Thursday, July 2, 2015

Pada Paragraf ini...

Pada banyak kondisi kau mungkin akan menyadari bahwa menulis dapat disebabkan oleh kesedihan yang terlalu dalam. Dan semakin pekat kesedihan itu semakin menderas paragraf-paragrafmu, padu padan kata-katamu.

Bisa juga sebaliknya, kesedihan yang terlalu mendalam dapat saja membuatmu melupakan segalanya. Bahwa kau bisa juga menuliskannya selain mengungkapkan perasaan-perasaan itu pada Tuhan.

Atau kau tidak melupakan itu tapi kehilangan antusiasme pada hal-hal yang kau sukai sebelumnya, termasuk menulis.


~

5 comments:

  1. fiuhh, baca postingan ini suka keingat sama masa lalu :'(

    ReplyDelete
  2. Pernah sesekali mikirin buat tinggalin aktivitas menulis, karena apapun yang aku tulis dikira nyata mulu sama seseorang, akhirnya sedih tak berkesudahan antara kedua belah pihak. Yang satu pengen dingertiin kalau dunianya lewat menulis, yang satunya resah dengan karya-karya tulisan yang dibuat. Dannn akhirnya kembali menulis setelah melepaskan, hijrah membawa berkah :D

    ReplyDelete
  3. Aku biasane yg kedua, sedih trus gak nulis. Soale aku gak mau dikasihani sih

    tunggu hati tenang, baru nulis lg

    ReplyDelete
  4. saya juga termasuk suka menulis kalo pas lagi ada rasa sedih, cuma blog pribadi sih hehe

    ReplyDelete
  5. mengena banget, mbak, ke saya. saya mengalaminya..

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home