Friday, February 28, 2014

Kisah Pesawat

Delayed.
Saya gelisah bolak-balik memperhatikan jam tangan saya. Penerbangan ditunda, sementara isi ruang tunggu sudah demikian padat hingga susah dibedakan dengan stasiun kereta yang ramenya keterlaluan. Sibuk membagi perhatian dengan buku bacaan dan ponsel. Malam Jum'at ketika itu.

Disebelah saya duduk mbak-mbak yang sepertinya usianya berada beberapa tahun diatas saya. Entah bagaimana dia kemudian memulai pembicaraan dengan ibu-ibu yang duduk di belakang saya, sama-sama mengeluhkan delay-nya pesawat. Ini hendak libur panjang, saya yang diam diantara percakapan mereka merasa dapat memahami situasi ini. Bahkan meskapai nasional terbesarpun bisa delay ketika hendak libur panjang dan orang berbondong-bondong pulang dari perantauannya di Jakarta.

"Saya tadi dapat tiketnya mahal mbak... habis sudah habis semua tiketnya. Saya beli dari calo," ibu itu berujar dengan logat maduranya yang kental.
"Oh ya bu?" Mbak itu bertanya. "Ibu sudah makan? saya mau pergi cari makan... mau nitip sesuatu?"
"Belum... boleh deh kalau gitu nitip roti atau makanan apa gitu yang ringan.. Saya juga belum makan dari tadi, ini baru aja tadi pagi saya datang dari Mekkah."
"Baik..." si mbak bergegas pergi. Saya masih membaca.
Ibu itu bertanya, "Mau ke Surabaya juga Non?"
"Iya..." saya menjawab, mengalihkan perhatian dari bacaan. Ibu-ibu itu mungkin berusia lebih dari setengah abad, memakai abaya hitam gombrong dan berkardus-kardus bawaan dengan banyak tulisan yang mengindikasikan asal kardus-kardus itu bukan dari Indonesia.
"Penerbangannya sama kan? Jam sekian?"
"Iya," saya mengangguk, "Saya nitip dulu ya non... mau ke toilet..."
"Iya bu silakan,"

Beberapa saat kemudian ibu tersebut kembali dan pengumuman kembali dibacakan. Delay kami tak jadi satu jam lagi. Kami sudah bisa boarding.
"Mbak yang tadi kok nggak balik-balik ya non?" dia bertanya.
"Nanti juga pasti di panggil, Bu.." saya menenangkan. Bawaannya banyak dan susah untuk dibawa.
"Sini bu saya bawakan.." saya menyambar beberapa tas. Tas yang beliau bawa kayaknya sangat berat.
"Bawa bareng saja yang ini bu.." saya ngomong, mengambil satu sisi pegangan tas. Seriusan superberat. Apalagi saya capek banget pulang kantor langsung ke bandara.
"Kok nggak dimasukin bagasi saja?" saya nanya.
"Sudah banyak banget yang ditaruh bagasi, non..." sahutnya.
Ibu itu duduk di kursi yang berbeda dengan saya, ribut-ribut sendiri mau tukar tempat duduk dengan anak muda disebelahnya.
Saya menegur, "Mas... tukar sama saya aja... biar ibunya sama saya,"
si Mas itu setuju dan tukaran tempat dengan saya. Ibu itu ternyata baru pertama kali naik pesawat. Terlihat dari bagaimana dia bingung dengan seat belt dan segala macamnya.

"Terima kasih ya non...," saya senyum, "saya mestinya tadi pagi perjalanan ke Surabaya naik bis... sama rombongan dari Mekkah yang lain. Tapi saya nggak sabar nanti kelamaan. Saya mesti buru-buru pulang.."
Ibu itu cerita. Saya diam mendengarkan.
"Ini sudah ditunggu sama seluruh keluarga saya, mana delay sampai jam segini... suami saya meninggal non.. baru terima beritanya waktu sampai di Jakarta. Yang paling cepat ya naik pesawat,"
Saya tercekat, sampai bingung mau komentar apa selain diam mendengarkan dan senyum.
"Untung ada non... jadi saya nggak bingung-bingung amat... hehe kuliah di Jakarta?"
Saya ketawa, takjub karena kebanyakan orang yang baru kenal di luar relasi kantor menebak saya masih anak kuliah yang merantau di Jakarta atas nama pendidikan.
"Saya kerja, bu.."  saya menjawab, ribuan pikiran memenuhi kepala saya.
Itu cuma satu cerita dari seisi penumpang pesawat tujuan Surabaya itu. Sekelumit dari puluhan orang yang duduk ramai di ruang tunggu. Sedikit cerita diantara puluhan atau mungkin ratusan cerita orang yang tertumpah ruah di bandara. Mereka semua tentu punya latar belakang perjalanan yang berbeda. Demikian juga dengan saya. Mungkin untuk kerja, mungkin untuk kembali pulang. Mungkin untuk menemui orang-orang yang sedemikian penting dalam hidup seperti ibu itu dan saya. Saya memandangi lampu-lampu bangunan yang bersinar jauh di bawah kami dengan berbagai macam pikiran dan perasaan yang berganti-ganti antara rindu dan haru.

