Tuesday, April 5, 2011

IRAMA ITU, TANGKAPLAH....

pesan kasih, buka hati dan terimalah..
pic from google

Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan seorang sahabat. Sahabat yang baik, dengan wejangan-wejangan yang kadang-kadang berhasil menampar saya. Dia senang membaca buku, dan tidak seperti saya buku yang dia baca selalu membuat saya membatin, selalu buku-buku bagus yang contohnya saja Dalam Dekapan Ukhuwah, ngga seperti saya yang bacaannya fiksi melulu. Kadang kami mengobrol ditelepon untuk berbagi cerita. Banyak cerita saya juga yang saya sampaikan kepadanya.. contohnya waktu itu, selepas kegiatan di kantor. Saya naik motor dari kantor ke kos dengan jarak sekitar setengah jam sampai empat puluh lima menit bersama seorang teman. Entah kenapa setiap jam kami pulang, hujan selalu turun deras, dan setiap hari libur hujan tidak turun pada jam-jam yang biasa. Sungguh lucu. Jas hujan juga terus terang tidak terlalu membantu. Selama sebulan lebih dua minggu kami terus mengalami hal-hal yang sama, dan beberapa kali karena kelupaan membawa jas hujan sementara sudah mulai gelap, akhirnya kami menerobos juga jalan pulang hujan deras itu.

Keadaan yang demikian membuat kesehatan kami tidak cukup baik. Gampang lemas dan tidak optimal. Kemudian saya tidak sengaja mengeluh pada sahabat saya ini, mengatakan kesal pada hujan... sungguh menjengkelkan kenapa dia selalu jatuh saat jam-jam saya pulang kantor kenapa tidak lebih awal sedikit atau lebih lama sedikit?

Dia tertawa di ujung telepon waktu itu: "Baru saja mengatakan hujan menjengkelkan ya? hayo... hayooo....,"

Saya tercekat, baru menyadari kalimat saya barusan. Dan kalimat sahabat saya ini juga menohok hingga hati, ketika saya sadar maksud ucapannya.. kemudian saya jadi malu pada diri saya sendiri, pada sahabat saya... buru-buru saya meralat, "Eh hehehe anggap saja yang tadi cuma bercanda,"
Dia ngakak lagi. Dasar!

Mengapa kita terbiasa mengeluh dan menyalahkan sesuatu : Duh kok hujan sih kapan cucian kering dong? Duh kok panas sih, duh kulit eke hitam dong....

Tanpa sadar kita secara tidak langsung sudah mengeluhkan hal yang lebih besar : Tuhan. Coba kita ingat siapa yang menciptakan panas, siapa yang mencurahkan hujan? Iya, Tuhan kita yang Maha segalanya tentu saja. Sungguh tidak sepantasnya makhluk seperti kita yang dengan kehendaknya bisa hidup seketika dan mati seketika menyalahkan Dia. 

Mengeluh memang manusiawi, tapi tidak ada ruginya juga belajar menguranginya dari sekarang kan? Karena sungguh rugi jika kita terus stagnan sebagai pribadi manusia, tidak melangkah kemana-mana, apalagi mengabaikan kesempatan untuk menjadi lebih baik.... alangkah ruginya kita.

Seseorang seperti sahabat saya adalah seseorang yang langka, beberapa orang teman saya juga begitu... mereka adalah contoh orang-orang yang memandang perilaku sehari-hari dari pandangan agama dan setiap 'tanpa sengaja' mengingatkan saya memang agak tajam tapi ya itu.... kalau ditelisik, benar adanya apa yang dia ingatkan.

Terus terang saya bukan tipe orang yang berpendapat nilai dulu diri kamu sepenuhnya benar baru mengingatkan orang lain. JANGAN sekali-sekali menilai kebenaran yang diucapkan seseorang dari siapa yang mengucapkannya, nilailah apa yang dia ucapkan. Jika sahabat saya tidak mengingatkan saya karena selalu merasa dirinya belum sempurna, sifat tidak pernah merasa sempurna adalah milik manusia yang sangat memanusiawi maka bisa dibayangkan seperti apa hidup saya, seperti apa hidup dia yang saya lepas begitu saja karena saya takut mengingatkan dengan merasa tidak sempurna. 

