|
TOGETHER
pic taken random by google |
Kemarin sewaktu menghabiskan bareng Fi (sahabat saya sejak awal kuliah), dia nyeletuk, "Eh ya kangen si Mut deh..."
Saya tercenung, "Ah ya sih..." Mut adalah sahabat saya yang lain, biasanya kami bertiga kemana-mana meskipun Mut sejurusan dengan saya dan Fi berbeda. Kami bertemu di organisasi. Fi dan saya tipe hobi menghilang tapi kemudian kembali, Mut tipe selalu siap dalam segala hal yang terjadi di organisasi.
Fi dan saya sering sama pikiran dalam banyak hal, berbeda dengan Mut. Tapi lucunya kalau kami jalan berdua suka kangen sama Mut, karena pola pikir kami dan Mut sungguh jauh berbeda. Entah rasanya menyenangkan menggodai dia, membalikkan argumennya, mengkritisi dia setengah tega-nggak tega karena dia tipikal orang yang halus tidak meledak-ledak. Meskipun seringkali dia memutuskan sesuatu yang mengejutkan banyak orang. Dan kami tetap dekat.
"Aku kalau ingat-ingat serasa terharu deh kita yang dulu awal ketemu, awal-awal kuliah. Sepertinya begitu 'lucu'. Sekarang kita sama-sama menua dengan problem hidup masing-masing. Dan terutama sama-sama masih jobless,"
Saya ketawa.
Iya kamu tumbuh banyak dibanding waktu itu, pemikiran, usia dan cara pandang. Saya sudah setengah lupa tentang bagaimana cara saya memandang dunia ketika saya masih awal kuliah. Saya rasa saya sudah matang dalam banyak hal waktu itu, kecuali satu: percintaan. Saya adalah tipe orang yang tidak mengerti bagaimana seharusnya cinta ditumbuhkan atau ditujukan pada orang yang benar-benar tepat. Tidak hanya melihat dari usaha seseorang untuk mendapatkan perhatian kita.
"Aku dulu selalu pusing dengan masalah-masalah yang nggak terlalu penting, yang sekarang cuma punya tempat sepersekian di pikiranku. Kok bisa ya dulu aku cemas karena masalah-masalah itu, aku jadi paham kenapa kamu selalu pusing setiap aku curhat." Fi ketawa sendiri, memanggil kenangan lama.
"Yah syukur deh kamu paham, hehehe..." saya nyengir. Masa-masa itu cuma sekitar 4tahunan lalu tapi terasa sudah begitu jauh dan asing. Saya tidak bisa kembali pada saya yang dulu, demikian juga dengan dua sahabat saya yang lain.
Esok paginya, mendadak saya pengin nelepon Mut... setelah perjalanan ke stasiun yang gagal mendapatkan tiket. Cuma pengin ngobrol. Dia menutup obrolan tanpa juntrung itu dengan, "Terima kasih ya..."
Saya bingung.
Bagaimana orang yang habis ngobrol ditelepon bilang terima kasih setelah obrolan usai?
Mungkin Mut merasa kesepian seperti halnya saya. Kelulusan benar-benar mencerai-beraikan aliran hidup kami yang sebelumnya beriringan. Kesepian yang membuat kami begitu senang bertemu dalam jobfair, karena bertemu kembali dengan orang-orang yang sama dimasa kuliah. Serasa reuni ganjil dalam sumpeknya pikiran para pencari kerja.
Saya menyukai interaksi dengan orang-orang yang dekat dengan saya. Terutama disaat-saat saya sedang penuh rasa sumpek dan merasa lelah pada perjalanan. Saya menyukai kesendirian, saya menyukai pesona personalnya tapi saya juga pada saat-saat lain, saya butuh membenci sepi itu sendiri.