Saturday, May 14, 2011

YANG KE LIMA

from elcamiinooreal's mim

Ketika saya sedang ada di rumah, Ayah saya membawa pulang beberapa botolan air, tasbih dan nasi kotak, dari salah satu teman beliau yang pulang naik haji katanya. Beberapa waktu lalu sebelum berangkat ke Mekkah juga ada syukurannya, ini naik haji yang ke tujuh... terang beliau lagi.
Mendengar itu kok saya jadi miris.

Ada orang naik haji kok malah dongkol toh, Nin?
Saya mikir, uang untuk naik haji itu berapa banyak ya? Setahu saya semakin lama ongkosnya semakin mahal kan? Ada beberapa 'paketan' yang diikuti untuk naik haji, makin banyak plus-plusnya ya tentu makin mahal dong bayarnya. Oke jangan hitung yang satu kali, kita lihat yang enam lainnya.... biaya haji yang sebegitu banyak dikali enam, syukuran sebelum berangkat dikali enam, syukuran selepas berangkat dikali enam lagi. Oleh-oleh untuk banyak orang disekitar juga dikali enam.
Wow.
Pasti biaya saya kuliah saya sejak masuk hingga mau lulus, di kampus saya yang sekarang masih kalah.

Uang sejumlah itu kira-kira kalau dibuat hal lain pasti juga mendatangkan manfaat ngga sedikit. Uang sejumlah itu  akan mengenyangkan fakir miskin sekian orang, akan menyekolahkan anak-anak tidak mampu sekian orang lagi.
Haji memang wajib bagi mereka yang mampu. Tapi untuk berangkat berkali-kali dengan jumlah yang sebanyak itu.
Pentingkah?
Rindu kepada rumah Allah dan berada disana? Bukankah Allah dekat, bahkan lebih dekat dari nadi kita sendiri... kata guru ngaji saya dulu. Allah sedekat itu dengan kita, dan ibadah haji juga tidak diwajibkan dilakukan berulangkali, apalagi kalau ada sesuatu yang lebih penting yang dapat kita lakukan untuk mengalokasikan uang tersebut. Bukankah ibadah yang bisa dilakukan ketika rejeki sedang berlimpah tidak hanya haji saja? Masalahnya cuma kita sudah berusaha belum dekat sama Allah selama ini? Ketika di sekolah, ketika kuliah, ketika dimanapun... sudah belum?
Nah, Allah dekat jika kita menginginkanNya dekat. Ketika kita mendekat padaNya, Allah akan lebih mendekat lagi pada kita. Dan bagi saya mendekat pada Allah tidak harus dilakukan dengan berhaji puluhan kali.

Terlebih lagi yang lebih bikin saya miris, haji sudah menjadi bagian dari gaya hidup sekian banyak orang. Bukan sebagai sarana mendekatkan diri seperti halnya dulu, lebih ke lifestyle... sehingga entah kenapa orang-orang terlihat seperti berlomba-lomba mengumpulkan predikat ber-bla kali naik haji. Semakin banyak kali semakin wah. Seolah menjadi tambahan H dan Hj dinamanya adalah sebuah prestise seperti halnya kita menyandang pangkat tinggi.

Itu baru haji, belum lagi umroh... umroh juga sudah demikian menjadi gaya hidup orang-orang yang mampu secara finansial tapi pemahamannya masih ngga kanan, ngga kiri. Cuma ngikutin arus. Coba deh kita tengok ke artis-artis yang sering hidupnya dibuat obrolan ditelevisi ini dan itu. Mereka umroh dan sepulangnya cerita (pasti) mendapat banyak pengalaman religius disitu, mengerti cintanya Allah... bahwa Allah terasa begitu dekat..
Loh loh... kemana aja toh mbak selama ini sampai baru nyadar Allah sedekat itu baru pas seumur gitu dan mesti ke Mekkah dulu... batin saya saat menunggu antrian makanan di warung dan pemiliknya memutar acara infotainment.

