus pewawancara saya yang adalah mas-mas berusia muda kemudian bertanya, "Errr... saya nggak tahu ya anda pernah dengar atau tidak pertanyaan seperti ini dalam wawancara anda yang lain. Tapi semisal anda diterima disini apakah anda mau - maaf melepas jilbab,"
Serius saya kaget, serius juga saya kesal.
Perjuangan saya dalam perjalanan sekaligus perjuangan begitu lama menunggu, kaki saya yang pakai high heels sampai pegal-pegal hanya untuk memenuhi panggilan sebuah perusahaan yang ternyata tidak worthed saya perjuangkan.

Menilai seorang pelamar dari berkerudung atau tidaknya dan secara tidak langsung memaksa karyawannya untuk tidak menggunakan kerudung ketika bekerja bagi saya sungguh pikiran yang picik. Apalagi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama muslim. Perusahaan semestinya menilai saya dari cara saya berbicara dan dari CV yang saya serahkan.

Padahal saya sudah menyerahkan CV lengkap berikut foto ketika perusahaan itu membuka stand di jobfair, sementara foto saya dalam CV itu juga berkerudung. Saya menghela nafas dan menjawab bahwa saya sudah sepaket dengan kerudung itu, jadi saya tidak bersedia melepasnya. Saya pikir seharusnya perusahaan itu juga tidak memanggil saya lagi untuk mengikuti walk in interview setelah memperhatikan CV saya berikut foto berkerudung itu kan? Bahwa jika saya tidak sesuai dengan 'budaya' perusahaan itu maka semestinya tidak usah memberikan panggilan lanjut kepada saya kemudian seolah mencoba melakukan bujukan untuk membuat saya melepas kerudung - ah ya ini perasaan saya saja sih. Tapi tetap saja rasanya sungguh membuat kesal. Saya baru sadar kalau semua pegawai wanita yang saya temui di department store itu tidak ada yang memakai kerudung.
Kemudian dibagian akhir interview saya diminta menunggu selama seminggu karena kabar jika saya lolos atau tidak bisa akan diberikan dalam waktu seminggu.
In fact, kabarnya tidak juga datang setelah dua minggu lebih. Jadi saya rasa memang begitulah cara perusahaan itu mengelola manajemennya.

Tidak apa-apa, mereka yang rugi karena menolak seseorang yang berkompeten seperti saya *sombong mode ON*. Tidak apa-apa, karena bumi Allah pasti masih menyimpan banyak rejeki untuk hambaNya yang memegang erat perintahNya.
Saya percaya. Buktinya saya masih bisa punya penghasilan sendiri meskipun belum kerja full-time. Alhamdulillah.
Semoga rejeki berikutnya berbentuk kerja full-time :)

Sunday, February 26, 2012

Kepada Yth. Para Pengendara Mobil (Part 1)

Kepada Yth. Para Pengendara Mobil

Kita sama-sama berada dibawah hujan superderas, sama-sama ingin cepat sampai tujuan. Bedanya anda ingin cepat sampai karena urusan atau keinginan bukan kedinginan seperti halnya kami. Bedanya lagi jas hujan hanya melindungi sedikit dari kami, bagi anda sama saja hujan hujan atau tidak juga tidak tersentuh air. Maka bijaksanalah dalam menyetir... pelan-pelan ketika jalan penuh genangan. Mungkin bagi anda tidak ada pengaruhnya mengebut atau pelan, bagi kami berarti baju penuh air comberan. iya, yang kotor itu... yang warnanya coklat itu. Tidak pernah merasakan bukan berarti anda tidak mau melihat lebih cermat dan mengerti kan?


TTD,

Para Pengendara Motor

Saturday, February 25, 2012

Far Away...

One step closer.
Namun, saya masih belum punya bayangan apa-apa.
Serba ketakutan, ketakutan karena terlalu banyak berharap kemudian kecewa.
Ketakutan tidak bisa menjemput impian yang saya punyai.
Ya Allah saya takut. Saya takut.
Mudahkan. Mudahkan. Mudahkan.
*pengin nangis*

Thursday, February 23, 2012

'Mak Uti' dalam Kenangan Saya

Sewaktu sekolah dasar, saya paling sulit bangun sahur. Mak Uti saya selalu memaksa membawakan makanan ke kamar
dan membangunkan saya berulang-ulang sampai saya mau memakan makan sahur yang beliau bawakan.

