"Hai, baru baca chat." kata saya, nimbrung dalam grup chat teman-teman setelah memanjat sekian banyak notif chat grup yang banyak pada bulan puasa lalu.
"Baru bangun yaaa...?"
"Enak aje! Belum tidur malahan sejak pagi, baru mau," jawab saya, saat itu siang di jam ba'da dhuhur.
"Gile ngapain lu?"
"Nulis nulis curcol," kata saya.
"Oh yang kemarin di-share itu lomba lagi ya? Semoga yang kali ini menang yaa..." kata mereka.
Pada obrolan chat lain dengan seorang teman dekat, saya ngobrol sama dia sembari menggambar. Karena dia juga suka menulis dan blogging jadi dia lebih paham ama yang sedang saya lakukan.
"Jadi itu sebabnya draft kamu lama banget jadinya?" komentar dia, setelah melihat share posting yang saya ikutkan untuk suatu lomba.
"Iya," saya ketawa-ketawa aja. Dia tahu berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk mikirin mau nulis apa, terus sketch di buku gambar dan mewarnai via software. Bagi sebagian orang mungkin usaha ini secimit banget, tapi enggak bagi saya yang skill doodling dan desainnya masih taraf yang abal-abal.
"Yang kemaren bukannya juga pake drama tinta blobor di kertas tuh?"
"Itu lomba yang lain lagi," kata saya.
"Menang?"
"Kagak sih." saya ngakak.
"Buang waktu sama usaha dong,"
Saya mengedikkan bahu, "Ya gimana dong namanya juga bukan rezeki eyke."
Mantemans, terutama yang pernah ikutan lomba menulis seperti saya pastinya juga pernah kalah. Pernah... ya kalau saya sih kalahnya lebih sering dari menangnya haha :D Pokoknya kalau ikutan lomba terus sama sekali nggak dapat hadiah apa-apa, pas cerita ke Paksu udah dapat tatapan kesian aja, soalnya dia tahu gimana rempongnya saya demi sebuah lomba.
Sering banget teman nanya gimana kabar lomba yang saya ikutin itu karena melihat share saya di media sosial atau pas minta tolong mereka ikut vote kalau suka tulisan saya. Sering banget juga ada yang nanya setelah saya jawab nggak menang disuatu lomba, apa kabar perasaan dan usaha saya?
Ya sedih sih, siapa sih yang enggak?
Halah baru juga kalah berapa kali lu, Nin? Banyak tau yang lebih sering kalah dari lu!
Gitu kali ya komentar mantemans, terutama yang sering jadi peserta lomba.
Iya saya memang masih newbie soal perlombaan, baru juga berapa bulan mulai dan sering ikut lomba ya pasti itungan kalah dan menangnya lebih sedikit dibanding pemburu lomba lainnya ya.
Tapi kecewa kan ya manusiawi banget kan. Salah satu proses dari kehidupan. Kita tahu rasanya bangkit dan cara untuk bangkit kemudian melangkah kembali setelah tahu rasanya gagal dan kecewa. Am I right?
Ya kecewa sih pasti, tapi kan rezeki ada di tangan Allah. Tugas saya menjemputnya dengan usaha yang saya punya, entah apakah Allah memberikannya kepada saya atau tidak memberikan bentuk rezeki yang saya mau adalah sudah hak Allah. Tidak peduli seberapa keras saya berusaha, kalau sudah ditentukan tidak menjadi milik saya, pastinya akan terlepas juga. Saya cuma percaya, usaha tidak pernah membohongi hasil. Nggak pernah rugi kok kalau kita berusaha akan sesuatu hal dengan semua waktu dan kemampuan yang kita punya.
Kan gue sudah begadang beberapa hari demi lomba tapi kok kalah?
Tanpa kita tahu mungkin ada orang-orang lain selain kita yang berusaha lebih keras dari kita dalam kompetisi tersebut dan mereka menang. Grafis kita mungkin lebih keren, pakai video sendiri pula tapi mungkin ada orang lain yang berjuang untuk ke warnet malam-malam selama beberapa hari setelah sesiangan bekerja di lapangan untuk mengikuti lomba itu. Ibu-ibu yang bekerja keras menahan kantuk setiap malam, setelah anak-anak mereka tidur bergegas mengambil ponsel dan menahan dingin udara teras demi sinyal dan waktu menulis yang susah didapat. Ini ada diluar pengetahuan kita tentunya. Tapi tidak dengan Allah.
Selama masa kecewa, butuh waktu bagi saya untuk paham bahwa sebenarnya juri hanyalah perantara dari kemenangan seseorang. Penentu utama sebenarnya adalah Allah. Saya mungkin tidak diberikan rezeki dalam bentuk menang lomba, tapi Allah merupakan sebaik-baik pemberi rezeki dan tidak pernah salah perhitungannya. Selalu aja rezeki dalam bentuk lain yang menghampiri meskipun saya tidak selalu paham bahwa hal tersebut adalah bagian dari rezeki.
