Friday, November 25, 2016

BERADA DI BAWAH HUJAN


Sudah mendekati akhir bulan November. Pelatihan saya sudah usai. Selesainya sesuatu selalu menjadi awal dari sesuatu yang lain, yang baru. Pernahkah bertanya-tanya dalam hati apa yang akan terjadi setelah ini kepada kita?
Lembaran harapan yang baru yang setiap hari kita buka lembaran demi lembarannya tanpa tahu apa yang akan terjadi pada jam dan hari berikutnya.

Tahun 2016 dan tinggal kembali di kota ini meskipun tidak setiap hari, dalam beberapa hal masih saja sama. Trotoar sempit atau hampir tidak ada di seluruh kota, tidak ramah pejalan kaki, padahal dulunya lebih dari 4 tahun saya selalu hanya mengandalkan kedua kaki untuk berjalan kemanapun dan ya kendaraan umum. Kemacetan yang terjadi ketika hujan, hampir selalu terjadi dan bahkan sekarang lebih parah. Jalan-jalan yang masih sempit, kota ini terus berkembang dan memperbaiki sektor wisatanya. Peminat udara segar, pemandangan baru dan liburan datang ketika liburan. Kota ini masih sama, selalu mengundang antusiasme dari luar untuk keperluan yang berbeda-beda namun tampak tidak siap untuk dibanjiri pendatang. Sektor wisata yang semakin bagus dan kemacetan yang harus dihadapi setiap hari.

Kota ini masih sama. Lampu yang sering mati saat siang dan malam hari di area kos-kosan, sama halnya seperti dulu. Saat bahkan saya harus mengungsi ke warnet atau warung kopi pinggir jalan yang menyediakan koneksi internet dan colokan hanya untuk mengerjakan tugas dan belajar untuk ujian. Bahkan meskipun sekarang sudah jamannya orang memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari dengan pulsa PLN tapi masih banyak yang masih menggunakan cara lama seperti ibu kos saat ini.

Kota ini masih sama. Musim hujan yang selalu terasa lebih panjang daripada musim kemarau, yang lebih sering hujan ketimbang reda dengan waktu turun hujannya yang lama sehingga menghambat aktivitas. Hujan sering turun seharian bahkan saat kita sangka hari ini akan berbeda, hari ini akan cerah.

Sementara seperti kebanyakan anak kos lainnya, banyak hal yang perlu kami lakukan di luar seperti makan dan membeli kebutuhan sehari-hari. Tapi rasanya tidak ada hari tanpa kehujanan, merasakan derai hujan di atas kepala berlapis helm dan merasakan airnya membasahi kaus kaki dan baju yang susah kering karena jarangnya ada matahari.

Kepala saya mulai sering pusing karena hampir selalu berada di bawah hujan setiap kali keluar rumah. Saya mulai bosan kehujanan, dalam persinggahan saya selama tiga bulan ini hanya beberapa kali saya melewatkan hari tanpa harus berada di bawah hujan.

Sangat bosan, awalnya hanya berada dalam pikiran dan perasaan hingga benar-benar terucap hari ini. Bahwa saya bosan kehujanan setiap hari.
"Eh Astagfirullah!" kaget dengan apa yang saya ucapkan sendiri, mendadak merasa takut dan beristighfar.

Hujan memang membuat saya pusing dan tidak enak badan, tapi banyak orang demikian menantikan kedatangannya, tanaman yang rindu perjumpaan dengannya. Mengapa saya bahkan berani berpikir bosan kehujanan? Apa jadinya kalau tertegur dengan hujan yang lama tidak turun. Sementara apa nasib yang akan mendera kita para manusia yang tidak bisa hidup tanpa air dan udara jika hujan tidak kunjung turun? Padahal jika memang tidak enak badan karena terlalu sering bersinggungan dengan hujan, saya masih bisa isi paket data online di ponsel dan menggunakannya untuk delivery order makanan kan?

Kota ini masih sama, memiliki tirai hujan rapat yang terlalu lama hingga terasa seperti sepanjang hari. Saya yang banyak berubah, kurang menikmati datangnya hujan seperti halnya dulu meskipun sungguh saya masih menyukai hujan sebagaimana sebelum waktu berjalan terlalu cepat dan membawa saya pada saat ini. Tidak seantusias dulu ketika harus bersinggungan dengan rintiknya, mengulurkan tangan di bawah atap yang dijatuhi tetesan hujan hanya untuk merasakan alirannya.


8 comments:

  1. Pelatihan naon nyin? Iya nih tempatku malah komplek belakang banjir bandang akes jalannya coba, pengungsinya kmaren masuk tipi one, uda kayak lautan hitam film titanik
    Hanida mang ngekos jakarta mana yang banyak jalanan sempit nyin?

    ReplyDelete
  2. Kasang hujan memang terasa mengesalkan... Bikin susah pulang.. tapi hujan juga bisa bikin hati tenang kalau lagi banyak pikiran 😊

    ReplyDelete
  3. Kadang kita rindu datangnya hujan lho, Mbak Ninda ^-^

    Hujan seringkali mengingatkan kita akan kenangan-kenangan (ehem)

    ReplyDelete
  4. hahhaa iya ujan ujan mah apa apa online. aku pulang kerja milih delivery drpd nyari makan kayak biasanya

    ReplyDelete
  5. selalu ada cerita dibalik hujan ya mba.. hehe
    eh waktu hujan itu baik untuk berdo'a lo, karena satu tetes air hujan itu di bawa oleh satu malaikat dan setiap hujan akan berbeda malaikat yang membawanya.

    ReplyDelete
  6. Aku suka hujan. Ada jejak kesedihan yang dibawa tetes-tetes airnya. Tapi lebih sedih lagi kalau hujannya ga turun-turun ya. Jadi yaa dinikmati aja. Apalagi jaman sekarang apa2 bisa dibuat lebih mudah krn ada koneksi inet

    ReplyDelete
  7. Post semellow inipun tetep aja nlsyahdu dinikmati mager ujan2 gini *apa sih

    Ya gitulah pokonya XD

    ReplyDelete
  8. sama seperti di sini Mba, udah mau akhir 2016 tapi pemadaman listrik masih tetap terjadi :(

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home