(pic taken from random googling)

Pernah menonton film Emak Ingin Naik Haji?
Saya sudah dan lebih dari sekali. Selama beberapa kali itu saya menonton, saya selalu keseret suasana untuk menangis. Karakter emak dalam film itu mirip dengan eyang putri saya yang mengasuh saya sejak kecil. Saya tinggal bertiga saja dengan beliau dan eyang kakung. Di desa yang begitu pelosok sampai jalanan saja tidak ada yang beraspal waktu itu. Saya sekolah di SD yang lumayan jauh dari situ, kadang jalan kaki kadang dengan memakai sepeda mini kayuh.

Eyang putri saya adalah wanita yang paling saya kagumi sekaligus wanita paling cantik dan baik yang pernah saya kenal. Saya tinggal dengan bertiga dengan eyang kakung dan eyang putri sejak saya masih balita hingga saya lulus SD. SD saya tidak jauh dari rumah eyang, waktu SMP saya bersekolah di kota jadi saya hanya bisa menjenguk eyang setiap akhir minggu. Dulunya, saya berada di rumah eyang selama hari sekolah dan berada di rumah orang tua saya sendiri di daerah yang cukup dekat dengan kota setiap akhir minggu. Maka keadaan itu kemudian berbalik.

Sepanjang masa pertumbuhan saya kemudian, saya semakin lama semakin jarang tidur berdua dengan eyang putri. Tempat tidur eyang putri yang bisa dibilang mungil tidak cukup menampung tinggi badan saya yang semakin bertambah. Semakin saya besar dan akhirnya melanjutkan kuliah di luar kota, saya semakin jarang pulang dan semakin jarang menjenguk eyang putri saya terkasih.

Beliau wafat ketika usia saya menginjak sembilan belas tahun, satu hari sebelum saya hendak kembali ke kota tempat saya kuliah. Wafatnya beliau mengagetkan hingga membuat saya menunda kembali ke kota rantau. Beliau wafat tanpa sakit dan dengan situasi yang persis sama dengan yang menjadi keinginan beliau selama hidup, ingin meninggal tanpa merepotkan banyak orang, tanpa merepotkan anak-anaknya. Keinginan yang begitu baik hati untuk orang setua eyang yang biasa saya panggil 'Mak Uti' saking lamanya saya tinggal bersama beliau.

Mak Uti tidak pernah menunda waktu sholat, meskipun karena tulang tubuhnya yang tidak simetris sehingga beliau susah melakukan gerakan-gerakan sholat. Beliau selalu duduk setengah merangkak lama sekali seusai sholat magrib untuk menunggu adzan isya. Karena untuk berada dalam posisi tersebut tidaklah mudah bagi beliau untuk melakukannya. Mak Uti saya selalu meminta saya mengantarkan makanan kepada tetangga-tetangga yang kurang mampu atau kerabat dekat jika ada makanan berlebih di rumah. Karena saya, Mak Uti dan Eyang Kakung saja tentu tidak bisa menghabiskan semuanya.

Saya menyesali banyak hal, karena jarangnya saya menjenguk beliau... karena terpakunya saya pada pemikiran bahwa beliau nantinya masih akan ada ketika saya sudah berkeluarga. Padahal selama saya tinggal bersama kedua eyang saya, merekalah yang membentuk pribadi saya menjadi seperti yang saat ini. Karena tinggal bersama mereka cukup lama saya tahu bagaimana menjalani hidup seperti orang desa lainnya. Bagaimana cara mengembala kambing dan menanam jagung, atau mengeluarkan kacang tanah dari kulitnya atau mengusir kutu sapi.

Pernah sekali waktu beliau berkata kepada saya, "Nanti kalau kamu sudah bekerja Mak Uti pengin dibelikan tahu lontong ya,"
Saya sudah sempat membelikan beliau tahu lontong dari uang yang saya peroleh dari menulis lepas. Saya bilang, "Nanti saya belikan lagi kalau saya sudah benar-benar lulus dan bekerja".
"Iya..." Mak Uti menjawab.
Yang belum bisa kesampaian, bahkan ketika saya belum juga lulus kuliah beliau sudah meninggalkan dunia tempat saya hidup.
Mak Uti saya orang yang sangat baik semasa beliau hidup. Jadi saya yakin tempatnya saat ini insyaAllah lebih baik, bahkan juga tanpa kesulitan menjalankan ibadah sholat lagi.
Mak Uti yang dikasihi banyak orang, yang tetangga sekitar ikut menangis ketika beliau tiada insyaAllah dikasihi Allah, serta dilimpahi cintaNya yang besar.
Ah saya sangat merindukan beliau.

