Friday, August 26, 2016

SOCIAL MEDIA DAN KULIT SEHAT


Jaman dulu, kita masih ingat bagaimana orang tua atau paman bibi oom tante antusias dengan acara reuni. Mungkin sebagian besar dari kita juga masih begitu antusias untuk acara reuni, bertemu kawan lama di usia sekolah.

Bagaimana kabar mereka saat ini? Sudah jadi apa saja? Ada yang masih jomblo atau semuanya sudah menikah? Anaknya sudah berapa?

Tapi saya nggak gitu antusias dengan reuni-reunian. Serius. Kecuali mungkin kalau sesama cewek ya, terus dulunya juga dekat jadi nggak bakalan gitu awkward sekalipun sudah lama nggak ketemu.

Sebagian besar agenda dari alumni yang tahu kondisi teman lama saat ini, aktivitas dan kabar mereka semua sudah dapat diwakili dan hampir digantikan oleh gencarnya aneka rupa sosial media dan aktivitas sosial media kebanyakan orang yang segala macam diupload ke sosmednya.

Saya jadi tahu si itu barusan nikah, si ini baru lahiran, si ono galau karena jomblo, si anu melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena passionate di dunia akademik.

Saya nggak perlu nanya, eh ya kamu apa kabar sekarang?
Every person has they own stories, and they tell us everything to their social media account. Dan sosmednya ngasih tau ke saya melalui feed, melalui thread, melalui timeline.

Saya banyak bertemu kembali dengan teman-teman lama dari masa sekolah SD, SMP dan SMA dari media sosial. Lucu juga kalau akhirnya bisa ngobrol sama mereka melalui chatting atau apa dari sarana social media.

Suatu hari saya dapat pesan dari salah seorang teman SMA, sempat satu kelas ketika kelas satu doang. Nggak deket banget sampai sering curhat sih tapi masih termasuk teman baik juga. Saya meneruskan kuliah ke luar kota dan dia kuliah di kota asal.

Waktu itu saya sedang pajang foto di sosial media tersebut dan dia baru nge add saya, terus dia message saya yang saking nggak terduganya bikin saya geli. Saya pikir mau tanya kabar atau ngobrol apa gitu, tapi enggak. Yang dia tanyain justru: "Kok kulitmu bagus sih, Nin? Rahasianya apa?"

Saya bengong baca message-nya, karena seriusan saya biasa aja kok perawatan muka. Nggak ke klinik kecantikan, pakai cream dokter dan terakhir kali saya facial itu sudah hampir empat tahun lalu.

Jadi saya jawab aja: "Biasa aja kok nggak pake apa-apa kan dari dulu aku juga nggak pernah rewel ya kulitnya kayak jerawatan atau apa?"

Terus dia jawab lagi yang bikin saya makin bengong, "Masa sih kan putih mulus gitu sekarang..."

Oh oke, mungkin teman saya baru kenal saya di rentang SMA saja, jadi belum tahu. Aslinya kulit saya memang jarang banget rewel karena jenisnya normal cenderung kering. Masalahnya karena kering jadi gampang ngeletek-ngeletek kalau kena udara dingin dan nggak disuplai kelembapan yang cukup. Saya juga terlahir dengan kulit putih, dari garis keturunan dua nenek saya yang satunya memiliki kulit putih dan satunya lagi kuning langsat. Saya cuma putih sampek SD aja karena sejak SMP hingga SMA saya sering pulang pergi ke sekolah naik sepeda atau jalan kaki dengan jarak yang lumayan. Nggak cukup saya juga doyan olahraga dari renang, lari pagi dan lari menjelang sore sementara kota saya terletak dekat garis pantai jadi panasnya maknyes banget. Teriknya kota asal saya bikin kulit cepat gosong, aktivitas saya juga banyak di luar hingga awal kuliah. Cokelatnya awet.

Tapi genetik adalah genetik, saat nggak bisa keluar rumah selama kurang lebih 6 bulan di semester ke 5 masa kuliah karena suatu hal, kulit saya kembali ke warna asalnya. Entah mungkin baliknya warna kulit juga butuh waktu di rumah segitu lama ya? Tapi sejak itu memang warnanya nggak balik lagi menggelap, kecuali mungkin saat saya sering ke lapangan di awal kerja memang sempat belang beberapa waktu gara-gara nggak pakai sunblock. Jadi mungkin karena itu teman lama saya ini nggak percaya bahwa kulit saya memang natural, dia pasti mikir gara-gara perawatan.

