Thursday, May 31, 2012

Sibuk

busy busy...
pic taken random by google
Pulang kantor dan kelelahan, senang setiap pulang dan masih ada matahari. Saya magriban, makan, cuci baju kemudian belajar sebelum mandi. Tapi terus memutuskan besok pagi saja usai sholat shubuh. Rasanya sibuk sekali, lelah dan badan serasa sakit semua tapi saya senang. Saya belajar dan saya dibayar. Bertemu orang-orang yang luar biasa berpengalaman dan sudah pernah mengunjungi nyaris semua negara di bumi. Berkumpul dengan kawan-kawan yang luar biasa pintar dan baik. Bikin saya minder, tapi saya tetap harus belajar meskipun dalam keadaan minder. Termasuk berbagai macam topik yang tidak saya kenal dimasa kuliah, beberapa begitu sangat teknik.
Namun bagaimanapun, Allah terima kasih telah mengembalikan fungsi saya sebagai manusia, berguna.

Jakarta day 5.

Sunday, May 27, 2012

Dalam Kereta, Dekat Jendela

Mungkin saya merasa takut kehilangan ingatan akan kenangan
pic random by google
Saya selalu suka perjalanan malam, namun tidak yang kali ini. Miskin lampu dan langitnya begitu gelap. Mungkin karena tidak sejingga langit musim panas di surabaya yg tetap kemerahan ditengah malam atau dini hari. Saya tahu itu ketika tengah berada di atap sebuah rumah di Surabaya usai menjemur baju malam-malam. Kegiatan yang entah kapan rutin saya lakukan, meskipun kata orang itu tidak biasa. Tapi jam-jam tengah malam adalah saat ketika jemuran cenderung kosong. Jadi mungkin saja saya bisa sedikit memonopolinya. Langit jingga musim panas di Surabaya serta kakinya yg berkelip-kelip kaya lampu. Saya suka. Saya rindu.

Friday, May 25, 2012

{ Review } KDrama - Princess Man

pic from IDWS forum
Ini sudah saya selesaikan sekitar 3 minggu yang lalu, bukan jenis saeguk panjang seperti halnya Queen Seon Deok yang 50an episode, Princess Man hanya 20an episode jadi menontonnya tidak membutuhkan usaha ekstra untuk tidak malas :p
Yah biarpun saya menontonnya dengan cara mencicil sih.
Saeguk ini bagus, ceritanya bagus... dilatari dari sejarah kerajaan Joseon, seorang pangeran bernama Su Yang yang sangat bagus skill dan banyak hal merebut kekuasaan dari saudaranya yang sakit dengan berbagai cara. Banyak adegan pembunuhan berdarah, namun tidak vulgar. Dibintangi oleh salah satu aktor favorit saya Park Shi Hoo sebagai Kim Seung Yu dan Moon Chae Won yang sangat cocok karakternya dengan seorang lady dimasa lalu sebagai Lady Ser Yong.

Banyak sedihnya. Masalahnya disini meskipun tokoh yang mengambil pihak antagonis pun mereka semua masing-masing punya alasan yang menjadikan mereka antagonis. Jadi sejujurnya saya suka semuanya, akting mereka bagus-bagus sih, bahkan meskipun Grand Prince Su Yang sangat antagonis dan melakukan tindakan-tindakan 'gila' sayapun jadi tidak bisa membenci tokoh ini. Selain itu kostum-kostumnya juga dirancang dengan sangat cantik. Oh ya alurnya mundur kemudian maju lagi, agar anda tidak bingung pada rantai-rantai yang hilang dalam cerita. Kelemahan drama ini terletak pada beberapa hal yang sepertinya tidak diperhatikan oleh scriptwriter namun tidak luput dari penonton. Salah satunya adalah anomali yang ada pada episode akhir. Kesalahan termaafkan sih, kalau bagi saya :p

Great drama, nilainya 90 dari saya :)

Thursday, May 17, 2012

Finally My Job-seeking Journey Ended Up...

(pic taken from Blueberrypie's mim)
Setelah delapan bulan jobseeking yang penuh dengan kekuatan, kemelankolisan, keputusasaan juga kemarahan dan hal-hal pahit manis... akhirnya saya diterima bekerja juga di sebuah perusahaan-non bank bertaraf internasional yang berpusat di Jakarta. Jadi saya harus training beberapa bulan dulu di kantor pusat.