Monday, February 20, 2012

{ Review } KDrama - Heartstrings


pic taken from random googling

Saya sudah menulis beberapa drama dan film di blog ini hingga rasanya saya perlu memberi nilai dengan kisaran 100 pada masing-masing drama.
Heartstrings ini drama musikal. Bercerita tentang Lee Gyu Won dari jurusan musik tradisional dan Lee Shin dari jurusan musik terapan. Lee Gyu Won masuk jurusan musik tradisional karena kakeknya seorang ahli dalam kebudayaan tradisional. Dalam sebuah kegiatan pengumpulan amal Lee Shin yang awalnya bersedia datang karena permainan band dan nyanyiannya yang bagus tidak bisa datang sehingga Gyu Won yang marah menggantikan posisi Lee Shin sebagai vokalis untuk tetap memperoleh dana yang akan ditujukan untuk perawatan salah satu dosen yang sakit keras.
Seorang sutradara terkenal dari broadway (dan dulunya mahasiswa sekolah mereka) kembali ke negara asalnya untuk menyutradarai sebuah drama musikal, sutradara ini kemudian menemukan bakat besar Lee Gyu Won dalam menyanyi karena kebetulan dia menonton pertunjukkan pengumpulan dana kemudian
memintanya untuk mengikuti casting sebagai pemeran utama.
Kemudian... rrr... saya sudah agak lupa jalan ceritanya karena sudah beberapa bulan lalu menonton ini tapi saya baru sekarang menulis reviewnya.

Drama ini sangat simple dalam hal permainan emosi dan masalah. Konflik yang ada pun digiring dalam bentuk yang mengalir dan wajar. Semula akan dibuat dua puluhan episode tapi dibatalkan karena ratingnya kurang baik sehingga cuma dibuat sampai episode 15 saja.
Jangan tertipu dengan penampakan rating drama Korea, karena yang saya lihat selama ini drama yang bagus dan 'unik' malah punya rating yang tidak gemilang. Sebaliknya drama yang ratingnya bagus kadang-kadang membuat muka saya yang tanpa ekspresi jadi seperti ini ---> @____________@
Saking nggak penting atau anehnya jalan cerita yang disajikan.
Mungkin perbedaan selera cerita masyarakat di negara asalnya dengan penonton disini kali, ya...

Heartstring menampilkan problematika remaja yang wajar dan sederhana, tidak terlalu rumit dan kompleks tapi juga nggak berlebihan. Romantismenya juga sederhana dan manis namun tetap berkesan bagi saya yang menontonnya sampai selesai.

Jangan berpikir ini akan sama 'lame'-nya dengan serial High School Musical, sebenarnya musiknya kurang banyak ya namun bisa dimaklumi dengan episode yang diperpendek. Endingnya seperti terlalu cepat, saya jadi merasa adanya puzzle yang kurang lengkap karena cepatnya berakhir itu.

Ngomong-ngomong, kostum Lee Gyu Won dan clique jurusan musik tradisionalnya sepintas terlihat jadul tapi model-modelnya classic yang bagus, enak dilihat. Jadi sepanjang drama saya suka memperhatikan model-model baju mereka yang 'tidak biasa' untuk ukuran drama korea. Hehe :)
Seperti berikut ini:
Hanbook (pakaian tradisional) Gyu Won paduan warna dan bahannya
cute kan ya :D

ini seumpama kainnya dipanjangin juga saya mau pakai :P


Nilai 83 untuk drama ini dari kisaran 100.

Saturday, February 18, 2012

Rantai Pertemanan

Orang-orang yang kita kenal dalam tempat kita hidup adalah seperti warna-warna yang dicampur baur dengan dominan atau sisi lain
warna-warni mereka itulah yang kemudian
memerciki kita.

