Friday, November 8, 2013

Cerita Hijrah Saya

Cerita hijrah saya sudah lama sekali. Lima tahun lalu. Asalnya dari ketidaknyamanan dan bermuara pada kecintaan terhadap Allah. Iya memang sudah lama dan alhamdulillah karena saya takbutuh waktu yang terlalu lama untuk menyadari bahwa hijab yang saya pakai belum benar.

Waktu itu pertama kalinya saya memutuskan untuk memakai kerudung. Lima tahun yang lalu dan sangat bahagia karena keputusan saya tersebut. Terutama berlega hati setiap membaca bahwa berhijab adalah kewajiban setiap muslimah yang telah baligh. Bukan sunnah semata. Berhijab wajib bagi muslimah sama wajibnya dengan sholat.
Suatu waktu dimasa kuliah saya menengok kiri kanan, saya bertanya-tanya mengapa mereka semua terlihat sama?
Iya, orang-orang yang pakai hijab disekeliling saya. Cara berbusana yang sungguh membosankan dan nggak terlihat cantik, celana dan blus.. cardigan, kerudung paris. Semuanya terlihat membosankan. Saya melihat diri saya sendiri. Ah... saya sama saja membosankannya dengan mereka. Kemudian saya mulai melirik abaya. Sekali mengenakannya, saya merasa sangat nyaman. Harga abaya sudah cukup mahal waktu itu. Dan butuh bener-bener nabung untuk beli abaya di butik.

Setelah beberapa kali memakai abaya, terjadi peningkatan rasa malu. Saya merasa malu pakai celana panjang dan tidak lagi mau memakainya. Apalagi setelah mengetahui bahwa aturan berhijab yang benar adalah menutupkan kain kerudung ke dadanya (sesuai Al-Qur'an) dan tidak terawang serta tidak ketat.
Saya mulai mengenakan kerudung panjang yang menutupi dada dan berburu rok serta abaya. Berhubung abaya saat itu model emak-emak dan membuat penggunanya bertambah tua 3 kali lipat, saya rajin memermaknya ke tukang jahit untuk menambahkan kain atau renda.
Tidak mudah mengenakan pakaian yang demikian, orang terus saja berprasangka. Menanyakan aliran agama saya, padahal saya memenuhi tuntunan Al-Qur'an. Dan benarlah bahwa orang yang memegang teguh agama ini bagaikan memegang bara api, ujian di dunia yang mesti kita tempuh sangatlah banyak. Tapi jangan khawatir, Islam datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing pula... berbahagialah mereka yang asing :) masa-masa itu adalah masa yang indah sekali buat saya. Maha besar Allah yang melimpahkan banyak kemudahan.

Lulus kuliah adalah masa-masa futur saya karena susah mencari kerja. Terutama karena kebanyakan perusahaan mempermasalahkan kerudung saya. Dan bahwa benar, negara kita penuh orang yang tidak paham serta tidak mau memahami agamanya. Saya memegang teguh keputusan saya meskipun dalam hati rasanya sakit, saya mulai menyalahkan Allah atas segala kesusahan saya. Astagfirullah :'( Malu sekali mengingat saat-saat itu. Saya memutuskan untuk mengikuti kebanyakan orang yang memakai celana pantalon, pakaian kerja dan hijab sekadar menutup dada untuk melamar pekerjaan. Meskipun kadang-kadang saya juga memakai rok.

Setelah berhasil diterima kerja, saya putuskan bahwa mungkin lingkungan saya belum siap dengan diri saya yang sebenarnya mengenakan hijab panjang. Setahun lamanya saya meninggalkan hijab panjang. Abaya dan rok masih saya kenakan di luar jam kerja. Sampai akhirnya saya harus mutasi ke Jakarta lagi. Beberapa lama di Jakarta, entah bagaimana saya keingat dan merenung soal saya yang dulu. Saya hitung, sudh setahun lebih sedikit. Dan mestinya sudah cukup membuktikan bahwa saya mampu menangani pekerjaan.
"Tapi kan kamu kerja di lapangan? Safety nggak sih pakai baju begitu?" hati saya protes.

