Tuesday, December 22, 2015

Parents Day dan Kebahagiaan

Sudah menuju pengakhiran Desember. Baru juga kemarin saya baca posting mengenai hari ayah, sekarang sudah hari ibu aja.

Yah saya memang pernah posting mengenai kekurangsetujuan pada hari ibu yang hanya diperingati sekali dalam setahun. Tapi tulisan ini bukan untuk ngomongin itu.

Apa sih yang ada dipikiran ketika teman-teman serempak posting mengenai perayaan hari orang tua?
Kalau saya sih : Wow hebat, mereka anak-anak yang beruntung karena mendapatkan orang tua yang hebat. Sungguhpun kita tidak pernah punya kesempatan untuk memilih di keluarga mana kita ingin lahir dan tinggal.

Menjadi orang tua hebat mungkin adalah sebuah kewajiban ketika patokan kita ada pada keluarga ideal di televisi yang masalah paling banternya cuma proposal pasangan ditolak atau passion yang tidak direstui. Nampak sedih dan bikin anak-anak dalam televisi atau film itu terlihat kasihan, stress, pelarian kenakalan remaja. Padahal ya itu nggak parah-parah amat. Seharusnya mereka bisa survive dan tetap berada dikoridor prinsip moral dan agama yang benar :(

Sekarang ini, hal yang menjadi sudah semestinya seperti 'peran orang tua yang besar untuk anak' jadi kehilangan arti. Tidak sedikit orang yang tidak bisa atau tidak mau menjadi orang tua, padahal sebagian orang yang lain juga sangat merindukan peran dan kesempatan untuk menjadi orang tua. Setiap hari ada saja kasus bayi dibuang atau dibunuh karena hasil dari hubungan gelap. Jujur, saya pusing dan prihatin menyaksikan itu di berita televisi. Duh kasihan sekali bayi-bayi itu. Nasabnya tidak jelas, saya ngeri membayangkan kemungkinan ketika dia sudah dewasa bisa saja menikahi saudara atau bahkan ibu sendiri karena tidak mengetahui garis keturunannya. Semua karena orang tua yang seneng berbuat tapi ogah tanggung jawab pada resiko perbuatan.

Hari ibu adalah hari yang nothing bagi seorang teman saya. Jika kebanyakan orang mendapati sifat ayah yang tidak menyenangkan, teman saya sebaliknya. Sejak ayahnya meninggal, kehidupan berbalik 180 derajat. Harta peninggalan ayah otomatis jatuh ke tangan ibu. Ibunya menikah lagi kemudian, bukan untuk kebaikan anak-anaknya, namun untuk kepentingan pribadi. Teman saya tinggal dengan kakek nenek dan saudara-saudaranya. Si ibu tidak pernah memberikan perhatian lagi kepada mereka, sibuk dengan keluarga baru.

Teman saya berjuang lulus SMA dan bekerja serabutan kesana kemari sebelum akhirnya bisa masuk universitas negeri dengan beasiswa penuh. Beasiswa yang semestinya cukup untuk dirinya sendiri itu dihemat dan disisihkan untuk membiayai adiknya sekolah, diluar itu dia juga bekerja sambilan apa saha. Untunglah beasiswa itu juga sepaket dengan asrama jadi dia tidak harus memikirkan biaya tempat tinggal.

Alhamdulullah seluruh saudara dari teman saya ini juga dia sendiri tumbuh dengan baik, lulus dan bekerja dengan penghidupan yang baik. Mereka bukan tipikal anak bandel yang penasaran coba-coba hal negatif. Semoga Allah memelihara seluruh keluarga teman saya dengan cara terbaikNya.

Cerita hidup itu mengubah pandangan saya mengenai cinta ibu yang sangat besar kepada anak, yang katanya sepanjang masa. Diluar sana tidak sedikit ibu-ibu yang memutus perasaan cinta mereka kepada anak dan menjadi tidak bertanggung jawab. Ibu-ibu yang mengejar kebahagiaan semu dengan meninggalkan buah hati. Ibu yang membuat anaknya tidak tahu bagaimana cara terbaik untuk mengenang sebutan itu, membuat si anak getir setiap kali hari ibu dirayakan besar-besaran.

Saya turut senang ketika teman-teman mengupload foto dan pernyataan perasaan yang indah mengenai orang tuanya di media sosial. Posting-posting yang sungguh manis, bahkan untuk saya yang tidak menyetujui perayaan semacam itu. Namun mereka lahir dan besar di keluarga yang hebat, yang menyenangkan, karena paling tidak kedua orang tua sibuk memenuhi tanggung jawabnya kepada anak dan tidak lupa meluangkan waktu untuk menanamkan kesan yang sangat dalam entah disadari atau tidak di hati anak-anaknya. Hal-hal yang tidak saya miliki selama beberapa waktu hingga saya lupa kapan sebenarnya itu bermula.
Iri?
Agaknya sedikit, tidak banyak... karena saya juga belajar bagaimana hidup membuat kita kehilangan atau tidak bisa memiliki satu hal yang penting namun memutuskan kita berhak memiliki yang lain yang tak kalah penting dan berharga.