(pic taken from random googling)

Waktu saya sedang ngobrol bersama sahabat saya, sambil menjajah kasurnya saya ngobrol mengenai blog yang berubah dari blog biasa menjadi blog populer.
Blog yang sengaja diarahkan menjadi blog populer.
Pemiliknya tidak pernah berkunjung balik atau melakukan interaksi balasan komentar sebagaimana seorang blogger ke blogger lain dengan memperkuat pertemanan melalui membaca pikiran yang dia tuliskan dalam halaman blog, orang-oranglah yang jika merasa butuh sesuatu atau ingin melihatnya maka mereka akan mengunjungi blog miliknya dan sudah.

Dipikir-pikir, saya tidak ingin mengubah blog saya menjadi yang seperti itu.
Karena ketika pertama kali saya menyenangi dunia blogging dan pertemanan yang ditawarkan terlepas dari banyaknya motif-motif terselubung yang entahlah... saya menyukai pertemanan yang terikat dari sini, karena paling tidak kita bisa mengenal seseorang lewat banyak dan kandungan tulisan yang dia tuliskan.

Dan terkadang saya suka membaca tulisan-tulisan kesakitan yang membuat saya bersyukur bahwa hidup saya tidaklah separah itu. Bahwa meskipun banyak kerikil paling tidak saya punya beberapa hal yang tidak dimiliki seorang teman yang pernah saya baca curhatannya dalam blognya.

Dulunya saya kesal dengan orang yang tidak mau saling mengunjungi blog dan meninggalkan komentar. Semakin lama hal itu semakin tidak lagi menjadi masalah. Selama kami pernah menjalin interaksi dan kemudian dia sibuk cuma sempat posting tidak sempat lagi berbalas komen, maka saya akan tetap membaca tulisannya ketika saya berkesempatan... dan sekali waktu juga meninggalkan komentar.

Saling berkomentar rasanya sudah tidak lagi penting.

Saya rasa, blogging banyak mengupgrade saya, banyak mengajari saya sesuatu yang sebelumnya tidak saya tahu. Dari latar belakang kawan blogger sendiri yang bermacam-macam, umur dan hal-hal lain yang tidak sampai terpikirkan oleh saya... mereka memberi tahu saya lewat tulisannya.
Membaca fiksi dan koran tidak cukup untuk membuat pribadi kita bertambah luas, pengalaman lah yang akan membuatnya demikian. Jika pengalaman yang kita lalui belum cukup, maka pengalaman orang lainlah yang akan melapangkan kita.

Jika saya pada akhirnya menujukan blog ini menjadi blog populer, sepertinya saya tidak akan sukses karena selalu tergoda untuk jalan-jalan ke halaman orang lain kemudian meninggalkan jejak :D
~

Thursday, February 16, 2012

Cinta Itu...

(pic taken from random googling)

Cinta itu...
bisa disebut cinta jika setelah kita sama-sama melampiaskan marah maka kamu memaafkan aku
dan aku juga memaafkan kamu.
Lantas kita tersenyum dan tertawa dengan canda-canda yang biasa, saat-saat penting adalah saat ini. Saat ketika kita melalui fase penyesuaian lagi dan mengakhirinya dengan tetap bahagia, kemudian kita menyadari satu hal yang samar-samar mengembang : cinta itu sendiri. Setelah melalui proses ini aku menyadari cintaku tumbuh dari awal lagi, membumbung seperti pertama kali hadir bersama dengan kehadiranmu dalam ruang takdir. Cintaku serasa diperbarui, seperti program yang selesai diupdate dan muncul baru dengan keadaan yang lebih super, lebih... lebih... Cinta itu adalah ketika seusai aku menunjukkan wujud monsterku atau kamu menunjukkan sisi kelabumu, aku dan kamu masih tetap saling mengasihi dan bisa menerima masing-masing sisi lain itu sebagai bagian dari keutuhan diri kita sendiri. 


Cinta itu seperti ini...
aku dan kamu bukan berubah sama sekali
kita hanya saling menyesuaikan diri
~

p.s. ini tulisan yang mendapatkan buku dalam posting sebelumnya itu.

Saya Dapat!

Bingkisan ini sampai ketika saya sudah kembali ke kota perantauan. 
Baru beberapa hari lalu fotonya dikirimkan adik saya.
Saya nggak tahu kalau isinya bakal ini, sudah lama saya kepingin punya bukunya Clara Ng. 
Tapi suka nyendat di harganya :P 
Jadi sering terkalahkan kebutuhan lain.
Terimakasih pada Mbak Anis yang telah dengan baik hati mengirimi saya ini :)

Ramuan Drama Cinta by Clara Ng
Belum bisa saya baca karena berada jauh bersama adik saya
di kota kelahiran.

pic taken by: adik saya dengan kamera hape seadanya

Tuesday, February 14, 2012

Jangan Berlebihan, Ah!

