Friday, June 5, 2015

Kafein

Bisa dibilang saya berteman dengan kafein sejak lama, bahkan sejak kecil.
Ketika bahkan belum sekolah saya doyan ngemil biji kopi yang habis disangrai dan masih hangat, saya ingat nenek sering membuatnya. Mesti hangat karena rasanya jadi beda ketika mendingin, meskipun seringkali dingin juga tetep saya cemilin. Saya juga ikut minum kopi nyaris setiap hari ketika nenek saya bikin kopi.

Pada saat mulai merantau diusia belasan, dengan sendirinya kebiasaan itu memudar. Saya sangat jarang minum kopi karena maag saya selalu kumat setiap kali habis minum kopi sachet. Apapun merknya. Padahal pengin coba-coba rasa yang berbeda dan selalu diikuti nyeri perut.

Ketika sudah mulai kerja, kebiasaan itu kembali. Diawali dari saya yang nggak bisa diam lama-lama, kalau diam lama langsung ngantuk waktu meeting... deadline pekerjaan dan kantor yang menyediakan kopi tubruk.

Kopi tubruk yang kata orang keras itu, ternyata malah lebih bersahabat di perut saya ketimbang kopi sachet. No worries meskipun minumnya pada saay saya belum makan.

Kemudian saya memutuskan untuk berpisah sementara dengan kopi, terutama saat weekdays demi hidup lebih sehat. Saya menggantinya dengan air jeruk lemon hangat. Saya hanya minum kopi ketika hari libur dan dibatasi porsinya. Kadang ketika sudah ada di kedai kopi favorit alih-alih memesan kopi saya malah memesan green tea latte untuk menghindari kopi.

Sekarang, kebiasaan itu justru kembali. Mungkin karena sedang banyak hal yang mengendap di kepala saya, saya mulai konsumsi kopi tubruk sehari susu cangkir. Dan sangat menyenangkan ketika menikmatinya berbarengan dengan mie instan goreng. Bahkan dengan pekerjaan yang super banyak saya bisa minum dua cangkir kopi dalam satu hari, sampai rekan kerja saya komentar, "Elu minum kopi karena pengin apa haus sih? Habisnya cepet benerrr...." ketika mengetahui saya minta kopi dan lima menit kemudian setelah agak hangat saya meminumnya kurang dari lima menit. Entah apakah ada korelasi dengan pekerjaan atau dengan isi pikiran.

Hari ini saya berusaha menguranginya lagi, secangkir yang saya minum sedikit demi sedikit setiap saya ingin rasa pahit dalam kopi hingga sore hari. Meskipun kopi sudah mendingin dan wanginya sudah tidak lagi sama.

Air lemon hangat dan secangkir kopi di meja saya kini berdampingan. Entah sampai kapan.



.

11 comments:

  1. Ahhh ternyata kebiasaanku ngemil biji kopi sehabis disangrai ada temennya :D

    Dan emang nenek itu barista terbaik kalau soal meracik kopi murni :D

    ReplyDelete
  2. itu kopinya menggoda banget :D

    ReplyDelete
  3. Bisa dibilang aku nggak akrab dengan kafein sejak lama..
    wkwkwk

    iya gapernah suka kopi
    pernah minum sih di situasi tertentu tapi nggak suka
    lebih suka teh

    :3

    ReplyDelete
  4. enakan kopi tubruk kok, berasa bener kopinya.

    jadi inget waktu berkunjung ke perkebunan dan ketemu pencicip kopi. sempat ditanya mau kopinya orang kaya apa orang miskin. ternyata yang dinamakan kopinya orang miskin itu kopi murni. orang kaya ga berani minum kopi tanpa campuran. takut setruk bilangnya, hehe

    ReplyDelete
  5. Aku kok gak doyan kopi, tp biji kopi seneng ngemut apalagi metik sendiri sambil manjat

    ReplyDelete
  6. Wah termasuk pecinta kopi juga nih Mbak Ninda..

    ReplyDelete
  7. aku juga kalo minum kopi pasti maag nya kambuh, biasanya aku suka minum kopi luak

    ReplyDelete
  8. bagi saya, kopi itu wajib ada di meja kerja saya setiap pagi, hehe

    ReplyDelete
  9. Dapet PERTAMAX ni

    Waduh, untuk ini saya ndak nolak kalau dikasih mbak heehee

    ReplyDelete
  10. saya juga penyuka kopi, mbak. Di rumah setiap pagi saya, bapak dan ibu meminum kopi bersama. Kopi memang minum berarti dalam kualitas hubungan keluarga kami :)

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home