Delapan bulan yang panjang yang sekarang mesti saya tengok ulang lagi untuk banyak bersyukur pada segala ketetapan yang karena adanya keragu-raguan. Delapan bulan yang mestinya saya syukuri, karena saya diberi waktu untuk menganggur dan menghargai betapa menyenangkannya ada aktivitas yang perlu dilakukan. Delapan bulan yang membuat saya mengerti bahwa mencari kerja dengan mengandalkan diri sendiri dan izin Tuhan tidaklah mudah, maka saya tidak akan memandang rendah pencari kerja yang belum menemukan jodohnya. Delapan yang membuat saya mengerti bahwa pertanyaan: mengapa nggak bikin usaha sendiri saja? Menjadi pertanyaan yang bisa jadi menyakitkan.
Memangnya punya modal semudah yang kamu pikir?
Ya pinjem bank! begitu biasanya kilah mereka.
Kalau jaminannya rumah kau, boleh?
dan na na na na yang lain.

Delapan bulan yang membuat saya tahu betapa susah menghadapi pertanyaan-pertanyaan dan keterlukaan psikis dari orang-orang yang tidak pernah susah-susah mencari kerja dan mengikuti seleksi sepanjang kami atau orang-orang yang melamar langsung diterima. Capek menjelaskan. Contohnya ayah saya yang lulus sekolah langsung menjadi guru kemudian diangkat menjadi PNS. Waktu itu guru masih begitu mudah proses pengangkatannya jadi beliau tidak tahu bagaimana rumitnya proses orang mencari kerja jaman sekarang.

Bukan perjalanan yang mudah dan sebentar, saya akui. Barangkali yang Tuhan mau saya memperlancar bahasa inggris saya yang ala google translate, mikir dulu translate-annya baru ngomong. Barangkali yang Tuhan mau sekali-sekali nanti saya keluar dari Indonesia. Tidak dalam pelukan negeri sendiri terus menerus.Saya sempat berbincang dengan beberapa orang kawan yang diterima di perusahaan yang sama, mereka sungguh keren... pintar sekaligus mahir berbahasa selain Indonesia. Saya serasa tenggelam diantara mereka, tapi saya juga harus belajar banyak. Banyak sekali yang kepingin saya ceritakan disini, ulasan perusahaan-perusahaan yang saya ikuti tesnya tapi tidak sampai gol diterima tapi juga nggak yakin apakah boleh ya cerita-cerita disini gitu :p

Terima kasih pada semua pihak yang selama ini mendukung dan menyemangati saya yang sumpek karena lelah berharap. Orang-orang yang terus berada disisi saya dan yakin bahwa saya mampu. Orang-orang yang membantu saya dengan uluran bantuan dan do'a... yang kesemuanya tidak mungkin saya lupakan. Terima kasih banyak.
Do'akan semoga semuanya lancar dan saya krasan di dunia baru saya ya... :)

Wednesday, May 16, 2012

Red Alert

jangan-jangan dia pikir omongan saya cuma gelembung sabun
(paloma marciana's mim)
Disadari atau tidak, wanita yang sedang dapat tamu bulanan biasanya emosian, sebel dan suka marah nggak jelas sendiri. Saya kemarin mengalami itu.

Sehabis terima telepon dari seorang sahabat saya segera ke kampus tanpa mandi melaporkan perusahaan yang melakukan penipuan besar pada lulusan-lulusan universitas negeri terbaik itu. Saya miris saking jahatnya. Itulah sisi lain Indonesia suka jahat sama sesama warga negaranya juga. Melamar apapun akhirnya malah dijadikan sales. Kenapa mesti lulusan S1 negeri sih?

Tapi tanggapan atasannya lembaga kampus yang menangani masalah itu malah menurut saya terkesan terlalu tenang. Tidak paling tidak ikut prihatin atau apa seperti ibu-ibu bawahannya yang pertama kali saya laporin. Meskipun pada akhirnya tidak bisa membantu banyak, tapi empati sebenarnya juga cukup dibutuhkan disini. Karena empati biasanya akan menghadirkan usaha, terlepas dari sedikit atau banyak usaha yang dilakukan. Begitu susahkah mengerti bahwa itu hal yang serius? Orang-orang yang tertinggal di tempat training sudah mulai sakit-sakitan, saya yakin mereka pastinya bingung dan lelah jiwa raga. Belum mengenal antah berantah tapi harus hidup di dalamnya. Tentu tidak semudah itu menemukan jalan pulang. Saya dengan pengalaman delapan bulan melakukan pencarian kerja entah kenapa merasa mengerti apa yang mereka rasakan. Keragu-raguan melangkah dan semuanya. Atau uang yang sudah minim.

