SO WHAT?

random

Yah postingan ini dibuat karena pikiran ini sedang mengganggu saya. Bukan dimaksudkan untuk menyindir orang-orang tertentu, ini hanya pertanyaan yang mampir di benak saya dan lumayan menyita pikiran.

Kenapa siiiihhh lingkungan sangat bawel dengan apa yang ada diri kita?

Apa masyarakat sudah sedemikian salah kaprah dalam menilai seseorang sehingga merasa berhak mengintervensi urusan pribadi orang tersebut?

Atau memang sudah jadi kepribadian masyarakat kita? Orang sifatnya jelek dicela-cela, baik sering dibilang sok baik.

Wanita berpakaian serba terbuka dikira nakal, murahan, digosipin... tapi kalau berpakaian serba tertutup, pakai kerudung panjang terus diledekin : Bu Haji habis pengajian ya? Mau kemana bu haji? Eh ya ampun kamu mirip ninja deh.. atau malah yang paling mengesalkan : kamu hamil berapa bulan? Gara-gara saya memakai abaya.

Sesungguhnya, itu SANGAT MENGGANGGU saya. Ngga dikehidupan sehari-hari, ngga di blog.. Honesty ada yang pernah menulis komentar semacam itu kepada saya.

Yah sering saya menyabarkan diri sendiri. Alhamdulillah kalau saya nantinya jadi Ibu Haji. Amin.

Tapi terlalu seringnya itu terjadi, ternyata saya tetap ngga tahan juga. Dan memilih menuliskannya disini. Ketimbang saya sumpek kan.. sekalian melepaskan sel-sel negatif yang mengendap dalam diri saya untuk memperoleh kelegaan. Yah.. writing as theraphy bagi saya. Karena otak saya terlalu noise untuk dibiarkan dengan berbagai macam hal yang berseliweran. Secara tidak sadar saya sudah memperlakukan blog selayaknya pensieve Dumbledore. Hehehe.. :)

Kemudian saya ingat dan membaca ulang satu postingan yang ditulis oleh salah satu teman Blogger, disini. Postingan ini dengan sukses berhasil membuat 'adem' perasaan saya yang bergolak. Bahwa yang terpenting adalah hubungan saya dengan Tuhan. Tuhan tahu apa yang ada di hati saya. Karena sesungguhnya saya sedang cari perhatian agar Dia tahu saya memperindah penampilan saya karena-Nya. Dan bahwa saya ber-pedekate kepadaNya.

Dan manusia, apalagi yang katanya mengaku satu keyakinan dengan saya malah memperolok.. rasanya sungguh ironis.

Sebenarnya sudah sejauh apakah diri kita? Sudah se-pas dan sepantas apa diri kita memasuki semua ruang dalam masyarakat sampai dengan gampangnya memperolok seseorang dengan pembawaannya? Mungkin sudah saatnya kita menilai ulang diri kita pada sebuah cermin pandangan baru.

Mereka tidak tahu sebelum merasakan seperti yang saya rasakan. Bahwa dengan kerudung panjang, saya selalu merasa dijaga dan nyaman even saya keluar sendirian ke toko buku ketika malam minggu atau pulang mengerjakan tugas kelompok hingga malam.

Entahlah.. tapi saya merasa sangat ironis ketika Budhe saya yang berbeda keyakinan dengan saya mengingatkan saya untuk rajin sholat (sungguh manis, terima kasih Budhe :))sementara teman yang satu keyakinan malah mengatakan hal-hal yang mengganggu saya. Astaga. Apa yang salah ya?