Finally touchdown Surabaya... hati saya berbisik ketika pramugari membacakan pengumuman bahwa beberapa saat lagi kami akan landing.
Saya 'nyaris' pulang :)

Thursday, February 27, 2014

Titik Balik

Sore, pemandangan di luar jendela. Dalam kereta.
Tidak ada yang lebih saya rindukan dari anda.
Dan apakah anda merasakan hal yang serupa? Mungkin tidak dari bagaimana anda tidak mempedulikan saya. Mungkin juga iya mengingat andalah yang pertama menyapa saya tadi. Mungkin anda cuma sedang bersikap baik, sementara anda paham seberapa besar ego yang saya punya bahkan sekedar untuk memulai sapaan.
Pesan pendek di ponsel saya bolak-balik saya lihat. Saya ketik draftnya tadi. Begitu gembira dan pura-pura ceria menanyakan kabar anda dan cerita lanjutannya. Kita tadi tidak sempat bertegur sapa lama dan bertukar cerita. Bolak-balik juga saya cuma bisa menatapi anda di keramaian. Segalanya mendadak hablur, mata saya berubah seperti lensa kamera yang distel fokus pada satu titik. Anda dengan remah repihnya. Segala kedetailannya.
Pesan pendek di ponsel saya tetap saja menjadi sekadar draft.
"Hai, apa kabar?" tangan yang diulurkan duluan, menyentak saya.
"Baik," saya sambut uluran tangan anda, senyum sekadarnya.
Saya sudah melepaskan anda selama setahun, dengan segala keikhlasan yang pelan-pelan saya kumpulkan dalam kurun waktu itu, meniadakan kontak. Saya terus mempercayai bagaimana saya mengelola keikhlasan dan kepercayaan bahwa perasaan saya sudah lenyap.
Kata yang populer saat ini move on.
Tapi beberapa jam lalu perasaan itu kembali seperti banjir yang susah saya bendung, memenuhi seluruh pikiran dan hati saya kembali. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan dengan rinci apa nama dari perasaan itu. Saya sungguh tidak ingin menerima kenyataan bahwa setelah satu tahun tanpa kontak, perasaan saya kepada anda tetap berlangsung dengan sedemikian lugu dan tidak terhenti meskipun saya paksa sedemikian keras untuk lenyap.
Saya menatap kosong gambar amplop di ponsel saya dengan sedih.
Jadi saya harus mulai lagi dari awal untuk memupus rindu saya kepada anda?
Sementara tidak ada lagi yang bisa saya harapkan, bahkan sekedar kedatangan anda mengantarkan saya kembali dari perjalanan ini.
Saya memejamkan mata, tidur... tidur akan melegakan segala perasaan yang demikian tumpah ruah sampai terasa sesak.
Mata saya mengintip pemandangan yang berlalu, beberapa kilometer lagi saya sudah resmi menjauh dari kota tempat anda berada. Ponsel saya mati begitu saja. Baguslah. Draftnya tidak usah terkirim, saya tidak perlu bingung.
Saya pamit. Saya bergumam dalam hati, memperhatikan pemandangan yang berlalu di jendela kereta.
Rindu mengakar dan membebani saat ini, saya nelangsa.

~

"Apa?"
"Dia ada?" lelaki itu bertanya gelisah.
"Dia sudah pergi sejak pagi. Jadwal keretanya siang kan... sudah kami antar tadi. Ada apa? Ada barangnya yang ketinggalan setelah acara kemarin?"
"Oh oke... aku terlambat. Iya ada yang tertinggal kemarin,"
"Masuklah... kami sedang packing. Penerbangan 4 jam lagi,"
"Terima kasih, aku pulang saja," lelaki itu tersenyum tipis dan berjalan berlalu kemudian mendial nomor telepon di ponselnya. Tidak aktif.
Dia mencoba lagi. Nada tidak aktif lagi.
Semoga kamu selamat sampai tujuan.