Namun bapak itu menanggapi seolah masalahnya begitu doang.
"Kota di Jawa Barat itu toh... saya pikir kalau anak kos pasti bisa saja kok pergi dari sana dengan mudah..."
"Kalau begitu kita nggak nerima lagi ya rekrutmen dari perusahaan ini lagi."
Yaelah pak, kalau gitu ngapain pula saya cerita panjang lebar. Buru-buru kesini sampai ngongkosin telepon bapak sama si sahabat saya kalau keputusannya segitu doang. Mereka rekrutmennya ada juga yang dari situ, tau... apa tidak kepikiran punya tanggung jawab moral juga?
Saya bawaannya pengin nyeruduk bapaknya karena dongkol.
Meremehkan masalah.
Bukannya tenang yang baik. Ini yang tanpa empati. Melihat tanggapannya saya kok kurang yakin bakal ada tindakan lebih diluar 'tidak menerima rekrutmen perusahaan itu lagi'.
Pak, saya kepingin tahu kalau suatu saat anak atau cucu bapak kena masalah yang sama... apa bapak masih bisa terlihat se-heartless itu?

Sunday, May 13, 2012

Sebel!

taken from paloma marciana's mim
Saya sebel karena salah satu sahabat saya yang jauh lagi-lagi memasuki fase baru cobaan. Saya pikir dunia baru itu tepat-tepat saja baginya. Karena sepertinya dia banyak menemukan alasan untuk membenarkan alasannya menerima tawaran kerja. Jadi saya iyakan asalkan dia mantap memilih menerima. Gajinya tidak buruk dan sepertinya perusahaannya juga lumayan. Tapi ternyata itu harus dibayar dengan harga yang tidak murah juga. Saya sebel karena nggak tahu harus ngapain.

Saya sebel karena tadi waktu messenger saya nyala, tiba-tiba saja saya disapa seorang kawan lama dan dia bertanya soal lowongan. Alasannya pengin tahu saja karena selama ini dia tidak pernah melamar pekerjaan. Dia juga pengin tahu prosedurnya. Hah? Saya nggak percaya karena semisal saya jadi dia mestinya ya buat apa tahu... kecuali ada pembicaraan yang memang membahas soal itu. Ada motif lain. Saya melihatnya samar-samar. Wanita. Saya sebal karena si kawan sudah melebihi kapasitasnya sebagai seorang lelaki bagi seorang wanita. Terkesan wanita ini pemalas sekali, sampai kudu kawan saya yang sudah bekerja pontang-panting mencarikan info lowongan ke sumber-sumber yang mungkin saja bagus seperti saya. Padahal googling sebentar juga nemu ratusan, padahal kalau si wanita mau mampir ke kampus saya atau kampus sebelah kampus saya banyak pelayanan info kerja yang sayang dilewatkan. Saya malas menjawab bukan karena nggak mau bantu teman. Saya malas kasih tahu karena enggan menyenangkan hati wanita dibelakang kawan saya yang sepertinya 'sembarang kalir' malas sampai harus merongrong kekasihnya  untuk mencarikan dia info.

Saya sebel karena tadi saya coba sapa salah seorang kawan lain yang sudah lama juga saya kenal, dia menjawab dengan nada yang seolah datar. Mungkin karena lagi sumpek, mungkin karena malas ngobrol sama saya. Saya bingung bagaimana harus meningkahi obrolan wawancara searah seperti itu. Saya tanya dan dia jawab. Padahal saya dan si kawan sudah sangat lama tidak pernah ketemu online, ataupun bertukar sapa. Begitu seterusnya... guliran pertanyaan seperti wawancara sampai kemudian saya merasa sepertinya obrolan itu mesti disudahi. Barangkali interaksi wajar sudah jadi hal yang kelewat muluk belakangan ini.


