Thursday, August 11, 2016

KISAH IKAN CUPANG

Setelah mikir lumayan lama Paksu akhirnya memutuskan untuk memelihara ikan cupang, hanya karena ikannya terlihat lucu di akuarium dan mudah dirawat. Pets relieved some stress, katanya.

Dulunya dia sempat memelihara kelinci. Kelinci memang lucu dan termasuk hewan yang menyenangkan apalagi kalau gemuk dan lincah, tapi kelinci juga hewan yang butuh diperhatikan banget. Kelinci butuh makan dan dibersihkan, sakit pun butuh diobati belum kalau lahiran atau buang air. Sementara Paksu sendiri tidak punya banyak waktu untuk mengurus kelinci-kelincinya. Harga makanan kelinci juga mahal, karena saat ini kami tinggal di kota besar yang jauh dari lahan pertanian.

Jauh banget bandingannya dengan ikan cupang, harganya murah dan memeliharanya juga mudah. Ngasih makannya gampang (plus murah), membersihkan akuarium ikan ini paling seminggu sekali. Low maintenance lah ya. Ikan cupang juga dipilih karena bagian dari childhood memories kebanyakan anak 80-90an, diatas rentang waktu itu saya kurang tahu.



Banyak teman yang lahir di tahun-tahun tersebut memiliki kenangan pulang dari sekolah dasar untuk menjumpai pedagang-pedagang kaki lima depan sekolah yang menjajakan cupang. Meskipun tidak pernah mengamati penjual ikan cupang yang mangkal di depan sekolah saya dulu saat masih SD, tapi dulunya teman-teman sekelas saya juga banyak yang membeli cupang untuk dipelihara dan diadu. Yah kebanyakan memang anak laki-laki. Saya cuma dengar cerita mereka dan nggak pernah benar-benar ngeh bentuk ikannya secara nyata itu seperti apa.

Suatu hari sepulang dari grocery shopping yang memanfaatkan hari promo diskon supermarket (as always), saya memperhatikan Paksu yang tengah memberi makan ikan-ikan cupang itu di akuarium. Akuarium ikan tersebut diberi sekat dengan lapisan kertas, sehingga masing-masing ikan tidak bisa melihat ikan lain yang hidup dibalik sekat sebelahnya.

"Kok aku baru ngeh ya kalau sekatnya dikasih lapisan kertas, kirain bening aja gitu,"
"......"

Dalam pikiran saya, merasa kasihan juga sama si ikan cupang. Manusia saja selalu butuh berinteraksi dengan orang lain, sekecil apapun itu. Meskipun dasarnya antisosial, tapi bahkan manusia paling antisosialpun tidak bisa menyalahi kodrat sebagai bagian dari masyarakat dan makhluk sosial.
Apa ikan-ikan itu nggak kesepian?
"Kalau nggak dilapisin kertas nanti ikannya jadi saling tatap muka, terus marah deh ikannya," jelas Paksu, yang belum bisa saya pahami mengapa.
"Kalau marah?"
"Mau tahu gimana kalau marah?" Paksu menarik kertas pelapis, sehingga antar ikan cuma terpisah kaca bening. Hanya butuh waktu sebentar untuk ikan-ikan itu saling menyadari kehadiran satu sama lain sebelum kemudian ekor dan siripnya mengembang tanda siap bertarung.
"Ya gitu deh jadi mirip ayam jago mau diadu," katanya, menutup kembali sekat dengan kertas dan sirip ikan-ikan itu perlahan menguncup.

"Hmmm," saya manggut-manggut, mengambil air dingin dari kulkas dan meneguknya.
Kok kayak manusia ya? pikir saya.

Saya memang nggak tahu alasan ilmiah mengapa ikan cupang marah ketika melihat sesamanya. Apakah karena sikap songong yang dia lihat dari ikan lain bikin dia marah atau karena merasa keindahan sirip ikan sebelah bikin dia gondok? Well tapi lihat saja, kalau tidak jarang kita pun bersikap seperti ikan cupang.

Kita marah kalau orang lain marah atau bersikap menyebalkan, meskipun belum taraf yang merugikan pihak kita. Kita kehilangan kesabaran dalam berperilaku, padahal tidak ada situasi menguntungkan dari kemarahan yang dibalas kemarahan. Seringnya situasi justru jadi merunyam, tidak terkendali dan sentimen tidak berkesudahan yang masanya lama. Mungkin kita merasa tidak nyaman berada dalam situasi saling sinis seperti itu, tapi gengsi untuk menyapa lebih dahulu apalagi meminta maaf. Yah antara ego dan malu.