Beberapa minggu setelahnya si artis melupakan ucapan-ucapannya nan religius dan kembali lagi seperti gaya hidupnya yang sebelumnya, gaya hidupnya yang sebelum umroh.
Kok ngga ada bekasnya ya kepergiannya dia ke tanah suci? Saya 'mbatin' lagi.
Padahal ketika pulang dengan pengalaman religi-religi yang diceritakan di khalayak itu seolah-olah semua ibadahnya di terima dengan baik. Seolah-olah Allah sudah sampai betul kehatinya.
Benar, tah?

"Ya orang-orang yang berangkat ke tanah suci memang begitu Nin... begitu kembali biasanya disambut dengan meriah seolah-olah hajinya mabrur, padahal sebenarnya ya ngga begitu juga Nin... yang menentukan seseorang itu hajinya mabrur dan ngga adalah sikapnya, akhlaknya sebelum-sebelum melakukan keberangkatan itu.. Baik ngga akhlaknya? Peka ngga orangnya pada sesama? Nah dari itu saja kemungkinan kita bisa 'sedikit' tahu... ibadahnya orang ini bener-bener ngga...," kata dosen saya, seusai satu pertemuan bimbingan, beliau memang menyisipkan obrolan menjelang kami pulang.. penjelasan yang membuat saya berpikir.

Berhajilah ketika kita sudah mampu... karena itu wajib, namun jangan lupakan ibadah-ibadah lain... yang memberi manfaat pada lingkungan dan orang disekitar.. bukan hanya diri kita secara pribadi saja. Dan jangan lupakan, perbaiki diri.... sebelum haji saja untuk meraih cinta Allah kita mesti terus memperbaiki diri, apalagi sesudah itu..?

36 comments:

  1. setiap gelar yang kita pikul, pasti mengandung tanggung jawab yang lebih besar lagi..

    dan mungkin, memang itu cara Tuhan menguji kesungguhan dan kelapangan hati kita dan ibadah ini ^^

    salam hangat yah

    ReplyDelete
  2. Sampe bingung mau koment apa, yang pasti saya cuma bisa berdoa semoga kita bisa dihindarkan dari hal yang sia sia.

    Salam.. .

    ReplyDelete
  3. masih terjaga di pagi buta mba ninda? :)

    ReplyDelete
  4. Memang Allah itu dekat, tatapi haji ini adalah rukun islam yang ke lima.. jadi hukumnya wajib bagi yang mampu.

    ReplyDelete
  5. setuju saya dengan ini, naik haji itu wajibnya ya cuma 1 kali, bahkan nabi saja cuma 1 kali haji nya (kalau tidak salah), hidup itu terasa indah jika kita berguna buat orang lain, apalagi kepada sesama Muslim.

    ReplyDelete
  6. @mbak wied, iya mbak wied... :)

    @mas mood, amiiinnn

    @melyn, iya melyn ada tanggungan :)

    @kamal, entah ya saya rasa komentar kamu diketik tanpa membaca keseluruhan isi tulisan saya... saya ngga bilang haji itu ngga wajib lho... saya bilang wajib cuma....(yg digaris bawahi) ada hal-hal yg kadang dilupakan orang.. nah itu yang tengah saya tuliskan dari sudut pandang saya..

    ReplyDelete
  7. @Ma'arif

    benar, Rasulullah menunaikan ibadah haji sebanyak satu kali... dan beliau melakukan ibadah umrah sebanyak empat kali..

    ReplyDelete
  8. Ninda, aku pernah nulis di tulisan Oleh-oleh dari kakakku pulang umroh. Ada orang saat di Mekah, Madinah, terbawa arus relijius. Begitu pulang lupa, yang penting pernah ngerasain.

    Kayak ngerasain makanan trus ditulis di blog rasanya gini. Padahal untuk selamat dunia akherat keimanan, ibadah mesti dijaga sampai mati.