Surabaya, gerah berlipat usai baju-baju terlipat

Saturday, May 5, 2012

Lima Tahun yang Lalu

We just belong together
pic taken from lainelindsey blog
Lima tahun yang lalu, saya mungkin terlihat begitu adorable sampai ponsel tidak pernah sepi. Keduanya. Pernah juga dalam rentang tahun yang lebih kecil, melewatkan waktu beberapa jam dinner dengan lelaki yang dulunya pernah begitu dihebohkan di SMA saya karena punya semuanya, katanya sih ya.
Alah apaan... batin saya. He doesn't know anything. Tidak mengerti selera humor saya. Tidak mengerti hal-hal yang tercetus dari kepala saya yang sok cerdas. Tidak mengerti bahwa saya yang pecandu rangkaian kata tidak bisa mempan dengan whisper sweet nothing ala lelaki tampan yang berpikiran seperti orang kebanyakan.
Tidak mengerti bahwa perkataannya yang yakin bisa membuat saya nyaman karena dia selalu bisa membuat teman-teman ceweknya nyaman ngobrol dengannya adalah sesuatu yang saya angguki basa-basi tapi saya ketawai dalam hati.

Tapi saya selalu menanti-nantikan interaksi saya dengan anda, tidak pernah menjadi tipikal idola masa remaja tapinya... saya suka. Anda yang humornya menyebalkan tapi tetap bikin saya ketawa. Kecanduan setengah mati pada respons anda. Tapi pura-pura bersikap biasa seperti lazimnya seorang kawan. Anda selalu saya nantikan. Meskipun lewat perantara-perantara yang 'buta'. Gambar icon messenger yang melonjak-lonjak ataukah cuma pesan pendek via ponsel. Ketakutan kalau-kalau operator tidak baik hati dan menyita pesan anda sehingga pesan itu jadinya tidak pernah sampai buat saya. Saya gusar sampai-sampai nekat bertanya, apa anda sms saya tadi tapi nggak sampai? ponsel saya sepertinya sedang susah sinyal. Alasan yang mungkin saja tidak masuk akal, tapi saya jadinya kelewat sedih tak beralasan kalau-kalau anda tidak berkabar. Anda jawab tidak, sementara saya kecewa bercampur malu disini.

Karena ini bukan sekedar karena anda tidakterjangkau, bagaimana jika saya menjelaskannya hanya dengan sesuatu yang sesimple ya jatuh cinta saja? Terus jatuhnya ke anda.

Sehingga saya betah menunggu icon messenger anda menyala. Saya diam, sok cool. Sengaja tidak menyapa karena khawatir antusiasme saya akan menakuti anda. Bahkan pada suatu malam minggu, saya pancing anda dengan pertanyaan soal perempuan, mendadak agak patah hati bercampur senang karena anda menjawabnya dengan jawaban bahwa anda belum menemukan orang yang pantas anda cintai. Bahwa anda tidak sedang naksir siapa-siapa, atau dekat atau pernah dekat dengan perempuan manapun. Dekat dalam tanda kutip.

Lantas sadar atau tidak saya melewati hari-hari saya dengan berusaha menjadi menyenangkan meskipun sebenarnya saya sering malas bicara. Mengeluarkan lelucon apapun yang mungkin bisa membuat anda tertawa setelah seharian yang padat dengan kerepotan dan stress. Masih tetap dengan sikap sok cool seolah anda sama porsinya dengan kawan-kawan saya yang lain.
Lima tahun yang lalu adalah masa dimana saya terus berusaha membuat anda suatu saat nanti dapat melihat saya sebagai seseorang yang pantas anda cintai.

Thursday, May 3, 2012

Berpindah

Everyone moving on.
Mungkin ini sudah waktunya bagi saya. Waktu dimana saya harus berpindah dari status lalu ke status baru.
Saya yang nggak pernah terbang pada akhirnya juga memutuskan untuk terbang. 

By the way ini hari pertama saya lepas kawat. senang, lega. Saya dapati cetakan gigi, kawat dan foto-foto lama saya ketika pertama cabut gigi.
Tuhan mempertemukan saya dengan hal-hal baru kali ini, terbang dan menjajal bahasa lain saya selain bahasa lokal juga memandangi senyum baru saya yang tanpa kawat. Serasa gigi saya berbeda, lebih ringan, lebih tidak repot.
Yah... I'll visit you soon, Jakarta.
and wish me luck.


Previous Page Next Page Home