Sampai kapanpun saya tidak akan menjadi lebih baik, pribadi saya tidak akan terperbaiki sedikitpun. Mungkin sampai kapanpun tanpa pengingat-pengingat hidup itu saya terus berjalan dengan angkuh padahal saya cuma segini saja, masih butuh udaraNya untuk saya hidup, masih butuh bumiNya untuk saya tetap berpijak

Kalau menunggu diri sendiri sempurna baru boleh mengingatkan orang lain ya sampai kapan dong ya... kita sama-sama tahu kita manusia biasa, bukan nabi... dalam bermuhasabah kadang-kadang kita kesulitan untuk menilai diri kita secara utuh, cerminnya jadi buram karena apa? Karena kita menilai diri kita dari pandangan kita, tidak tahu bagaimana dari pandangan orang lain.. Maka seringkali kita butuh disodori cermin milik orang lain untuk melihat pribadi kita secara utuh, untuk mengetahui hal-hal kurang yang sebelumnya tidak terekspos dengan cermin milik kita sendiri.


Fakta yang sering saya temukan adalah keengganan saling mengingatkan karena takut tidak sepakat dan saling bersinggungan, kemudian hal tersebut mampu merusak hubungan..
Padahal kan dalam hidup dan melihat segala hal yang tidak pada tempatnya kita diwajibkan mengingatkan, namun juga tidak boleh terlalu kecewa ketika kita mengingatkan seseorang dan tanggapannya tidak sesuai harapan, bahkan mungkin kasar (bagian inilah yang paling susah dalam urusan saling mengingatkan). Maka akhirnya karena malas bersinggungan orang akan lebih memilih diam daripada mengingatkan. Hmm sayang kan jika sebuah kebenaran berhenti dalam diri seseorang, tidak diteruskan karena ketakutan-ketakutan tersebut.

Jangan membuat perintang-perintang bagi kita untuk menjadi lebih baik. Sedikit-sedikit merasa terhakimi, sedikit-sedikit merasa digurui... terus kapan kita jadi nambah baiknya dong.. :) Kalau membuat orang juga malas dan kapok mengingatkan kita karena kitanya sendiri yang terlihat tidak perlu dan mementahkan omongan-omongan mereka karena kitanya yang tukang tersinggung. Jadi sebelum marah, lihatlah dulu lebih dalam pada apa isi yang disampaikan seseorang apakah itu baik untuk kita atau tidak? Bisa jadi itu terlihat kasar, tapi gunakan hati dan pikiran kita secara bersamaan untuk menilai baik dan ngganya apa yang dia sampaikan.... kalau sekiranya agak kurang pas, bisa juga balik mengingatkan dia saat itu atau waktu lain tergantung kita dalam menilai sebuah kondisi dan situasi. Yah sesuai bagaimana masing-masing karakter kita untuk menyampaikan hal ini pada dia... saya percaya dengan bertambahnya umur semestinya ada sisi-sisi pribadi kita yang juga ikut bertambah dewasa dan bijak untuk menyikapi segala situasi.

Kalau manusia mengingatkan dan sudah ngga mau kita gubris sebelum mempertimbangkan, apalagi malah diberi tanggapan yang ngga enak wah apa kita ngga khawatir kalau langsung ditegur pemberi nyawa kita? Sementara caraNya menegur dan mengingatkan tentu saja tidak sama dengan cara-cara makhluk. Hmmm....

Jadi mari kawan-kawan saya yang baik, mari buka hati.... tangkap hikmah dari mana saja... sebuah hikmah belum tentu berwujud halus seperti bulu angsa... bisa jadi kotor dan kasar seperti bangkai. Itu semua tergantung pada kita memilahnya sedemikian rupa, mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk... Yuk pekakan hati, jangan sampai hati kita menjadi keras karena pribadi kita sendiri yang kurang baik dan kemudian yang Maha segalanya mengunci hati kita dari kebenaran :( Duh jangan sampai ya...

dini hari ketika memposting ini, hening... mari dengarkan lagu-lagu penggugah hati dari winamp :)

Kurindukan sinar suciMu yang mulia
Dan kuharapkan belai kasihMu
Agar musnah semua keangkuhan diriku
Dan kulepaskan dari sifatku
(Snada ~ Rindu)

bisa di download di link dibawah ini...


Dan akhirnya kepada sahabat-sahabat saya, terima kasih untuk mampu menjadi oase batin :)

25 comments:

  1. enak ada teman2 yang mengingatkan dan menghubungkan ke agama yang sesuai dgn keyakinan kita. disini boro2, percaya tuhan aja blum tentu :/ .

    ReplyDelete
  2. Teman yang baik emang akan selalu mengingatkan akan hal baik ya mbak...