~

Indomie Taste of Asia - Bulgogi

Wiken kemarin saya nyobain ini. Mie-nya lebih kenyal dan lebih besar. Isinya sih ya nggak banyak. Ada daging-dagingnya sebagai pelengkap mie, sayuran dan sebagainya terutama sih ada wijen. Kurang kenyal kalau dibandingkan kwetiaw tapi jelas lebih kenyal daripada varian indomie yang non-taste of asia. Rasanya enak, cuman isinya nggak banyak jadi nggak recommended untuk brunch. Kalau sarapan aja sih boleh lah...
Rasanya jelas lebih tasty daripada mi ramyunnya Korea, kalau kata saya sih..

Omong-omong kapan ya indofood bikin terobosan kwetiaw instan ;)
I'll kindly waiting heheh.
Sudah coba juga mie yang ini?


Wednesday, February 26, 2014

Book Review Lontang - Lantung - Roy Saputra

http://dyazafryan.files.wordpress.com/2013/10/lontanglantung.jpg 

Tertarik beli buku ini karena kilasan ceritanya tentang kegalauan seorang lulusan perguruan tinggi yang masih menjadi pengangguran dan bingung mencari kerja. Saya sebagai orang yang pernah merasakan pahit-manisnya tes kerja yang levelnya mirip main game jadi keinget dan ketawa-tawa pas baca rangkaian cerita di dalamnya.

Ceritanya sebenarnya sederhana, dilengkapi dengan komedi komik yang lucu banget. Bacanya juga ringan aja tanpa mikir berat. Tapi nih siapapun yang pernah cari kerja dan stress karena nggak juga dapet padahal teman-teman udah pada update status gaji pertama, jalan-jalan gaji sendiri dan  curcol soal bosnya masing-masing pasti jadi yang berasa lucu karena pernah ada dimasa itu. Yang lagi senasib juga nggak masalah baca ini, biar ngerasa ada teman di tengah segala perjuangan pencarian kerja itu.

Tetap semangat ya jobseekers ;D


Tuesday, February 25, 2014

Sumbangan Wajib

Kapan waktu, selepas pulang kantor saya pergi bareng si adek ke toko buku di dalam sebuah mall di Surabaya. Di bagian rak best sellernya ada mbak-mbak yang menyapa saya, kemudian bertanya apakah saya tahu Greenpeace?
Saya mengangguk dan dia mulai bertanya apakah status saya masih kuliah atau bekerja, saya tertawa dan menjawab bahwa saya sudah bekerja. Saya menebak kalau si mbak hendak mengumpulkan donasi untuk kegiatan Greenpeace. Saya yang tidak keberatan menyumbang kalau diminta ya manggut-manggut saja, menunggu si mbak menyelesaikan penjelasannya dan saya bisa segera ngasih sumbangan saya.
Setelah ngobrol panjang kemudian dia menjelaskan bagaimana jika saya ingin berdonasi.
Ternyata donasi yang diminta bernominal tertentu, saya seriusan langsung kaget. Dan nominalnya juga cukup lumayan. Mbaknya kemudian mengatakan bahwa ada alternatif lain donasi yang nantinya perbulannya akan langsung ditarik dari rekening saya dengan persetujuan bahwa saya membayarkan untuk donasi Greenpeace juga.
Ermm tunggu dulu deh...
Saya pikir yang namanya donasi pasti jumlahnya tergantung dari kita sendiri dan apa yang kita punya. Lah kalau donasinya dikasih jumlah valid dan otomatis kepotong dari rekening gitu sih ya gimana kabar semisal kita butuh sesuatu yang mendesak banget pada bulan-bulan tertentu. Urusan yang lebih urgent butuh dana dst. Gimana hayo?
Jadi akhirnya ya saya menyudahi obrolan dengan si mbak dengan pertanyaan final apakah saya boleh donasi sekarang diluar yang dia sebutkan dan langsung nggak melalui potongan rekening? Dia jawab nggak bisa.
Oke, saya belum bisa sekarang ya mbak... saya bilang pada si mbak akhirnya.
Untuk seseorang yang seperti saya yang perbulannya juga banyak tanggungan... donasi yang wajib jumlahnya sekian dan langsung potong juga lumayan memberatkan. Lagipula donasi kan juga mestinya nggak cuma mengalir ke lingkungan, sedekah ke manusia juga :))
Jadi keinget pelajaran koperasi waktu saya masih remaja dulu, mirip setoran wajib... dalam kasus ini ya... sumbangan wajib gitu  :))
Sayang bangetttt juga sih padahal saya juga pengin donasi buat lembaga ini :((



Monday, February 24, 2014

Blacklist Nggak Solutif

Seperti yang sudah pernah saya ceritakan, bahwa saya adalah penggiat online-shopping ;D Bahkan nih sering banget beli kado atau sejenisnya via online saking malesnya jalan-jalan cari kado. Belanja online saya lakukan biasanya via instagram, bejibun olshop disana yang saya follow.

