Monday, May 6, 2013

Daur Ulang Emosi

Menulis blog, cerita pendek, sekadar prosa atau novel wannabe yang tidak selesai-selesai adalah sarana pelepasan saya dari kungkungan kesibukan. Semacam jembatan penghubung menuju dunia lain. Dunia yang 180 derajat bedanya dengan dunia tempat saya tinggal dengan rutinitas.
Seorang sahabat mengkritisi betapa novel saya draftnya nggak selesai-selesai. Saya menyetujuinya.
Draft-nya harus terus bertambah dengan cara menyisihkan sekian waktu entah setengah jam atau sejam setiap harinya dari overtime working saya.
Karena aktifitas yang satu ini selalu berhasil comforting saya, sampah-sampah pikiran keluar melalui huruf dan salah satu alternatif menaikkan mood.
Semua orang butuh pelepasan emosi, dan solusi saya adalah ini.
Nah, kemudian otak saya serasa seperti tubuh yang bernafas untuk mengeluarkan karbondioksida dan menghirup oksigen. Terus bertahan, terus berjalan. Melepaskan emosi dan menghirup semangat baru.
Mendaur ulang emosi diri sendiri.

~

10 comments:

  1. Kalau saya ketika emosi malah tidak dapet moodnya buat nulis... Dicari-cari, ditunggu-tunggu juga sama, gak ketemu2. Tapi kalau sedang datang moodnya, hmmm, di angkotpun jadi :D

    ReplyDelete
  2. Ninda...
    kalo novelnya sudah selesai, mau tidak... share novel nya buat tuna netra...

    novelnya nanti dijadikan braille juga

    ReplyDelete
  3. Menulis adalah cara untuk mendaur ulang emosi...

    ayook tulis..tulis..dan tuliss..
    heehehe,,

    ReplyDelete
  4. arif mah pelampiasannya sama game :D

    ReplyDelete
  5. iya, maksudku memang nanti setelah novelnya sudah jadi dan sudah terbit...

    ReplyDelete
  6. kalau aku, otaknya bernafas dengan baca. haha..

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home