Saturday, May 5, 2012

Lima Tahun yang Lalu

We just belong together
pic taken from lainelindsey blog
Lima tahun yang lalu, saya mungkin terlihat begitu adorable sampai ponsel tidak pernah sepi. Keduanya. Pernah juga dalam rentang tahun yang lebih kecil, melewatkan waktu beberapa jam dinner dengan lelaki yang dulunya pernah begitu dihebohkan di SMA saya karena punya semuanya, katanya sih ya.
Alah apaan... batin saya. He doesn't know anything. Tidak mengerti selera humor saya. Tidak mengerti hal-hal yang tercetus dari kepala saya yang sok cerdas. Tidak mengerti bahwa saya yang pecandu rangkaian kata tidak bisa mempan dengan whisper sweet nothing ala lelaki tampan yang berpikiran seperti orang kebanyakan.
Tidak mengerti bahwa perkataannya yang yakin bisa membuat saya nyaman karena dia selalu bisa membuat teman-teman ceweknya nyaman ngobrol dengannya adalah sesuatu yang saya angguki basa-basi tapi saya ketawai dalam hati.

Tapi saya selalu menanti-nantikan interaksi saya dengan anda, tidak pernah menjadi tipikal idola masa remaja tapinya... saya suka. Anda yang humornya menyebalkan tapi tetap bikin saya ketawa. Kecanduan setengah mati pada respons anda. Tapi pura-pura bersikap biasa seperti lazimnya seorang kawan. Anda selalu saya nantikan. Meskipun lewat perantara-perantara yang 'buta'. Gambar icon messenger yang melonjak-lonjak ataukah cuma pesan pendek via ponsel. Ketakutan kalau-kalau operator tidak baik hati dan menyita pesan anda sehingga pesan itu jadinya tidak pernah sampai buat saya. Saya gusar sampai-sampai nekat bertanya, apa anda sms saya tadi tapi nggak sampai? ponsel saya sepertinya sedang susah sinyal. Alasan yang mungkin saja tidak masuk akal, tapi saya jadinya kelewat sedih tak beralasan kalau-kalau anda tidak berkabar. Anda jawab tidak, sementara saya kecewa bercampur malu disini.

Karena ini bukan sekedar karena anda tidakterjangkau, bagaimana jika saya menjelaskannya hanya dengan sesuatu yang sesimple ya jatuh cinta saja? Terus jatuhnya ke anda.

Sehingga saya betah menunggu icon messenger anda menyala. Saya diam, sok cool. Sengaja tidak menyapa karena khawatir antusiasme saya akan menakuti anda. Bahkan pada suatu malam minggu, saya pancing anda dengan pertanyaan soal perempuan, mendadak agak patah hati bercampur senang karena anda menjawabnya dengan jawaban bahwa anda belum menemukan orang yang pantas anda cintai. Bahwa anda tidak sedang naksir siapa-siapa, atau dekat atau pernah dekat dengan perempuan manapun. Dekat dalam tanda kutip.

Lantas sadar atau tidak saya melewati hari-hari saya dengan berusaha menjadi menyenangkan meskipun sebenarnya saya sering malas bicara. Mengeluarkan lelucon apapun yang mungkin bisa membuat anda tertawa setelah seharian yang padat dengan kerepotan dan stress. Masih tetap dengan sikap sok cool seolah anda sama porsinya dengan kawan-kawan saya yang lain.
Lima tahun yang lalu adalah masa dimana saya terus berusaha membuat anda suatu saat nanti dapat melihat saya sebagai seseorang yang pantas anda cintai.

Previous Page Next Page Home