Akun instagram saya juga private ladies only atau untuk orang yang beneran saya kenal. Sering banget saya dapat friend request dari online-shop yang menjual macam-macam... mulai dari barang second sampai fashion hijab. Kadang-kadang saya follow balik kalau merasa suatu saat butuh barangnya entah buat diri saya sendiri atau buat orang yang saya kenal, sering juga saya abaikan apalagi yang bio-nya udah tercantum no hit n run dan no cancel. Hit n run / cancel = blacklist!
Nah statement ini apa sih artinya sampai bikin saya males?
Blacklist adalah akun curhat customer dan onlineshop. Isinya adalah kumpulan curcol dari bermacam akun lain. Entah customer yang nipu bilangnya sudah transfer padahal belum... atau olshop yang nipu dan nggak kirim barang setelah uang ditransfer. Lucunya banyak banget laporan customer yang tiba-tiba menghilang dan nggak ada kabar. Sudah pesen tapi nggak transfer-transfer dan sebagainya. Disitu dijembrenginlah id yang suka pesen kemudian ngilang itu. Yah semacam itulah.

Saya nggak setuju sama statement Hit n run / cancel = blacklist.
Kenapa?
Karena saya paham setiap orang punya prioritas pengeluaran. Misalnya nih... udah setuju mau beli barang... dijalan... kendaraannya rusak butuh perbaikan. Otomatis uangnya kepakai untuk memperbaiki kendaraan si calon pembeli itu kan? Segala hal bisa terjadi di jalan. Dan saya rasa, kita tidak perlu menambah level kita sebagai manusia antipati dengan menjadi seperti itu. Mungkin juga si pembeli ternyata menyadari kalau tetangganya menjual produk yang sama dan lebih murah. Jadi saya pikir pindah-pindah itu bukan sesuatu hal yang dimasalahin... penting banget untuk menjaga kenyamanan seseorang untuk bertransaksi dengan kita.

Kedua, sering kan kita belanja ke mall... nanya-nanya... nyari ukuran... nyoba-nyobain barang tapi akhirnya nggak jadi beli dan lanjut ke toko sebelahnya. Sering banget kejadian. Tapi dengan seringnya kita kayak gitu apa terus kita di blacklist nggak boleh masuk toko itu lagi karena nanya doang nggak beli? Apa foto kita ditempel di depan etalase kalau kita adalah customer yang ngerepotin dan nggak pernah beli? Eh yang bener aja, tokonya bisa dibakar massa ;D

Rejeki sih nggak kemana. Jangan sampai bikin orang nggak nyaman nanya-nanya soal barang yang kita jual karena anceman blacklist. Jangan sampai juga kita ngejar-ngejar dan maksain dia beli kalau dia udah nanya-nanya dan langsung main notalin aja ;D Celem banget deh kakak...

Mungkin dia beneran jadi fix order dan bayar, uangnya masuk... tapi kedepannya dia nggak kembali karena males belanja di kita lagi. Namanya juga pembeli... dibaikin aja bisa gampang pindah apalagi dibikin sebel :D
*curcol

Yah... saya juga punya jualan buku-buku bekas saya baca. Rata-rata masih bagus banget karena selesai baca langsung di garage-sale. Jadi yang mau beli... jangan segan untuk kontak via email atau nge-line saya meskipun cuma nanya-nanya aja silakan sih ;)

Koleksi lengkap cek page Book-Garage-Sale :D *eh promosi



~

Sunday, February 23, 2014

Another Pagerank Stories

Oke, PR saya tenggelam lagi di angka satu hari ini.
Ada yang salah dengan google belakangan ini. Cenderung labil.
Barangkali dia mengalami sindrom remaja jaman sekarang.
Galau dan susah move on.

well...



Thursday, February 20, 2014

Potongan Cerita Lalu

Yah, masih ada di kantor... Tapi sudah tidak ada lagi yang bisa dikerjakan untuk hari ini. Jadi disinilah saya. Alibi menunggu teman padahal kangen saya menulis dari meja kantor karena keyboardnya entah kenapa maha nyaman untuk mengetik.