    Emang selalu berusaha hidup lurus gak mudah. Ibarat memilih jalan mendaki, menahan diri, banyak membantu orang, menyisihkan waktu untuk ibadah. Ada ayat yang menyatakan itu di Al Qursn, makanya yang hidup lurus diberi imbalan oleh Allah, dimudahkan urusan dan masuk surga

    ReplyDelete
  9. Assalamu'alaikum, penjelasan yang sangat menarik tentang NIAT. bahwa kemabruran bukan semata karena kuantitas haji tapi kualitas yang diperlukan, sehingga dengan itu dosa kita benar-benar terangkat ketika wukuf berada di padang masyar. Riya' dan sombong justru melunturkan nilai kemabruran.
    Ketika menjadi haji mabrur maka akan terbentuk sosok yang shalih secara pribadi dan shalih secara sosial.
    Insya Alloh

    ReplyDelete
  10. hhe, iya bener ni,, pernah ikut kajian juga, akan lebih utama apabila rezekinya itu untuk menghajikan orang lain daripada untuk haji sendiri yang sudah berkali-kali.. allahua'lam siy,, (btw ninda novelis yak? wuidiih mantaf lah, semangaath menulis lah)

    ReplyDelete
  11. naik haji itu, dilematis jugA ya. hahah

    ReplyDelete
  12. memang sebuah kenyataan di sekitar kita
    kalo memang niatnya memang beribadah
    kayaknya lebih tepat dikerjakan diam diam
    bukannya tiap berangkat dan pulang harus kumpulin massa

    ReplyDelete
  13. andai semua orang mempunyai cara berpikir seperti kamu nin.... Di satu sisi banyak juga orang berusaha kerah.. Bahkan hanya bisa bermimpi untuk naik haji... Namun banyak juga orang2 yg berpikiran seperti orang di atas...

    Andai semua orang bisa lebih memperhatikan orang disekelilingnya... Dunia pasti akan jadi lebih indah...

    ReplyDelete
  14. sama juga dg pergi ke Yerusalem bagi nasrani, itu kadang juga cuma sekedar show off saja.

    ReplyDelete
  15. saya juga tidak faham betul bagaimana mabrur itu, tapi dari beberapa orang yang saya cintai yang diberi kesempatan oleh Allah ke rumahNya, mereka sekarang jadi takut banget sama sifat riya, kalo urusan amal n ibadah mreka gak mau kalo ada orang yang tau sedikitpun.. saya salut sama mereka..

    ReplyDelete
  16. wah,,,sy jg pngn haji ini mbaknya..

    ReplyDelete
  17. Hmm bener juga. Lebih baik uangnya buat fakir miskin. Percuma dia haji berkali-kali kalo orang sekitarnya kesusahan :)

    :sekoteng:

    ReplyDelete
  18. waawwww...tujuh kali....hmmm... *garuk2 kepala...

    ReplyDelete
  19. Ngena banget mbak, apalagi buat aku yang masih jaug dari itu. Jauh banget, tapi setiap orang boleh berniatkan meskipun belum mampu.

    Sebenarnya kalau yang disorot artis ya salah, artis hidupnya ya nggak jauh2 dari kehidupan ngartis, jadi wajar kalau dari mereka sepulang haji maupun umroh kelakuan sama aja...


    aku rasa ini sebagian kecil dari pertanda, sebenarnya kalau kita menengok yang di luar sana Gusti Allah Swt.dah ngasih tanda yang membuatku justru semakin lama merenung. Manusia sekarang hidupnya gengsi2an mbak, sedikit saja yang mengingat mati, sedikit saja yang mengamalkan perintah-Nya. semoga kita bagian dari yang sedikit itu,

    ReplyDelete
  20. jadi inget film Emak Ingin Naik Haji. mirip tu nyin...
    kadang aku juga mikir, mabrur nggaknya haji kan yang tahu Allah, apa iya manusia layak ngasih gelar H/Hj di depan namanya yak?

    ReplyDelete
  21. @mbak fanny
    iya begitulah kira-kira mbak... pergeseran kegiatan religi menjadi lifestyle yang... entahlah...