Gambar ini banyak di-forward di jagat dunia maya.
Sekilas lihat orang biasanya akan marah,
jadi nggak sempat memperhatikan
dengan jelas keanehan foto ini.
Karena sudah duluan marah itu tadi :)

Kemarin di FB sedang ramai-ramainya membahas hari valentine dan gambar berikut diatas. Ramai-ramai mereka mengomentari bundling SilverQueen yang diberi kondom seperti diatas. Ramai-ramai pula mereka menghujat dengan cara-cara yang berlebihan. Bla.. bla.. blaa... mereka akan di laknat Tuhan-lah apa-lah...

Saya mengerutkan kening, ah masa sih...
batin saya tidak mungkin SilverQueen yang bekerja keras membangun brand image-nya begitu lama melakukan hal sebodoh itu. Namanya bunuh diri kan.
Kemudian saya zoom gambar itu dan menemukan keanehan-keanehan, saya malah jadi ketawa datar...
orang-orang ini marah pada sesuatu yang mereka pikir begitu tapi sebenarnya yaa nggak begitu sih. Kesimpulannya gambar diatas rekayasa... mungkin tujuannya cuma bercandaan... tapi ya ini jenis bercanda yang kelewatan.

Ada orang iseng yang menaruh kemasan kondom Fiesta diatas kemasa coklat dan difoto dengan kamera hape berpixel rendah. Terus entah bagaimana foto tersebut bisa tersebar dan muncullah komentar-komentar marah yang jadinya malah bikin ketawa.
Kenapa?
Karena meraka marah dengan cara yang sebenarnya tidak jelas kemarahannya kenapa. Marah tanpa sebab. Marah yang bukannya terlihat 'alim' malah jadi terlihat konyol.

Coba perhatikan alasan saya yang berikut ini:
  1. Kemasan kondom yang merah mungkin terlihat masuk akal dan menempel pada kemasan coklat dibawahnya, tapi bagaimana dengan yang pink? Menempel nggak wajar, nggak jelas dia sebenarnya bundling dengan kemasan coklat yang mana. Sudah jelas ini ulah orang iseng yang menumpukkan produk Fiesta diatas coklat dan memfotonya mentah-mentah.
  2. Bandingkan dengan bundling SilverQueen dengan KitKat disebelah kiri... plastik bundlingnya terlihat tidak rapi tapi jelas terbungkus jadi satu. nah sudah jelas apa bedanya kan dengan bundling SilverQueen dan Fiesta abal-abal disebelah kanan?
  3. Perhatikan rak dibawahnya, ada kotak-kotak susu SGM yang berarti itu barang konsumsi anak kecil. Maka tidak mungkin pihak supermarket itu yang mendalangi bundling produk SilverQueen dan Fiesta diatas, bisa diamuk massa para orang tua. Memangnya mau tokonya tutup?
Saya cuma kasihan saja dengan produk-produk yang bisa saja dirugikan atas kehebohan foto orang iseng diatas. Sudah repot-repot menampilkan brand image baik tapi malah diruntuhkan oleh kejadian foto abal-abal.
Kasihan sekali ya kan?

Sunday, February 12, 2012

Alkisah Acara Gossip

Sedang menonton tv di warung bubur (alias nebeng), acara gossip.
MC mengatakan:
Blablabla Jessica dan Olga blablabla
Benarkah Olga GALAU dengan kepergian Jessica ke luar negeri? *suara berat dan dalam*
Saya: Errrr.... sepertinya ada yang aneh deh dalam kalimat diatas...

Dear MC acara gossip, karena anda telah menggunakan kata 'galau' dalam kalimat yang tidak seharusnya diselipi perbendaharaan kata gaul, bagaimana kalau anda sekalian saja menggunakan kata 'rempong', 'capcus' dan 'cyin'?
Habisnya sudah terlanjur lucu.

Sekian.

Wednesday, February 8, 2012

KARTU BARU ADIK SAYA

Ketika saya pulang kampung kapan waktu dan browsing internet meminjam ponsel adik saya yang koneksinya cepat, saya jalan-jalan sebentar ke akun saya di dunia maya ke blogger dan tidak ketinggalan ke facebook.