Namun membaca posting-posting tersebut... membuat saya mengevaluasi diri sendiri dan belajar untuk menjadi orang tua baik yang mampu mendidik anak-anak yang sholeh sholehah serta cerdas sekaligus menjadi orang tua yang penuh kesan di hati mereka.

Bahagia di hari-hari orang tua karena merasa mereka segalanya? Bersyukurlah... Dan jangan lupa untuk memuliakan mereka. Karena tidak semua orang seberuntung anda yang mengingat kedua orang tua dengan hati yang terharu dan bangga  :)


pic source

11 comments:

  1. "Bersyukurlah... tidak semua orang mengingat orang tua mereka dengan hati yang terharu dan bangga seperti anda :)"

    Nahh kata-kata penutup yang bener sekali ini -_-
    Dann overall setuju sama postingan ini, meskipun kalau di aku sih lebih ke sosok ayahnya :D

    ReplyDelete
  2. Selamat hari Ibu, Mbak

    smoga ibu2 yg meninggalkan anaknya segera datang memeluknya

    ReplyDelete
  3. Duuuh...baca ini belajar jadi peka...mungkin akan ada sebagian orang yang terluka ketika mendengung2kan perayaan hari ibu

    ReplyDelete
  4. miris memang, disaat yang lain senang dengan hari ibu, ada yg tidak seberuntung mereka.

    ReplyDelete
  5. hai nyin...anyin... sudah lama gak manggil panggilan itu
    aku curhat boleh ya..
    kemarin pada hari ibu, aku juga mengucapkannya hanya kepada kakak perempuanku, karena ibu sudah beda alam.
    kepada ibu mertuaku, juga tidak. rasanya seperti ada yang janggal kalau tidak mengucapkan "selamat hari ibu", sedangkan istriku mengucapkan kepada ibunya.
    *menatap draft di BBM kepada mertua, tapi gak jadi dikirim. sudah kadaluarsa"

    ReplyDelete
  6. mbak, saya suka dengan konten tulisannya. bagus. speechless, dech. Tapi saya bisa ngerti makna dalam dari tulisan pean. Setuju. Saya jg gak terbiasa merayakan 22 des sbg hr ibu. Setiap orang punya caranya menunjuk rasa cinta dan hormat pada orang tuanya. dan tak harus dibatasi tanggl sekian dan sekian, tetapi every time mereka menjalani hari2nya bersama orang tua.

    ReplyDelete
  7. mbak, saya suka dengan konten tulisannya. bagus. speechless, dech. Tapi saya bisa ngerti makna dalam dari tulisan pean. Setuju. Saya jg gak terbiasa merayakan 22 des sbg hr ibu. Setiap orang punya caranya menunjuk rasa cinta dan hormat pada orang tuanya. dan tak harus dibatasi tanggl sekian dan sekian, tetapi every time mereka menjalani hari2nya bersama orang tua.

    ReplyDelete
  8. hallo Ibu AnindyaR... :)apapun itu, aku bersyukur bisa ibu yang dibanggakan. postingan yang berbeda soal hari ibu.

    ReplyDelete
  9. Perempuan yang menelantarkan anaknya tidak pantas dipanggil ibu ya kak.. -_-
    Alhamdulillah aku terlahir dari ibu yang baik, semoga orang yang memiliki anak mereka benar benar menginginkan bukan karena kecelakaan.. ckckk

    ReplyDelete
  10. Kita memang ga bisa milih orang tua, tapi kita seharusnya tahu kalo Allah ga pernah salah mempertemukan kita dengan orang tua kita, pun kepada orang2 yang saat ini bersinggungan dengan kita.
    Ada banyak orang tua yang baik, ada juga yang sebelumnya. Semua orangtua itu awalnya juga seorang anak. Ada yang akhirnya tahu jalan yang lurus, ada yang terus2an nyari jati dirinya sampe ga ngeh kalo ud jadi ortu.
    Ya semua kisah yang ada di sekitar kita Kayanya bisa dijadikan pembelajaran aja sih, kalo bagus ya bisa dicontoh, kalo buruk ya jangan dicontoh. Hehehehe
    Kepanjangan ya? Gpp lah ya hihihi

    ReplyDelete
  11. aku kebetulan juga nggak share soal ibu-ibuan di hari ibu di socmed
    nggak tau kenapa rasanya nggak perlu aja umbar umbar di momen itu

    soalnya sering umbar umbar kapan inget wkwk

    #eh

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home