Friday, September 26, 2014

Langkah Berikutnya

"Kan sudah dekat... How its feel?" Temen saya nanya.
"Mbak please...," saya ketawa, "you know better,"
Dia bales ketawa. "Iya sih deg-degannya berasa bangeeettt,"
"......"
"Tapi terus setelahnya kayak bisul pecah gitu, lega banget..." Dia melanjutkan.

She's right, soal deg-degannya yang nggak karuan. I feel that.

Kalau ditanya apa saya merencanakan dengan benar menikah umur berapa? Enggak juga sih. Tapi saya punya batas maksimal. Lebih dari semuanya saya pengin benar-benar siap. Siap bukan cuma mengenai aspek psikologis dan fisik tapi juga yang lain. Ketika kesempatan itu datang, Allah membukakan banyak pintu kemudahan. It calms me down, sejujurnya. InsyaAllah kemudahan itu berarti Dia ridha pada yang sedang berproses.

Ketika saya memutuskan untuk tidak menikah sebelum Allah membuat saya siap. Saya belajar. Benar-benar banyak belajar. Allah benar-benar mendidik saya. Akan nilai-nilai yang mesti saya serap, terutama dari sisi agama dan pengaruhnya pada psikis.

I read many books about parenting. I read Al Qur'an more, found out Qur'an calms me down. Dari sifat-sifat saya yang pemarah, nggak sabaran, dan labil nggak penting. I made plan for the next level education. Saya ini calon ibu, calon pendidik, untuk membuka pola pikir... Pendidikan adalah salah satu langkah terbaik. Saya bertemu dengan banyak orang yang mengajarkan pada saya apa arti ujian dan bersabar. Karena sering sekali merekalah ujian bagi saya.

Saya hadir di majlis yang tak jarang membahas mengenai kehidupan pernikahan yang dicintai Allah. Masih dalam gambaran, tapi insyaAllah sudah ada niat untuk aplikasinya.

Apakah saya berencana menikah dibawah umur 25? Enggak... 
Tapi keputusan itu bukanlah sesuatu yang instan, bukan dasar emosional. Melainkan karena hasil dari langitan do'a yang kemudian Allah mengukuhkan saya.

Apakah saya siap? Dan apakah benar    kata sebagian orang kalau tidak siap sekarang maka selamanya kita tidak akan siap? Dengan penuh senyum saya bisa bilang kalau itu tidak benar :))) menikahlah ketika segala sesuatu terasa siap, jika segala jalan ke arah itu demikian dimudahkan Allah, dan jika sudah seperti itu... Iya Allah sedang memilihkanmu jodoh dengan saat terbaik dan jalan yang insyaAllah terbaik. Apa yang lebih baik daripada itu?


Bismillah... Live your life. Jangan sia-siakan waktu :)))

Thursday, September 18, 2014

{ Review } I Don't Wear UP




Sebelumnya saya adalah salah satu diantara penggemar sepatu UP. Pertama kali saya memesan ayu caramel dan yeah menemukan pesanan saya sangat manis sekali. Harus saya akui desain UP benar-benar cantik apalagi kalau dilihat langsung, makin cantik lagi. Tingginya pas, kulitnya lembut dan nggak bikin lecet. Cuma yang bikin kaki sakit meskipun ringan, sepatu UP sangat keras alasnya. Mungkin karena terbuat dari kayu, saya pikir mestinya diimbangi dengan bantalan yang nyaman juga.

Cuma ya kok banyak yang bilang sepatu ini empuk? Well yah apanya yang empuk dari sepatu kayu beralas tipis?