Akustik mengalun di penjuru kantor, dari pc di belakang saya jarak satu meja. Saya nggak tahu lagunya apa, tapi terutama membuat saya merasa melankolis untuk alasan yang tidak jelas.
Ngomong-ngomong barusan kepikiran sudah lama banget saya nggak lagi menonton film dan drama korea. Kadang masih download tapi jadi file yang menuh-menuhin laptop saya tanpa ditonton. Sayang sih ya...

Barusan nemu notes ini, dan menyadari saya menulis itu sudah lama sekali. Ini sewaktu saya baru on job training di Surabaya. Dan itu kurang lebih sekitar setahun lalu.

Saya adalah orang yang seringkali takjub dengan perubahan waktu. Sisi-sisi yang terlepas... orang-orang yang saya lewati di masa lalu dan lost contact. Orang-orang yang pernah berada dalam keseharian saya dan sudah tidak lagi mengisi lingkungan yang sama. Tokoh-tokoh kehidupan yang punya cerita lainnya, bertemu dengan orang selain saya dan melanjutkan ceritanya sendiri. Saya ini ibaratnya Prof.Quirrel di serial buku Harry Potter bagi sebagian orang. Mereka melanjutkan cerita lain dan saya sudah tidak lagi ada, cuma ingatan numpang lewat. Merekapun demikian bagi saya.

Kemarin saya mengontak seorang teman yang dulunya teman sebangku saya, sebatas tanya kabar. Dan barangkali sudah bingung mau bicara apalagi, kami sudah punya buku lain dengan tokoh-tokoh yang berbeda... pastilah susah menemukan topik sama yang enak diceritakan. Dia bertanya saya sekarang sedang dimana, saya jawab... kemudian pembicaraan terhenti.
Saya ingat dulu dia pernah bilang, hidup saya enak sekali... saya bisa kemana-mana sementara dia tertahan di kota kecil kelahiran kami seusai kuliah. Tidak bisa kemana-mana. Yah... kita memang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Seorang saya dimasa kecil saya bersama dia pun mungkin tidak menyangka kalau saya akan berjalan sejauh ini, melangkah sejauh ini dari kehidupan kota kecil kami. Saya bahkan tidak pernah terbayangkan akan pergi. Dulu bayangan saya adalah, saya akan kuliah sampai tinggi dan mengajar di universitas di kota kecil kami.

Dulu... saya pun tidak pernah membayangkan bahwa si teman baik saya itulah yang akan tertahan di kota kami itu. Karena dia sejak bersama-sama dengan saya masuk ke sekolah menengah pertama adalah bintang yang sangat terang, cantik, berbadan ideal dan pintar, aktif disemua kegiatan sekolah. Saya pikir saat itu, langkahnya pasti jauh lebih panjang dari saya. Memang ada teman-teman saya yang lainnya yang tetap tinggal di kota kami dan keputusan itu adalah keputusan yang diambil dengan sendirinya dan membuat mereka bahagia. Sayangnya, si teman baik saya bukan pengambil keputusan itu sendiri. Semoga, semoga nanti dia bisa menemukan sisi manisnya, di sudut yang manapun :))
I do miss chitchat with her, seriusan.

Yah... Allah adalah yang maha merancang segala sesuatu. Seperti halnya saya sekarang, tidak tahu apa yang akan terjadi dalam jangka waktu sepuluh tahun kedepan. Bismillah :))





~

Wednesday, February 19, 2014

Google PR

Just checked up my page rank and I found out my PR drown.
Errggggghhhh...
Lil bit sad because my writing about 5 years just got point 1. I got 3 before :((
But... okay I'm trying to look the bright side. Less point, less exposed.
And the end it's okay I got my point drown in Google eyes. I do hope my point was awesome to Allah :))

Oke... diatas ini curcolan saya malem kemarin. Dan pagi ini surprise karena ternyata PR saya sudah balik ke angka 3 lagi. Well well... alhamdulillah :)) Cobaan itu bukan cuma berwujud kesusahan, kebahagiaan juga.

~

Tuesday, February 18, 2014

#selfnote

jika engkau bertambah rupawan, dari hari kehari. dari waktu ke waktu. mungkin karena engkau telah memperbaiki banyak hal yang berada dalam hati dan pikiranmu. maka.. Allah memperbaiki segala apa yang nampak daripadamu :)

~

Monday, February 17, 2014

{ REVIEW } KDRAMA - THE HEIRS

Main actors: Lee Min Ho, Park Shin Hye, Kim Woo Bin

Valentine Ramenya Tetep?

