Monday, November 10, 2014

#TheBridesDiary : Ramalan Pernikahan




Saya berumur 16 tahun ketika ibu dari teman dekat saya saat itu menyampaikan kepada saya sesuatu ketika bermain kartu sejenis Tarrot, meramalkan saya akan menikah pada tahun 2011. Saat itu saya sedang belajar bersama teman saya tersebut.

Saya pulang dan menceritakan apa yang disampaikan itu pada ibu saya, yang benar saja... 2011 adalah saat ketika saya kemungkinan baru beberapa bulan lulus kuliah. Ibu saya tertawa dan berkata bahwa saya harus lebih banyak belajar tentang apa saja yang ada di dunia ini. Jangan menyempitkan dunia saya dengan mengambil keputusan impulsif menikah dengan usia semuda itu, ibu saya sudah duluan mewanti-wanti. Jika saja nanti kesempatan itu ada. Pada waktunya akan ada saat yang paling tepat untuk menikah.

Dalam usia itu saya masih tipikal percaya-nggak-percaya pada hal-hal seperti ini, ya ramalan-ramalan begitu itu maksudnya.

Ibu saya pernah cerita bahwa beliau menikah pada usia 24. Usia paling muda diantara semua saudaranya untuk memulai kehidupan berumah tangga. Menikah dengan orang yang kenal dekat dengan kakak kandungnya sendiri. Tanpa banyak pengenalan, suka kemudian langsung lamar.

Tipikal menikah yang mirip juga dialami nenek saya. Bahkan nenek saya tanpa melalui proses suka dan lamar, bagaimana nenek saya bisa menikah adalah karena peranan kedua orang tuanya yang saat itu merasa anak perempuan sebelum berlama-lama aqil baliq harus segera dinikahkan biar nanti tidak terjadi sesuatu yang membawa malu pada keluarga. Demikian pemikiran orang-orang pada masa nenek saya masih remaja.

Terus terang saya banyak berpikir mengenai hal ini pada saat usia saya terus bertambah dari sejakitu.

Menikah tanpa pengenalan seperti sesuatu yang kadang bisa berimbas baik, kadang sebaliknya. Bagaimanalah menghabiskan hidup bersama seseorang yang berbeda jauh budaya keluarga, sifat dan sebagainya dengan kita? Padahal orang dengan persamaan sifat yang dibesarkan dalam satu lingkungan seperti saudara sekandung pun tidak terhindar dari cek cok.

Banyak orang yang demikian rukun hingga ajal karena pernikahan tanpa saling mengenal sebelumnya, banyak pula yang menderita karena sifat bertolak belakang atau kekerasan dalam rumah tangga namun tidak bisa berpisah, banyak pula yang berpisah karena sebab yang menyakitkan dan perpisahannya tidak bisa tidak melukai seluruh keluarga.

Beberapa tahun kemudian setelah percakapan itu saya bertemu dan mengenal beberapa orang teman yang kehidupan pernikahannya menyakitkan, atau yang berpisah karena sebab yang menyakitkan. Cerita-cerita dan fakta yang berdatangan terus menambah kekhawatiran saya.

Apakah benar kita tidak bisa mengenali dengan benar sifat dibelakang orang yang akan kita nikahi? Bahkan meskipun kita tahu dia sudah sejak lama?

Menikah adalah soal yang seberat itu. Bukan soal sesepele dia begitu memukau dan mengajak kita menikah lantas kita karena saking merasa tersanjungnya atau ketakutan tidak ada yang mencintai kita lebih besar dari dia lantas menyetujui. Begitu saja.

Tapi bertahun-tahun kemudian ketika saya tumbuh dan bertambah dewasa, akhirnya saya mengetahui bahwa apa yang terjadi pada kita tidak luput dari kuasa Allah. Apa yang tersembunyi dibalik fisik kita, di dalam hati... Allah lah yang paling mengetahui. Dan kepadanyalah mestinya segala kekhawatiran dan pertanyaan bermuara. Demikian pun do'a meminta dukungan atas segala hal yang terbaik atas kita. Do'a untuk melepaskan segala kekhawatiran dan ketakutan pada masa depan.

~

Oh Allah... Cintailah kami. Dan jadikanlah rasa saling mencintai kami menambah dan menguatkan rasa cinta kepada engkau, pemilik hati dan perasaan kami. Jangan biarkan kami menjauhkan diri dari engkau, dan rasa cinta kami menjauhkan kami dari cinta kepadaMu.


~

3 comments:

  1. menikah karena Allah ... insya Allah, DIA yang akan memberi rasa aman damai cinta, sakinah mawaddah wa rahmah. Anyin hendak menyempurnakan Din segerakah? Barakallah, yaa ...

    ReplyDelete
  2. Aamiin :')

    Iya ya mbak, menikah itu bukan hal sepele. Dan yg pasti, dalam hal ini ingin dan butuh itu beda jauuuhhh sekali. Aku bersyukur Allah mengingatkan aku dg 'lembut' ttg ini :))

    ReplyDelete
  3. Ah, Mbak Nin, saya telat banget yaaaa??? happy wedding ya mbake. Barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fi khoir. Semoga jadi pasangan dunia khirat. bahagia berdua sampe ke syurga yaaa... aamiin yaa Rabb :)

    baca postingan yg ini saya jd merenung. Ketakutan2 itu juga nggak hilang2 dari saya sampai hari ini. Tapi, takdir pasti menuntun kita pada sebuah peristiwa yg nggak akan kita bisa hindari, kan ya? hehe

    Well, selamat sekali lagi, Mbak Nin :))

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home