Lama tidak menyapa menyebabkan sedikit isi kepala saya bergumpal-gumpal tidak karuan. Selalu banyak cerita tapi tidak tahu mana yang mestinya dieksplor lebih dulu.
Saya selalu pengin nulis tapi waktu saya serasa sempit.
Dan moodnya pun tidak demikian baik, jadi saya lebih memutuskan untuk merasa... bukannya mencurahkan.
Hari minggu kemarin Jakarta mendung romantis, saya merasa banyak hal lebih awal berguguran. Mendungnya manis tapi saya merasa gerah. Barangkali mendung punya kekuatan untuk membangkitkan awan awan di otak saya.
Saya merasa suram.
Sore itu, sepanjang perjalanan menuju bandara saya menutup mata dengan tutup mata untuk tidur. Agar kawan saya tidak mengajak berbincang, saya sedang ingin diam.
Tiba-tiba kemudian saya berasa perlu caffeine untuk mencerahkan hari saya. Hari ini boleh mendung, tapi tidak diri saya.
Keinginan kuat yang spontan itu pada akhirnya membawa kami ke kedai kopi, saya memesan kopi putih dingin dicampur coklat, duduk di bangku dalam diam kelelahan atau ceracau ceria.
Saya merasa sedih untuk hal-hal dejavu yang barangkali sebenarnya tidak perlu.
Kopi dari kedai itu terkenal enak dan tidak manis tanpa mengusir citarasa pahit ciri khas kopi.
Saya menyesapnya pelan-pelan, menyendok krimnya dalam hati yang terdiam meskipun mulut tidak demikian.
Ada banyak lubang yang berada dalam hati manusia karena kenangan dan waktu yang berjalan pergi.
Saya merasa ditinggalkan masa lampau, sekarang saya rindu.
source: pinterest |
namun kadang-kadang saya ingin tidak seimbang, agar ada sedikit waktu untuk tidak berpindah