Saya bukan orang yang eksis di Twitter, pertimbangan saya lebih suka Facebook karena kemudahannya berbagi informasi. Message sudah bisa pakai attachment dan lain sebagainya. Yang paling sering saya buka di Facebook adalah group alumni yang isinya adalah alumni satu angkatan di jurusan saya semasa kuliah karena disitulah kami banyak berbagi informasi atas lowongan kerja perusahaan-perusahaan, share berita jobfair bahkan juga tempat obrolan nggak mutu.

“Eh kok pakai itu sih mbak… nggak enak tauk!” tegur adik saya yang mengintip apa yang sedang saya lakukan dengan ponselnya, bahwa saya memakai browser standar bawaan ponselnya itu.

“He? Terus pakai apa dong?”

Tuesday, February 7, 2012

TIPS MENGHILANGKAN JERAWAT DENGAN CEPAT

Saya bukan orang yang jerawatan, saya bahkan tidak pernah jerawatan.
Jadi sewaktu saya jerawatan untuk pertama kalinya, saya kaget sekaligus bingung. Bagaimana ya cara menghilangkan jerawat sebuah yang nongol diatas bibir saya itu.
Saya sudah mencoba facial yang sakit banget dan memang sembuh tapi kemudian menggembung lagi, bikin panik.
Iseng saya mengolesinya dengan minyak tawon hasil saran yang saya peroleh dari googling.
Hari pertama jerawat itu semakin besar dan meradang, warnanya juga berubah. Saya tambah bingung karena sepertinya semakin parah.
Hari kedua ketika saya bangun tidur ada jejak cairan di tempat jerawat itu berada.
Saya senang.
Jerawat itu hilang dan meletus.
Hari ketiga lukanya mengering dan sembuh sama sekali.
Cuma butuh tiga hari saja untuk menghilangkan jerawat itu tanpa bekas di muka saya.
Cukup diolesi minyak tawon rajin-rajin.
Hehehe :D
Selamat mencoba...
~

Update Juli 2021
Karena masih banyak yang tertarik dengan artikel ini maka saya merasa perlu untuk menambahkan update. 
Cara ini masih berhasil untuk sebagian orang, saya pun masih pakai cara ini sampai umur 25. Namun rupanya minyak tawon hanya berhasil menyembuhkan jerawat karena infeksi. Hingga kemudian saya mengalami jerawat hormonal di usia 26 ke atas, minyak tawon sudah tidak sanggup lagi menyembuhkan jerawat hormonal saya.
Cerita bagaimana saya akhirnya bisa mengatasi jerawat hormonal bisa dibaca di postingan saya disini ANTI AGING ANDALAN SAYA YANG MAMPU MENGONTROL JERAWAT HORMONAL

Friday, February 3, 2012

ALPHA WIFE DALAM REALITA

Dari posting sebelumnya, Arif Chasan yang suka mengomentari blog saya meskipun dia sendiri malah jarang posting memberi komentar yang membuat saya tertarik... polos banget tapi benar juga :
dan.. setiap laki-laki pasti bakal segan kalau berhadapan sama perempuan mapan. dan yg melamarnya pun pasti setidaknya tau diri dan berpikir "saya setidaknya harus lebih atau nggak sejajarlah, baru berani buat ngelamar".. :D
Seperti yang dikemukakan Arif, ada orang-orang tertentu yang tidak bisa menerima perbedaan bahwa wanita bisa saja menjadi breadwinner bagi keluarganya, bisa saja dia berpenghasilan jauh lebih tinggi dari suaminya. Saya pikir ini karena kita hidup dalam lingkungan yang membuat kita berpikir demikian. Bahwa wanita harus tidak lebih tinggi dari lelaki dalam hal posisi atau jabatan ketika bekerja atau dalam menghasilkan uang menghasilkan uang. Entah dibentuk dari sisi egois lelaki yang tidak suka merasa dikalahkan atau apa.