Pada tema-tema tertentu, seluruh isi jejaring sosial membahas soal momen-momen yang sedang update diluar sana. Hari ibu, ya semua sibuk bahasin soal kebaikan-kebaikannya ibu. Lebaran? Semuanya sibuk tebar maaf dan minta maaf. Yah... saya juga tentunya nggak luput dari euphoria itu.. namanya juga penghuni medsos ya :))

Kemarin valentine, kembali heboh pro kontra. Setiap tahun seperti itu, setiap tahun selalu ada pihak yang merayakan valentine segitunyaaa banget. Ada juga yang antinya anti banget. Nah saya gimana?

Saya nggak merayakan. Diluar pandangan-pandangan tentang budaya luar dan pengaruhnya yang buruk, saya punya alasan sendiri. Dulu jaman saya masih pelajar SMA, banyak dibahas betapa perayaan Valentine bukan sesuatu yang sesuai dengan ajaran agama kita. Hey kenapa kasih sayang hanya pada hari itu? Mestinya tiap hari dong... Saya mau nggak mau mesti setuju bahwa hari kasih sayang mestinya tiap hari, dan nggak cuma ke kekasih dong tapi ke lingkungan kita, teman-teman... keluarga... tetangga. Tapi kenapa sih namanya mesti valentine? Siapa sih si valentine ini sampai valentine = kasih sayang. Kenapa nggak emm... love day celebration? Coba deh ditelusurin :)

Saya merasa, valentine adalah salah satu hebring day abg yang menyerap apapun yang terjadi dengan cepat tanpa mikir banyak. Mereka bertindak lebih pada perilaku lingkungan. Iya, dulu saat masih remaja saya juga kena euforia-nya. Valentine saya lewatkan dengan tuker-tukeran cokelat silver queen yang untuk ukuran waktu itu lumayan menguras uang saku biarpun yang ukuran kecil sama sahabat-sahabat saya. Makin nambah umur, makin pahamlah saya kalau itu... sudah tidak lagi make sense. Hari biasa aja saya sering dapet kue dari teman-teman saya kok ;) begitupun saya, sering ngasih makanan atau cokelat juga sama teman-teman saya untuk menghargai perhatiannya mereka pada diri saya.

Valentine masih heboh debat soal boleh tidaknya? Ya sama kayak udah masuk usia dewasa gini masih heboh aja mau ngerayain valentine? Yang bener aja ya cyin.. malu sama bilangan umur  :))
Agak out of the topic nih.. saya rasa makin nambah umur bikin orang makin males adu argumen. Eh ya nggak sih? :D
Jadi gimana valentine menurut kamu? :))

~

Friday, February 14, 2014

Menolak Berjilbab

Dulunya, sama seperti umumnya masyarakat yang ada di Indonesia yang mayoritas muslim tapi cuma di data penduduk, saya juga tidak paham arti berjilbab sesungguhnya.
Buat saya sholat ya pakai mukena. Kalau mau sholat ya pakai mukena dulu, baru sholat. Mukena adalah pakaian untuk beribadah. Sementara itu busana muslim bentuk kurung dan kerudung adalah pakaian untuk mengaji dan event-event serupa.
Orang memakai jilbab karena kultur lingkungan, sekolah, atau orang-orang yang sudah baik sekali agamanya setingkat ustadzah. Dangkal banget kan... Iya dangkal :D

Saya nggak paham kalau ternyata berjilbab adalah kewajiban bagi wanita, sama seperti sholat. Untuk melindunginya dari pandangan orang-orang yang tidak berhak atas dirinya. Dan bahwa berjilbab yang seharusnya adalah yang menutupi perhiasan-perhiasan kita sama seperti mukena yang sederhana, kita gunakan itu pada segala kegiatan yang menyebabkan kita dilihat banyak orang nonmahram, bukan hanya pada saat sholat.