    @mbak ami
    nanti saya tengok ah, postingan mbak ami yang itu...

    @Pak Ies
    Wa'alaikumsalam wrwb, bapak... saya mengakui sulit bagi manusia menghindari riya secara total... tapi memang kita harus senantiasa berusaha... semoga Allah memudahkan

    @ajeng
    eh hehhee iya ajeng benar...
    amiin semoga kita termasuk yang sedikit itu, meskipun terlihat begitu sulit... kadang mbak rasa manusia memang makhluk yang sempurna namun kalau dalam hal bertsbih kepadaNya masih kurang dibanding makhluk2 Allah yang lain

    ReplyDelete
  22. @Rangga
    Iya banyak orang yang berpikiran sama Ngga, namun tidak semuanya... kadang dipikir memang begitulah hitam putih dunia... kadang dipikir lagi... kok begitu ya?

    ReplyDelete
  23. kembali ke asalnya...

    kalau orang arab sana naik haji hampir tiap tahun dong!!! mungkin juga sudah punya gelar haji dari kecil,

    kalau soal perjalanan, biaya mahal itu, atau strata yang meningkat itu kembali ke diri masing-masing.

    ReplyDelete
  24. Yups. sudah selayaknya pemerintah mengkaji untuk pembatasan haji. kasihan yang masih antri bertahun2 untuk naik haji, semenntara ada orang yang berkali kali naek haji....

    ReplyDelete
  25. wkwk...
    padahal ntar ya kita dapat gelar gratisan di akhir usia, tanpa sekolah, tanpa bayar mahal-mahal ke Mekkah, gelar yang dimiliki semua umat muslim, almarhum dan almarhumah...
    Dezzziiiggg!!!!

    ReplyDelete
  26. berhaji kalau belum bisa baik, berarti belum bisa dikatakan mabrur....banyak di masyarakat kita yang berulangkali naik haji tapi ternyata tidak baik....dalam film "emak ingin naik haji juga....

    ReplyDelete
  27. semoga kita nanti bisa menunaikan ibadah haji dan jadi haji yg mabrur.
    amiin amiin amiin....

    ReplyDelete
  28. menerobos kondisi yang berjalan adem ayem di sekeliling kita dengan pemikiran-pemikiran yang cukup kritis, bahkan cukup berani dilihat dari kasus diatas....yah..mba..kita sama kalau begitu....ingin selalu mencari-cari kebenaran sejati yang tentunya ada disekitar kita....

    ^_-^

    ReplyDelete
  29. saya pernah mendengar, yang mampu menunaikan haji, harus mampu menopang hidup tetangganya radius 40 rumah, kali sampai ke 7 kali
    wuih padahal wajibnya hanya satu

    ReplyDelete
  30. say : no comment :D

    8diketik via As Card hehe

    ReplyDelete
  31. padahal ga semestinya hj berkali2 gtu kali ya, harusnya dia tengok ke sekeliling kita masih banyak orang2 yg miskin, kelaparan di mana2. di sedekah kan insya Allah lebih baik, mungkin saja dengan asbab bersedekah bisa menjadi hj yg mabrur, karna yg menilai hj mabrur atau ga nya hanyalah Allah swt.. karna bagi Allah itu semuanya mudah..

    terima kasih ya, artikelnya bagus bgt..

    ReplyDelete
  32. Saya sampai termangu ketika, memanggil orang dengan kata bapak, beliau tidak mau menoleh kemudian temanku memperingatkan dia itu haji maka panggilah dengan sebutan hajinya, pasti menoleh. Padahal naik hajikan ibadah.

    ReplyDelete
  33. setuju sekali dengan yang satu ini.
    salam kenal ya mbak ninda dari amirul di jepara

    ReplyDelete
  34. Semoga org2 yg berkemampuan ini bs tersadar esensi dari sebuah manfaat utk umat..

    ReplyDelete
  35. ya setuju banget..
    saya baru disini salam kenal ya..

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home