Nin, coba deh jenis yang lain... (kia-kira begitu komentar pembaca post ini)

Saya udah nyobain Lucy Garden, Claire Black dapat hadiah dua sepatu lain yang haknya 4cm. Rumi Cream Lace dan Rachel Red. Kok ya semuanya nggak nyaman. Rumi Cream Lace anehnya terasa kekecilan dan kurang nyaman dibanding sepatu sebelumnya, mungkin karena perbedaan ukuran. Cantik pakai banget tapi sayangnya gampang kotor. Jadi sebaiknya nggak dipakai outdoor deh. Kalau dari rumah masuk gedung masuk rumah lagi sih masih oke. Rachel Red juga cantik banget merahnya shiny sayang agak nggak nyaman karena sempit, padahal ukurannya sudah saya pilih yang ukurannya lebih besar dari biasanya. Lucy Garden haknya nyaman, sayang bagian atas sepatunya nggak nyaman (selain problem alas terlalu keras). Beberapa kali kaki saya lecet-lecet bagian bawahnya karena sepatu ini. Bukan karena capek yaaa tapi benar-benar lecet. Yang paling nyaman selama ini yang saya pernah cobain adalah Claire dan Ayu. Tapi yaa keduanya butuh effort untuk buka pakai sepatu, jatuhnya kekurangan juga ya.

Pernah saya email CS nya dengan saran bahwa mungkin mereka bisa meningkatkan standar dengan alas kaki yang lebih lembut dan empuk. Nggak apa kalau ternyata dengan itu harganya agak sedikit naik. Mereka merespons dengan baik saran saya. Namun sepertinya nggak ada tidak lanjut. So I give up on UP dan beralih ke CROCS yang jauh jauh jauh lebih nyaman dan bisa nemenin kemanapun aktivitas saya, bahkan nyaman dipakai olahraga. Nggak kuatir kena air karena banjir pula ya ;) Iya saya tahu harganya emang ya gitu deh.... tapi bisa kok cari-cari diskon untuk sepatu ini. Jangan khawatir, masa makainya juga lama kok, tahan banting banget lah ya :D



~



Tuesday, September 16, 2014

Masihkah Kamu Pensieve?

Bagian pentingnya adalah terlalu khawatir bagian dari apa saja yang kau tuangkan tanpa berpikir dapat saja melukai perasaan banyak orang.

Atau komentar orang lain yang melukaimu dalam kolom anonim.

Itu menyedihkan sebenarnya. Pikiranmu terasa tidak punya ruang. 

Dan ketika sudah demikian jeli apakah yang dituliskan akan menyakiti orang lain atau tidak per kata dan kalimat. Kau sudah sampai ditekanan itu.

Maksud untuk menguras pikiran yang penuh dengan kekhawatiran dan segala macamnya. Untuk membantu diri sendiri mengurangi tekanan dan pemikiran sudah jauh berkurang. Untuk mendapatkan lagi keringanan psikis. Hanya... Apa semua orang mampu memahami fungsinya secara utuh? Tanpa repot-repot mencecar dan bertanya? Tidak bisakah hanya memahami dari sudut yang paling positif dan dengan semua pengertian yang baik?

Masih ingatkah konsep sebuah pensieve dumbledore dalam serial Harry Potter. Seperti itu mestinya fungsi sebuah blog. 

Apakah sudah kehilangan fungsi itu?


.








Monday, September 15, 2014

Bermutasi

Setelah bertahun-tahun, akhirnya saya memahami bahwa cinta memang punya batas kadaluarsa. Bahwa cinta mampu berpindah dan memperbarui diri pada orang yang berbeda dari semula. Saya merasakan banyak kekhawatiran saat ini. Karena menikah sungguh merupakan perjalanan panjang yang tidak kita ketahui apa saja yang akan terjadi di dalamnya. Ketika saya paham cinta saya suatu saat mungkin juga akan bermutasi atau kadaluarsa... Saya saat itu harus kembali kepada Allah untuk meluruskan niat. Karena segala sesuatu yang didasari karena Allah sifatnya everlasting. Karena terus terperbarui oleh ketaatan dan niat beribadah karena Allah. Oh Allah... Luruskan niat ini dan kaitkan saya selamanya pada satu orang saja. Dilandasi oleh rasa cinta padaMu.




.

Saturday, September 6, 2014

Kadang-kadang atau Malah Sering

Kadang-kadang atau malah sering... Saya nggak tahan banget baca status galau di medsoc. Kadang-kadang atau malah sering saya nggak tahan untuk melewatinya tanpa komentar. Apalagi kalau orangnya galau terus tanpa jeda. Tiap posting selalu galau, ibarat minyak wangi... Baunya bikin saya pusing.