Saya seringkali malas pakai kerudung sewaktu remaja, copot-copot aja. Paman saya bilang jangan dicopot-copot, cewek terlihat anggun kalau pakai kerudung. Saya cuma mengeluh. Habisnya merasa tua aja dengan baju kurung, celana dan bergo pendek waktu itu. Kelihatan jauh lebih tua dan nggak enak dilihat. Iya, saya susah banget dibilangin soal itu. Apalagi orang tua saya bukan tipikal agamis. Bahkan pertama kali mau berjilbab di SMA malah dilarang. Yah itu masa lalu :))

Orang-orang seperti saya waktu itu selalu mencari pembenaran bahwa apa yang saya lakukan tidak mengapa. Yang penting ibadah saya bagus, yang penting hati saya baik... emang si X... berjilbab tapi kena masalah di sekolah?? Ya gitu namanya juga manusia... betapapun benar suatu nasehat, kalau hatinya tidak mau terbuka dan memberikan jalan, bantahanlah yang keluar... pembenaran... penyangkalan... kemarahan... :) Duh betapa sudah jauh terlewati masa-masa itu, yang setiap kali ingat setiap kali itu pula saya merasa malu. Oh Allah... saya menyesal mengapa tidak berjilbab jauh lebih dini saja :')

Jadinya saya paham pada para wanita yang masih juga tidak mau memakai jilbabnya bahkan meskipun paham kalau umur ada di tangan Allah :) Karena ya saya juga pernah berada dalam masa-masa itu. Merasa jelek, tidak pantas, kelihatan tua kalau memakai jilbab. Tapi ya... itu tantangannya. Lucunya ketika kita mantap dengan keputusan dan memakai jilbab selama beberapa hari semakin lama memakai semakin pantas pula kita memakainya. Semakin cantik juga semakin lama kita memakainya. Iya, berjilbab mampu memberikan keindahan yang tidak bisa diberikan aurat.

Lagipula masa pencarian saya sudah berakhir ketika saya memakai baju-baju dress panjang dan abaya. Aah ya, ternyata pakaian terbaik yang paling anggun dan anti terlihat membosankan adalah dress panjang terutama yang cutting umbrella kalau buat saya sih ;D
Berjilbab bisa diawali dengan niat apapun, mau terlihat berbeda, mau terlihat cantik, mau menyatu dengan culture... tapi semoga niat-niat keduniaan itu berakhir dengan kesadaran melakukan sesuatu karena Allah, karena menginginkan cintaNya :)
Wanita cantik itu, auranya yang kemana-mana... bukan auratnya ;D
 
 ~

Wednesday, February 12, 2014

Pancious via Delivery

Saya suka banget nyaris semua jenis makanan di Pancious. Sayangnya, restoran ini tidak melayani pesan antar, mesti datang sendiri kesitu. Daerah terdekat tempat saya bisa menikmati makanan disini adalah di mall Kelapa Gading. Pengin makan siang disini terbentur waktu dan bayangan macet yang lama dan melelahkan. Males aja sih. Cuma kemarin itu saya iseng-iseng nyobain Foodpanda dari rekomendasi seorang teman. Foodpanda adalah website yang menyediakan layanan jasa antar restoran atau rumah makan yang tidak menyediakan jasa antar. Pesennya paling tidak satu jam sebelum waktu makan yang direncanakan biar nggak lama nungguinnya.
Senengnya lagi Pancious yang dibeli lewat Foodpanda diskon dan free delivery fee di minggu ini aja. Senengnya :D yah meskipun emang nggak bisa pesen pancake atau waffle pakai eskrim karena dikhawatirkan meleleh dalam perjalanan. Nggak apalah saya tetap senang menikmati diskonnya. Saya harap Foodpanda menambah lagi layanan delivery-nya ke lebih banyak tempat di area saya. Lumayan kalau craving makanan tertentu cuma tinggal pesen nggak perlu macet-macetan dan makan sendiri karena nggak ada temen barengnya :p

Spaghetti meatball
aww... come to mama spagetti meatball by Pancious :3


Monday, February 10, 2014

Book - Garage - Sale (Update)

Here we go, berikut buku-buku yang mau saya garage-sale kan:
Harga belum termasuk ongkir dari Jakarta.
Untuk pengadopsian novel-novel ini, email saya di anindyarahadi@gmail.com ya...
or
LINE me: anindyarahadi


 ANAK KOS DODOL RETURN 
(booked by Miwwa)
http://2.bp.blogspot.com/-Sx84hyra7Bo/Uf8sgu8NW_I/AAAAAAAABJY/vIge05rdlFE/s1600/AKD5.png



 AUTUMN ONCE MORE (IDR 20.000)

http://3.bp.blogspot.com/-KwWb8G8LL6Q/UWM4Eq_7h5I/AAAAAAAAB48/zQJeNoyrnsM/s400/Ilana+Tan+-+Autumn+Once+More.jpg