    ReplyDelete
  3. mengeluh atau misuh itu boleh
    asal bisa melepaskan beban
    bukannya menambah masalah

    ReplyDelete
  4. seneng Nin, punya sahabat yang bisa mengingatkan ke arah kebaikan begitu. bersyukur, untuk menyatakan terimakasih sama Tuhan.

    bukankah manusia itu nggak pernah puas yah, makanya sering mengeluh. Berarti kudu diimbangin sama banyak-banyak tobat aja. ^^

    ReplyDelete
  5. mengeluh memang manusia
    tapi kalau terus2 mengeluh, wah gak manusawi lagi

    senang emiliki sahabat yang mencerahkan :)

    ReplyDelete
  6. Selain si penerima yg terlalu ego dgn pemikirannya, terkadang cara penyampaian jg sering jd masalah Mba Ninnda...

    Pada prinsipnya : Jangan lihat sumbernya, tp lihat apa isi pesan yg d sampaikannya, itu yg paling penting...

    ReplyDelete
  7. Susah memang berbesar hati untuk menerima segala sesuatu sebagai anugrah ya Nyin.. Kayak hujan itu, kalo lagi musim kemarau aja kita ngarep-ngarepin ujan. Kalo kita lagi gak pengen hujan, tau taunya hujan eh malah kita menggerutu.. Semoga makin diberi kelapangan hati ya kita.. :))

    ReplyDelete
  8. Sama kayak hati itu, telinga juga akan semakin tuli bila tak dibiasakan mendengar... :)

    tentang berbeda pendapat itu, kadang memang susah bagi beberapa orang menerimanya... :)
    Tapi sebenarnya perbedaan itu yg "memperkaya" perbendaan dan perbendahraan kita... :)

    ReplyDelete
  9. jangan menyalah kan yang tak pernah salah...
    nice post...

    ReplyDelete
  10. :)

    wong encene isone mong sambat ae, hehehe

    ReplyDelete
  11. @MrTM, wah benar sekali bang, itu poin pentingnya lihat isi pesan lebih dalam... jangan maunya marahmarah dulu

    ReplyDelete
  12. setuju...kita bisa menangkap hikmah dari mana aja. tinggal kita peka apa enggak

    ReplyDelete
  13. eh aku download lagunya ya ? hehe sep sep

    ReplyDelete
  14. beruntung sekali punya teman yang bisa selalu mengingatkan kita ketika kita khilaf... dan benar, ternyata yang sering kita keluhkan adalah justru kebesaran Allah.. kita tidak tahu sedangkan Dia Maha Tahu

    ReplyDelete
  15. mbak fanny salah satu ahli penangkap hikmah nih... *sungkem dulu ke mbak fanny*

    ReplyDelete
  16. perasaan say audah sempet komen apa belom dipubblish aja yah?. hehe..

    emm soal temen, harusnya bersyukur banget nin punya sahabat yang mengingatkan ke arah kebaikan.

    thats what friend are for kan?

    ReplyDelete
  17. Jadi kesimpulannya, mau nunggu hujan atau mau tembus hujan aja? :D

    Di tas saya, selalu ada payung. Jadi aktivitas saya nggak akan buyar cuman gara-gara hujan. Sekarang yang jadi problem, Surabaya sering banjir. Artinya saya perlu sedia sendal karet buat nembus banjir. Lha gimana, tas saya kadang-kadang nggak muat buat dimasukin sendal karet.. :p

    ReplyDelete
  18. kadang mba ir sering berkeluh jg :(

    tak apakan kalo berkeluhnya sama DIA ninda ?

    ReplyDelete
  19. harus bersyukur ada yang mengingatkan....
    salam

    ReplyDelete
  20. HIKMAH....

    hmm mbak klo bikinn tulisan selalu dalam bgd deh ehhehe I Like it....

    sore mbak...

    ReplyDelete
  21. saling mengingatkan untuk kebaikan memang indah tapi cara menyampaikannya harus indah juga :D karena saya tidak suka kata2 yg tajam hiks *terlalu sensi :(

    ReplyDelete
  22. tak ada yang sia -sia dan kebetulan. :p

    ReplyDelete
  23. hehe, kalau aku nih sis..
    punya temen tipenya kayak ente..
    ane suka debat dan diskusi sama dia.
    Orangnya anak dakwah gitu, sering bentrok pemikiran dan pemahaman.
    Tapi ane akui, berteman orang dakwah itu pastinya dapet banyak ilmu.

    ReplyDelete
  24. betul mbak,
    walau pandangan buruk sekalipun kalau itu berasal dari diri kita sendiri tentu tidak objektif,

    jika kita bilang hanya kita dan Allah saja yang mengenal diri kita itu salah, karena sebenarnya hanya Allah yang mengenal kita..

    ukhuwah itu penting, tapi juga dapat melalaikan, sesuai porsinya saja..

    ReplyDelete
  25. berhentilah mengeluh karena semakin sering mengeluh akan semakin banyak keluhan itu kita peroleh

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home