Wednesday, November 6, 2013

Jalan Terbaik

Teman baik saya cerita mengenai seorang pria yang belakangan ini sering muncul dipikirannya. Dia cukup putus asa karena perasaan yang dia miliki, padahal tidak mungkin. Jadi sayalah semacam korban dari semua cerita-ceritanya, rasa sedihnya.. semuanya.
Tidak ada yang lebih sedih dari perasaan yang tidak sampai, perasaan yang ditahan dan coba untuk dihilangkan.
Kami duduk dekat musholla, kemudian saya nyeplos, "Kayaknya aku paling lumer sama cowok yang sholatnya rajin. Apalagi kalau tepat waktu."
Teman baik saya ngomong, "Aku juga, sebelumnya. Menyukai cowok yang tinggi dan rajin sholatnya.... tapi kenapa ya... tertarik sama yang ini?"
Yang nggak sholat. Yang beda keyakinan.
Beberapa hari kemudian, dia telepon saya dan cerita karena sedihnya semakin menjadi-jadi, dan rasanya sudah sangat menyakitkan mencoba membunuh perasaannya.
"Tadi itu dia membawakan barang bawaanku, menemani aku menunggu jemputan, sampai datang jemputannya. Berasa galau..."
"..."
"Mungkin simple sih... cuma mungkin karena dia yang melakukannya jadi aku... yah kamu tahu lah..."
"Iya..."
"Arrrhhh"
"Kamu kayak balik lagi jadi anak ABG," saya nyeplos.
"Iya kah?"
Saya ketawa pelan, "Aku juga pernah nungguin kamu sampai angkot datang dan kamu masuk ke dalamnya juga kan... tapi kamu nggak jadi seperti ini setelahnya,"
"Iya..." dia diam mengingat-ingat.
"Karena dia yang melakukan itu. Jadi aku mengingat momen tersebut dengan sangat baik. Senang dan sedih dalam saat yang bersamaan."
".... poor me," dia melanjutkan.
"Time can heal anything... sometime... if it cant's... Allah always can. Speak to him everytime you feel that sad. It's helps."
"Sudah... tapi perasaan ini sudah semacam kambuhan..."
"Barangkali nanti ada yang lebih baik..."
"Aamiin," dia ngomong dengan sedih.
Saya berdo'a dalam hati agar teman baik saya segera menemukan muaranya. Tapi sungguh saya salut pada mereka berdu'a yang sama-sama menahan perasaan. Bersabar di jalannya masing-masing. Teman saya pakai kerudung, dan entah bagaimana lelaki itu juga bisa jatuh hati pada teman saya yang sudah jelas-jelas muslim. Namun dari cerita teman baik saya, mengenai si lelaki yang tetap menjaga jarak dan perasaan masing-masing tanpa mengobarkannya... saya tahu dia orang yang baik dan dewasa. Begitu juga dengan teman baik saya.
Semoga Tuhan memberikan jalan terbaiknya bagi mereka.



7 comments:

  1. dasar cewe,
    ngapain susah2 begitu, knapa gak langsung katakan ayo kita bangun hubungan ini, aku akan membantumu mengenali agamaku agar nanti kita satu jalan bersama,
    udah,
    setelah itu tunggu hasilnya, lebih cepat mengetahui hasilnya lebih baik daripada mmbuang waktu bergalau2 lagi, kalo iya lanjut kalau tidak cari yg lain,
    karena waktu terus brjalan dan masa reproduksi tidak bertahan selamanya, keberlangsungan eksistensi dan populasi manusia ada di tangan orang2 yg fallin' in love.
    clear.

    ReplyDelete
  2. aku dua kali pernah dekat (pacaran) dengan yg beda keyakinan, tuk co mungkin gak masalah perbedaan itu :D tapi memang sulit disatukan meskipun terasa nyaman apalagi klu sampai ke jenjang pernikahan :)

    ReplyDelete
  3. aamiin... semoga Tuhan memberika jalan terbaik bagi mereka...

    ReplyDelete
  4. if it can't. Allah always can. suka :) semoga waktu yang menjawab mereka yah mbak.

    ReplyDelete
  5. pong membaca posting ini sambil ngowoh...

    ReplyDelete
  6. Bila semua di kembalikan kepada Tuhan, ya tentunya jalan pilihan hidup selalu akan selalu menjadi tantangan tersendiri bagi para pelakuknya. Semoga mereka diberikan hidayah jalan kebaikan untuk semuanya. Amiiin......


    Salam,

    ReplyDelete
  7. pernah baca quote yang kira2 bunyinya "kamu bisa merencanakan nikahmu dengan siapa, tapi kamu tidak bisa merencanakan cintamu untuk siapa" :')

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home