The best part saya jadi punya ide nulis sesuatu. Jadi saya tahan saja komentar saya dan memilih menyampaikan lewat tulisan di blog hal-hal yang bikin saya gerundel sendiri. 

Sejujurnya saya nggak begitu paham kenapa orang bisa galau dalam jangka waktu lama. Nggak selesai-selesai. Minta didengerin dan dikasih nasehat tapi ended up dengan dia tetap galau. Hmh. Sama seperti si adek yang merengek pengin segala macem terus bilang kalau mesti jaga pengeluaran. Dia solutif, tapi saya lumayan mesti nyetok sabar dengerin rengekannya. Karena ditegur juga percuma.

Kadang-kadang atau malah sering setiap habis nggak tahan nggak komentar, saya diam-diam berharap agar kata-kata saya masih oke dan halus-halus saja. Nggak menyakiti siapapun. Karena ya siapapun tahu, medsoc dalam beberapa saat bisa menjelma jadi perang. Kitanya halus-halus saja tapi kalau emosi yang baca sedang nggak enak, dibacanya juga jadi gak enak. Yah kayak gitu lah ya...

Saya sudah sering ketemu orang di dunia maya, yang teman saya juga didunia nyata. Ternyata labilnya minta ampun. Dan bahkan kalimat tanpa maksud dan tendensi apapun bisa dia anggap jadi prasangka buruk. Ah yah... Memang perlu sering meyakinkan diri sendiri, stay positive! :)


~

Friday, September 5, 2014

barangkali memang kita tidak bisa memilih kemana perasaan kita akan jatuh. tapi kita bisa belajar mengendalikannya kita bisa belajar untuk membatasinya

@ranindyar
Jakarta, suatu sore usai membaca salah satu siulan




~

Monday, September 1, 2014

{ Review } The Expendables 3



Weekend kemarin setelah berbagai pertimbangan saya memutuskan untuk nonton Guardian Galaxy tapi karena keterbatasan waktu dan penuhnya tempat-tempat strategis di bioskop, pilihan akhirnya berpindah ke The Expendables.

Yang isinya adlah aktor-aktor film action terbaik dari yang kawakan hingga saat ini mulai dari Sylvester Stallone hingga Jason Statham. Belum ditambah dengan Arnold Sw dan Jet Li, Antonio Banderas dan yang lainnya. Ceritanya keren, joke-joke yang nggak garing juga ikut menghiasi film ini. Dan bahkan si tokoh antagonis disini yang dulunya mantan expendables pun salah seorang aktor terbaik dimasanya, Mel Gibson. Film ini membuktikan akting mereka masih begitu mulus dan kerennya meskipun era kejayaan mereka telah lewat.

Ceritanya sendiri bermula dari sebuah kasus yang mengantarkan salah seorang anggota Expendables mendapat luka tembak yang serius dan mengalami koma. Barney (Sylvester Stallone) memutuskan untuk memensiunkan semua anggota The Expendables yang tidak mereka setujui dengan tangan terbuka. Barney kemudian mencari anggota baru yang lebih muda. Ide yang lebih segar dan semuanya itu, satu yang saya kenali dari anggota baru ini adalah Kellan Lutz (Pemeran Emmet di Twilight Saga - itupun karena si teman yang penggemar Twilight berkomentar hehe) selain itu sepertinya kurang familiar. Mereka segera menyusun rencana baru untuk menangkap Conrad Stonebanks (Mel Gibson). Menjelang keberangkatan, anggota The Expendables lama menghadang dan bersikeras ingin ikut dalam rencana tersebut. Meskipun di tolak Barney.

Berhasilkah rencana mereka? Dan apakah yang akan dilakukan tim lama setelah tidak dapat ikut dalam rencana karena ditolak Barney?
Worth to watch.
Nggak nyesel nontonnya. Menghibur sekaligus seru :D



​~
Previous Page Next Page Home