Sesungguhnya syariat itu tidak menyulitkan, barangkali saya yang menyulitkan diri saya sendiri. Saya memantapkan hati untuk 'kembali'. Mulailah saya pakai rok panjang ke kantor tidak lagi blus di bawah lutut. Mulailah saya kembali memakai abaya dengan merangkap celana. Pelan-pelan hingga berabaya dan berhijab selebar saat ini. Bertugas di lapangan? Oke-oke saja... kan abayanya dirangkap sama celana :)
Sepertinya benar, Islam itu sederhana... kitalah yang mempersulit sendiri.
Iya saya kembali pakai abaya dan berhijab lebar setengah dari tinggi badan saya. Dan dengan seperti ini saya merasa lebih.. lebih... lebih... aman dan nyaman. Berasa lebih disayang Allah, berasa lebih dilindungi Allah. Dan dimudahkan dalam banyak hal, termasuk urusan pekerjaan. Semakin kita mendekat pada Allah memang akan semakin dekat pula Dia :)
Oh Allah sungguh... nikmatMu yang mana yang kudustakan? :')

Beberapa orang tanya apa rasanya pakai hijab lebar? Saya detailkan dibawah:
- Hijab lebar itu adem, adem dalam arti sebenarnya dan adem di dalam hati juga
- Nggak ribet, nggak bikin malas wudhu karena dibongkar pasangnya cepet dan simple
- Nggak perlu lagi bawa mukena bepergian. Jilbab kita saja sudah cukup untuk sholat. Paling banter bawa persediaan kaus kaki. Ringan dan simple :)
- Nggak perlu bingung dan lama dandan kalau mau pergi, cukup pakai abaya set nggak perlu menyerasikan baju langsung pakai langsung siap :D menghemat banget waktu dandan
- Hijab lebar sekarang banyak model dan macam set abayanya. Semuanya adem-adem dan harganya reasonable. Kain adem lembut berkualitas bagus dan lebar bisa didapatkan dengan harga yang kalau di The Executive cuma dapat sepotong dress... beli abaya set dapat abaya plus kerudung lebarnya.
-  Pakai hijab lebar nggak perlu tutorial... apalagi yang bergo... tinggal pakai aja. Untuk model khimar cukup dilipat persegi, dikasih peniti dibawah dagu, disematkan bros. Pakai pashmina? Pilih yang ukuran besar biar bisa menutup depan belakang, nggak usah dilipet-lipet bentuk macam-macam... kayak biasa aja. Tanpa kebanyakan pentul, tanpa video tutorial juga semua udah bisa ;)
- Hijab lebar meningkatkan rasa malu dan keinginan kuat mendekatkan diri kepada Allah secara otomatis. Perlahan-lahan kita akan malu memakai jenis pakaian tertentu meskipun dihadapan teman wanita. Hijab lebar menyuburkan rasa malu dan menjaga diri kita lebih aman.

Berniat hijrah ke hijab syari' tapi khawatir ada yang ngomong miring mengenai hijab lebarmu? Tell them, you're covering your beauty not your smart brain, not your ability ;)



~

4 comments:

  1. sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa... ketika kita takut pada Allah maka ketika itu kita takut memakai pakaian yang kurang sopan dan tidak menutup aurat... selamat telah dikasih hidayah oleh Nya untuk berhijrah.. salam

    ReplyDelete
  2. kalo kata aku sih yang penting nyaman aja di pakai nya

    ReplyDelete
  3. waah.. proses yang lumayan panjang ya mbak..
    arif doakan semoga mbak selalu istiqamah... :)

    ReplyDelete
  4. ngomong-ngomong soal abaya mahal, jadi ingat waktu ke garut, di sana banyak penjahit yang melayani pembuatan gamis sekaligus kerudung dengan harga murah. kalo pesan bisa milih kain sendiri, model sendiri, dan diukur sesuai badan kita juga. gamis batik yang kainnya halus cuma 90 ribu, kerudung yang panjang sampai siku 30 ribu, kalo lebih panjang lagi biasanya tambah 10 ribu. jadi mikir kalo ke sana lagi, mau pesan yang banyak sekalian, hehe... di sini mahal sih :D

    #nggak nyambung ya? xD

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home