Pernah pada suatu waktu saya dan paksu sedang belanja dan kami mendapatkan harga yang murah untuk produk yang masuk ke dalam list belanja kami. "Diskon juga rezeki," komentarnya, saya terdiam karena kaget dan iya saya merasa setuju dengan pendapat Paksu.
Iya menang lomba memang sedih dan bikin semangat kita kadang lenyap, tapi kan menang lomba juga tidak semudah itu. Tidak semudah booking hotel lombok mister aladin yang tinggal mengandalkan koneksi internet, senam jari sebentar dan isi rekening. Percayalah jika kalah, ada rezeki lain yang telah menanti kita. Jangan risaukan, yang penting terus berusaha menjemput rezeki itu :) Semangat yuk!
Pernah pada suatu waktu saya dan paksu sedang belanja dan kami mendapatkan harga yang murah untuk produk yang masuk ke dalam list belanja kami. "Diskon juga rezeki," komentarnya, saya terdiam karena kaget dan iya saya merasa setuju dengan pendapat Paksu.
Iya menang lomba memang sedih dan bikin semangat kita kadang lenyap, tapi kan menang lomba juga tidak semudah itu. Tidak semudah booking hotel lombok mister aladin yang tinggal mengandalkan koneksi internet, senam jari sebentar dan isi rekening. Percayalah jika kalah, ada rezeki lain yang telah menanti kita. Jangan risaukan, yang penting terus berusaha menjemput rezeki itu :) Semangat yuk!
Setujuuuu.. Aku juga pernah kok ngalami gitu juga, bukan sedih karena menang kalah lomba sih tapi lebih parah merasa iri karena ada temen yang gampang banget dapet gratisan. Dan sama seperti kata suamimu, bedanya suami aku bilang 'aku kerja sampe dapet bonus itu rejeki, biar kamu bisa beli tanpa nunggu gratisan' langsung jleeeeeb
ReplyDeleteMantab abizzzz, juri utamaa tetep Alloh, juri orang hanyalah perantara saja
ReplyDeleteNah, ini dia...banyak kalimat positifnya, jadi walo kalah tetep bisa semangat
Coba kalo uda kalah, terus misuh2 ga terima sama yang menang huaaa bisa kacau dunia persilatan kalo ga saling legowo ya
Btw akhir2 ini aku lagi ga semangat ikut lomba deh nyin, knapa ya??? Males mikir berat lebih tepatnya xixiixi, trus dicengin paksu klo aku lomba juga palingan kalah...hahhhaaa..terus jadi ga niat berburu lomba deh
aku kok belum siap buat ikut ngelomba ya mbak... belum siap mental dan belum siap mengerahkan usahanya... soalnya kalo ikut lomba yang pasti gak bisa asal-asalan dong.
ReplyDeleteMungkin ada hikmahnya mbak dibalik semua itu dan jangan pernah menganggap kalau perjuangan kita itu lebih berat dari pada orang lain padahal kita tidak tahu fakta yang sebenarnya itu seperti apa, siapa tahu orang lain itu perjuangannya lebih keras lagi kita. Gak apa apa mbak yang penting kan sudah usaha.
ReplyDeleteBaru kepikiran kalo diskon itu rejeki..
ReplyDeleteKlo join lomba liat2 dulu apa ada chance buat menang, klo kemungkinan besar kalah, lewati aja dah, hee..
ReplyDeletesering banget saya alami mba, kalah dalam lomba haha for me, just take it easy :) saya sih karena masih newbie jadi merasa perlu banyak belajar untuk membuat konten menarik sesuai tema. mungkin itu kali yaa hikmahnya buat saya -,-
ReplyDeleteSaya nggak peduli kalau kalah, wkwkw.
ReplyDeleteApalagi kalau yang juara emang layak.
Tau nggak, ikut lomba itu buat saya kayak micu adrenalin. Feel alive gitu Nin. Bisa ikut lomba itu udah KEMENANGAN buat saya. Enak banget, kayak abis olahraga hahaha. *bingung nggak sih
nah, kalau soal siapa yg menang saya pikir, emang harus kesitu rejekinya..mungkin dia punya anak bayi, dia lagi butuh, udah nazar atau lain sebagainya deh.
Jadi, jangan kapok ikutan lomba ya Nin :D
hm... bau2 promosi link yg terakhir nih.. kwkwkwk
ReplyDeletebtw, saya juga gitu kalo ikut lomba. risetnya amit2 seriusnya. Sayangnya saya gak bisa gambar, jadi biasanya kalah sama tulisan yang isi gambar sendiri, apalagi animasi. huhuhu
tapi syukurlah, ada temen yang care juga termasuk rejeki lho.. karena kalo udah capek, kalah, dan sendirian, sakitnya triple. he he
Sering galawnya kalau kalah dari ngontes, tapi sadar diri sih kalau sukanya mepet-mepet deadline, heheh.
ReplyDelete