~

Friday, February 7, 2014

Thinking of You - NSync

Oh, oh, lying in your arms
So close together
Didn't know just what I had
Now I toss and turn
'Cause I'm without you
How I'm missing you so bad
Where was my head?
Where was my heart?
Now, I cry alone in the dark
I lie awake
I drive myself crazy
Drive myself crazy
Thinking of you
Made a mistake
When I let you go, baby
I drive myself crazy
Wanting you the way that I do
Wanting you the way that I do
I was such a fool, I couldn't see it
Just how good you were to me
(Just how good you were to me)
You confessed your love
(You confessed your love)
Undying devotion
I confessed my need to be free
And now I'm left with all this pain
I've only got myself to blame, yeah
I lie awake
I drive myself crazy
Drive myself crazy
Thinking of you
Made a mistake
Let you go, baby
I drive myself crazy
Wanting you the way that I do
(Wanting you the way that I do)
Why didn't I know it?
How much I loved you, baby
Why couldn't I show it?
If I had only told you
When I had the chance
Oh, I had the chance
Wanting you the way that I do
I lie awake
I drive myself crazy
I drive myself crazy
Thinking of you
Made a mistake
(Made a mistake)
Let you go, baby
I drive myself crazy
Wanting you the way that I do
I lie awake
I drive myself crazy
(I drive, myself crazy, crazy, crazy, yeah)
Drive myself crazy
Thinking of you
Made a mistake
Let you go, baby
I drive myself crazy
Wanting you the way that I do
I drive myself crazy
Wanting you the way that I do

 
Nggak sengaja lagu ini masuk ke pendengaran saya after office hours, diputer sama orang-orang di lantai atas. Sweet... liriknya juga super-sweet... iya saya suka yang jadul-jadul unyu macam ini :))

Thursday, February 6, 2014

Indomie Goreng Rasa Iga Penyet

taken from indomie.com
Kemarin saya nyobain Indomie rasa iga penyet bareng adek saya. Pas udah jadi... enak sih... sama enaknya dengan Indomie Goreng, saya nggak sebegitu berasa bedanya, tapi yang jelas pada mie-nya ada potongan kecil-kecil daging sapi. Sepertinya itu yang dimaksud dengan iga penyetnya. Selebihnya ya enak aja.... tapi belum berasa letak rasa iga penyetnya dimana.

Ada yang sudah nyobain juga dan mau berbagi?


Tuesday, February 4, 2014

Mengenai Pulang

Apa idemu tentang pulang?
Saya bertanya-tanya sendiri ketika harus berada dalam burung besi melintasi langit, mengawasi bintang-bintang bumi bertebaran ketika saya memutuskan untuk melakukan perjalanan malam.
Perjalanan malam selalu berhasil membuat saya berpikir banyak. Dan rumit. Entah apakah memang sedemikian rumit atau sayalah yang memperumit diri sendiri.
Saya masih begitu menyukai perjalanan malam, meskipun perjalanan siang dengan mendung juga lumayan menarik. Dimana-mana memang musim hujan.
Pulang yang kali ini juga berbeda lagi dengan pulang-pulang yang kemarin. Padatnya bandara ibu kota sehingga sudah susah membedakan apakah benar ini bandara ataukah stasiun kelas ekonomi.
Pulang.
Pulang yang kali ini tanpa macet. Ibu kota sepi ditinggalkan mayoritas penduduknya yang pendatang.
Siapa yang tidak suka dengan gagasan pulang?
Siapa?
Nyaris tidak ada yang tidak suka, meskipun mengarah ke tempat-tempat yang berbeda.
Saya pun demikian meskipun ada rasa tidak nyaman. Tapi juga ada magnet rindu yang menarik-narik saya dengan kuat, meskipun saya enggan. Tarikan yang sulit untuk dilawan.
Pulang yang kali ini kenangan saya berserakan dan menanti untuk dipunguti. Berantakan. Sama seperti kepala saya yang terasa kusut karena menemukannya teronggok tidak teratur. Bingung harus saya buang atau saya punguti lagi dari awal dan saya rapikan.
Selama ini dunia selalu bersikap kurang ramah pada kapasitas ingatan saya akan kenangan. Terutama yang menyesakkan setiap kali diingat.
Pulang bagi saya adalah memunguti kenangan yang berserakan, bukannya seperti charging energi untuk menghadapi hari berat kedepan seperti sebagian orang.
Tangan saya menyambar koper di baggage claim dengan lelah. Saya pulang. Meskipun tetap butuh kesabaran untuk meneguhkan niat tersebut. Saya pulang, sebenar-benarnya pulang.
Dan semoga segala hal berjalan dengan baik-baik saja

~



Previous Page Next Page Home