Padahal kemarahan yang timbal balik tanpa adanya satu pihak yang bersikap tenang tidak pernah menjadi solusi, satu hal yang kadang atau seringnya kita lupakan. Meskipun benar pun demikian kita tidak boleh melepaskan ketegasan, terutama pada orang-orang yang tidak menghargai kita seperti halnya kita menghargai mereka.

Tetap saja, kesabaran bukanlah sekadar pasrah namun adalah kemampuan untuk bertindak benar dengan pikiran dan hati sedingin mungkin.
Dalam situasi apapun.

14 comments:

  1. Ikan cupang emang bagus bangett... gampang lagi merawat nya..
    Kunci nya memang mengendalikan diri sendiri atas apapun yang dihadapi ya...
    Salam kak Ninda.. :D

    ReplyDelete
  2. Suamiku jg miara cupang. Huahahahaha.
    Jadi, ikan cupang itu pas 'dilahirin' sama emaknya, mau sama2 sekolam seakuarium sewadah. Tapiii begitu mereka dipisahkan, pas digabungin lagi sama sesama sodaranya pasti berantem.

    Akupun sering komplen, karena kesian liat ikan cupang di akuarium ala2, sendirian. Ga ada temen ngobrolnya, stress, ga punya gadget pula untuk chat sama cupang lain.
    Tapi ternyata emang gitu takdirnya, ga boleh sama2, otherwise berantem bunuh2an.

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu teh ikan cupang apa kitah sih hyahahaha *ngakak

      Delete
  3. eh kemaren juga Kinza melihara ikan, tapi ikan lele wkwkwkwkw.. kasian dia gak mau makan, mati jadinya.. wes gak tak beliin lagi lah, di goreng ae :))

    ReplyDelete
  4. Baru tahu model warnanya bagus juga ya, sayang suka kelahi :)

    ReplyDelete
  5. Ikan cupang memang suka beradu dan berantem. Makanya dijadikan taruhan atau judi. Ditempat SD ku masih ada yang menjajakan ikan cupang seharga dua ribu atau sitemnya tarik benang.
    Kita marah kan sebernarnya menghendaki orang lain paham dan mengerti maksud dan keinginan kita walau tanpa kata atau penjelasan yang jelas/detail dari kita. Pokoknya orang lain harus tahu apa yang aku inginkan. Titik. Orang marah pasti ego.

    ReplyDelete
  6. Aku angkatan 97 masih ngrasain gimana serunya tarung cupang.. dulu sampe gak jajan buat ngumpulin duit beli ikan cupang, cuman karena aku terlalu males, air di botolnya gak aku kuras jadinya kotor, trus ikannya mati deh ._.

    ReplyDelete
  7. Ikan cupang aja bisa kasih gsmbaran karakter manusia ya #subhanalloh banget :D

    ReplyDelete
  8. Dulu waktu anak-anak kecil sempat pelihara cupang juga. Masing-masing ditaruh di botol terpisah. Tapi pernah kepikiran juga sih, kenapa kalo si cupang marah ekornya jadi malah tampak indah mengembang gitu ya

    ReplyDelete
  9. Ziandra bener e minta pelihara karena di mbahnya ada ikan cupang seekor ditaruh di bak kamar mandi, katanya sih biar gak ada jentik nyamuk dan nggak perlu dikasih makan. Tapi belum dapet lampu hijau dari ayahnya. Takut kalo diobok2 kalo ditaroh akuarium hahaha

    ReplyDelete
  10. Ada kebencian yang paling lucu: kebencian pada orang 'abstrak'. Ini banyak terjadi di dunia digital. Kita benci/kesal ke seseorang, yang padahal belum pernah kita temui face to face.

    Luar biasa :)

    ReplyDelete
  11. Ehh btw, Teh Ninda punya Blog lebih dari satu yah? Mantap bener deh teh, bisa ngurus sekaligus gitu hehe. Saya aja punya satu, repot banget ngurusnya. Sering terjangkit virus malas.

    ReplyDelete
  12. Kalau setahu saya ikan cupang itu termasuk ikan teritorial, sangat sensitif kalau ada ikan lain yang memasuki daerah kekuasannya, karenanya kebanyakan orang yg memelihara cupang sering dikasih sekat2 gitu (maaf sok ilmiah hehe :D)
    Tapi gambaran soal ikan cupang dan karakter manusia, ngena banget, makasih onfo nya ^-^

    ReplyDelete
  13. intinya kalau mau pelihara hewan harus dijaga baik baik

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home