Saya pikir dunia sudah banyak mengalami perubahan seiring jaman.
Dan dalam putaran hidup bukan cuma wanita saja yang diuji, lelaki bisa jadi diuji dalam bentuk-bentuk kesabaran untuk melapangkan hatinya.
Semasa hidupnya ibu saya pernah cerita tentang seorang guru SD yang menikah dengan seorang polisi wanita berjabatan tinggi. Orang kebanyakan tentu akan memandang itu sebagai salah satu contoh keunikan dalam hubungan lelaki sebagai tokoh utama dalam keluarga dan wanita adalah semacam peran pendukung.
Mengapa tidak?
Dua orang yang saling mencintai dan memutuskan hidup bersama dalam pernikahan pastinya punya banyak pertimbangan serta usaha penekanan ego karena hal yang paling penting bukan 'menjadi yang utama diantara yang lain' namun bagaimana untuk mendapatkan yang terbaik dari kebersamaan. Pemeran utama bukan seorang lelaki atau seorang perempuan, menurut saya yang paling baik adalah keduanya harus saling mendukung peran utama masing-masing.

Dalam contoh nyata adalah Tante dan Oom saya, Tante saya jauh lebih sibuk dari Oom saya yang bisa sering di rumah tapi keduanya bisa mengatur rumah tangga dengan sedemikian baik, masing-masing saling mendukung peran yang lain dalam rumah tangga sehingga segalanya mampu berjalan dengan sangat baik.

Ngomong-ngomong saya jadi teringat dengan sebuah novel bagus yang pernah saya baca, judulnya ALPHA WIFE. Novel yang bagus dengan ide yang segar. Bercerita tentang seorang pemimpin di majalah wanita populer yang sangat gemerlap bersuamikan guru SMA. Dia sering menerima tekanan dari orang-orang sekitarnya hingga dia berulang kali membujuk suaminya (yang pintar namun mencintai pekerjaan mengajarnya) untuk berganti pekerjaan karena malu. Berulangkali pula suaminya menolak sehingga mereka sering bertengkar dan terancam berpisah. Saat bertengkar dan suaminya pergi dari rumah karena sangat marah lucunya mereka jadi saling merindukan dan menyadari bahwa segalanya berjalan dengan baik karena selama ini mereka bersama dan saling mendukung. Suaminya menyadari bahwa banyak hobinya, kemampuan ekonomi di rumah mereka dapat terpenuhi karena kerja keras istrinya. Istrinya menyadari bahwa kehidupan di rumah berjalan stabil karena suaminya yang telaten mengurusi biaya air, listrik, pertemuan RT serta memperbaiki alat rumah tangga yang rusak. Banyak fungsi rumah tangga yang berjalan dengan baik karena suaminya, dan dia yang tidak familier dengan semua itu bahkan tidak tahu menahu sehingga semuanya berantakan. Ketika berpisah itu mereka sama-sama menemukan kerinduan. Terlebih ketika seusai si istri melakukan wawancara dengan seorang Direktur wanita kaya raya sementara keluarganya pun berjalan baik dan stabil. Kurang lebih seperti ini isi wawancaranya:
"Saya merasa tanpa papanya anak-anak saya tidak bisa menjadi sekarang. Saya sejak muda cuma tahu yang namanya bekerja dan papanya anak-anak tahu itu. Dia yang menjalankan rumah tangga sehingga saya tidak dipusingkan oleh masalah-masalah apapun ketika pulang. Namun saya juga sadar bahwa ketika saya ada di rumah saya harus melepas atribut apapun di kantor dan tidak main perintah di rumah sebagaimana seorang direktur. Di rumah saya adalah istri bagi suami saya dan ibu anak-anak, ibu rumah tangga biasa. Saya juga suka meminta hal-hal kecil kepada suami saya seperti membelikan pisang goreng seusai dia menjemput anak-anak dari sekolah. Mungkin orang bilang bahwa orang seperti saya bisa saja membeli pisang goreng segerobak... namun bukan itu esensinya. Itu cara saya menjaga perasaan suami agar dia tahu bahwa saya sangat membutuhkan dia meskipun saya semandiri ini. Jadi itu resepnya agar sukses di karir sekaligus dalam keluarga,"
Obrolan diskusi dalam novel tentang seorang wanita yang sukses di karir sekaligus keluarga itu saya simpan dalam benak karena sangat berkesannya itu sekalipun cuma fiksi namun bisa menggugah kesadaran saya bahwa:
Tidak ada lagi yang lebih baik selain seorang wanita dan seorang lelaki yang saling mendukung dalam menjalankan rumah tangga bersama, bukan atas penghasilan siapa yang lebih tinggi, siapa yang lebih banyak gelar atau hal-hal terlihat semacam itu. Namun karena mereka saling mencintai maka mestinya mereka saling menguatkan dan mementingkan apa yang mereka punya selama mereka bersama-sama bukan atas penguatan ego, apalagi cuma karena omongan orang-orang tidak penting diluar hubungan.