Jadi yang bisa saya sampaikan ke si teman adalah, memang warna kulit saya yang asli seperti ini. Lagi pula kulit saya juga putihnya begini aja, tentu nggak seputih orang yang injeksi whitening atau bule ya. Dan saya nggak perawatan yang aneh-aneh, cuma BB cream aja yang lainnya sama dengan wanita-wanita lain, pake lotion di punggung tangan biar nggak belang contohnya. Saya juga pakai toner untuk membersihkan wajah karena kalau nggak rajin bersihin wajah, saya bermasalah dengan komedo.

Eh apa boleh buat ternyata dia malah kesel sama saya, menuduh saya bohong dan nggak mau bagi-bagi rahasia kulit bagus ke teman.

Saya jawab lagi bahwa memang saya nggak pakai yang aneh-aneh, kemudian dengan nada bercanda saya bilang: yang penting sering wudhu aja nggak usah dihandukin mukanya biar glowing, biarin kering sendiri.

Tapi dia sudah terlanjur gondok sama saya errr :/
Terus saya harus gimana kalau kenyataannya emang nggak punya rahasia khusus?

Makin kesini, nggak menutup fakta bahwa para wanita di negara kita kebanyakan terobsesi dengan kulit putih. Munculnya iklan yang dibesut dalam kemasan seseorang akan semakin ceria saat kulitnya lebih putih dan bahwa produk apapun dengan embel-embel whitening selalu laris di pasaran. Saya sih butuh juga biar tangan dan muka nggak belang selama brand-nya trusted dan aman buat kesehatan.

Banyak orang yang terobsesi ingin segitunya terlihat putih dengan suntik whitening bahkan nyobain krim nggak jelas izin dan BPOMnya yang beredar luas dijajakan di online shop dan bebas dijual di social media. Banyak yang percaya dan merasa cocok karena mukanya jadi putih dan jerawatnya menghilang, padahal kandungan merkurinya kenceng. Krim seperti itu jika pemakaiannya tidak diteruskan dapat membuat wajah kembali seperti sebelum memakai, jika diteruskan wajah berpotensi rusak karena memang merkuri adalah zat berbahaya untuk tubuh. Apalagi digunakan di wajah, bisa merusak wajah.

Pakai produk yang punya izin dan BPOM jelas lebih baik buat kita, banyak kok pilihannya. Iklan juga riwa-riwi di layar kaca, kalau misal pengin hasil yang lebih terasa untuk pemutihan wajah misalnya mending yang jelas dan diawasi ahli bidang tersebut. Misal mau lihat-lihat sebelum memutuskan membuat janji perawatan, via Konsula kita bisa melihat-lihat harga treatment dan membuat janji dengan dokter kecantikan pada website yang sama.

Kalau manteman, pakai produk perawatan wajah apa?

7 comments:

  1. Alhamdulillah ya :)
    Kalau aku sensian abiis kayak kulit bayi. Ya begitulah...kulit ibuku aman banget ga pernah ada jerawat

    ReplyDelete
  2. Standar sih facial wash sm toner aja. Nggak nyangka ya sosial media sampe bikin segitunya..

    ReplyDelete
  3. Hahaha. Kok ikut geli sendiri, ya bacanya kak. :D

    Nah, temennya itu mungkin terlalu sering ngeliat endors di akun IG kali, ya. Jadi, begitulah ngeliat kak yang udah putih natural, dikira pake pamutih wajah.. Hadeh... Parah ya, kalo udah kena korban iklan gitu.

    Kalo aku sih, wajah mah, tetep gini-gini aja. Mau keluar ataupun di dalam rumah setahun (paling kelihatan bersih doang) putih mah, kagak. udah dari sononya. :D Tapi, tetep bersyukur, karen kulit sawo mateng itu, lebih tahan terhadap penyakit.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sejujurnya aku spijles, tapi cerita ini benar adanya :/

      Delete
  4. lho kok nanya gitu, aneh lah rasanya.Warna kulit terlalu pribadi, masih mending nanya dress beli dimana

    ReplyDelete
  5. Kadang emang suka mupeng kalo liat kulit mbak-mbak yang kinclong, mulus gitu. Tapi setelah mikir banyak, kayak lebih sadar aja kalo seandainya aku punya kulit putih kaya gitu apa cocok sama bentuk wajah, postur tubuh dan segalanya yang sudah diberikan Tuhan. Apa yang dikasih Tuhan udah sinkron banget buatku. Cukup dijaga aja, gak perlu dimirip-miripin sama yang lain cuma karena pengen aja.

    salam kenal ka Ninda :)

    ReplyDelete
  6. Aduh kocak bgt yaa :))
    Ngga percaya gitu diaaa nind??
    Tapi bener yaa, socmed udah berbicara hihii, hampir semua dipaparin

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home