Kawan, kehidupan penuh dengan liku-liku yang kita semua tidak akan tahu apa yang akan terjadi, maka jangan lupa siapkan senjata untuk menghadapi apapun sekalipun itu belum terjadi. Ada pakem bahwa kepala keluarga sekaligus tulang punggung, namun tidak selamanya nasib membiarkan itu berlangsung - cuma Tuhan yang tahu. Jadi lebih lapang hati maka lebih baik. 
Begitu kan ya :)

Thursday, February 2, 2012

Wanita dan Pencapaian

Kapan waktu adik saya sempat cerita soal teman cewek sekelasnya yang berencana selulus sekolah akan menikah dengan pacarnya yang bekerja di salah satu BUMN.
"Padahal dia keras banget sampai anarkis mbak, 'ringan' tangan gitu..."
"He...? Terus kenapa temanmu masih mau?"
"Dia punya cita-cita punya suami kaya mbak..."
"Jangan ditiru ya...," komentar saya pada cerita si adik, setengah menegur.
"Masa muda kamu masih panjang. Ketika kita ada di usia seperti ini memang ada godaan-godaan memiliki rumah tangga cepat-cepat. Karena itu fase yang belum kita lewati. Tapi kamu ada didunia bukan semata-mata untuk senang-senang. Bukan dongeng yang putri menikah dengan pangeran lalu happy ever after. Nggak pernah merasa menderita lagi. Hidup terus berputar dari satu cobaan ke cobaan lain. Kalau mulus terus, bisa jadi dia belum berada dalam kehidupan.
Sekarang kamu dengar pesan ibu dulu, bagaimana kalau kamu cuma mengurus rumah tangga... kemudian suamimu yang tulang punggung keluarga mendadak meninggal? Anakmu masih kecil-kecil. Bagaimana kehidupan kamu setelah itu? Bagaimana jika lelaki yang jadi suamimu tidak setia kemudian meninggalkan kamu yang menjadi istrinya? Bahkan suami yang terlihat begitu mencintai istrinya pun punya potensi menjadi tidak setia. Ada keadaan-keadaan tertentu yang mendorong perilaku demikian, meskipun sebelum-sebelumnya tidak begitu."
Wanita harus punya pekerjaan. Harus. Pesan ibu saya sewaktu beliau masih hidup. Pesan yang bagi saya sangat masuk akal.
Sementara menurut saya pencapaian bukan dalam hal semempesona apa pasangan kita, sekaya dan sebagus apa pekerjaan yang dia geluti.
Pencapaian adalah apa yang berhasil kita peroleh dalam hidup dengan usaha sendiri, entah pekerjaan entah sekolah entah kecerdasan atau malah kekayaan. Bukan diukur dari se'mengkilap' apa pasangan yang berhasil kita peroleh.
~

Wednesday, February 1, 2012

Ibarat...

adalah gambaran proses untuk mengatur emosi kita dengan lebih baik.
(image taken from blueberrypie's mim)

Dosen saya pernah bilang bahwa surga dan neraka itu kurang lebih bisa kita rasakan bahkan ketika kita masih ada di bumi, belum mengalami kematian.
"Coba kamu ingat bagaimana tepatnya surga digambarkan.
Surga digambarkan dengan tempat yang teduh, air-air mengalir
Nah bagaimana pula neraka digambarkan?Penuh angkara murka, api-api, segala sesuatu yang panas
Sekarang bagaimana jika jiwamu tenang? Apa yang kamu rasakan?
Damai... penuh dengan kedamaian bukan?
Menyenangkan, bersyukur... merasa bahagia meskipun secukupnya yang di dapat.
Bagaimana dengan jika hatimu penuh kemarahan, dengki, kebencian dan segala macam?
Hidupmu juga akan terasa tidak tenang, bukan?
Tidak menyenangkan, terus-terusan merasa susah meskipun sebenarnya rezekimu juga bagus."

Mmm...
saya jadi merenungkan obrolan pendek itu.
Previous Page Next Page Home