image from wikipedia
Ingat atau pernah familiar dengan film diatas? Film ini ditayangkan ditelevisi jaman saya masih duduk di sekolah menengah. Dibintangi Marcell dan Rachel Maryam, bercerita tentang bagaimana seorang lelaki dan wanita terperangkap dalam lift macet berdua, mereka ngobrol berdua mengenai diri mereka masing-masing sambil menunggu lift macet itu berfungsi kembali dan kemudian saling jatuh cinta tanpa berbekal kontak satu sama lain.
Jaman film ini muncul di layar lebar, usai AADC begitu booming adalah semacam lanjutan dari fase jayanya film Indonesia. AADC mengambil segmentasi percintaan remaja dan Andai Ia Tahu adalah tentang percintaan pada fase setelah itu, fase dewasa dimana lelaki dan perempuan jatuh cinta bukan hanya untuk pacaran, namun untuk menetapkan teman hidup.
Andai Ia Tahu yang meskipun konsepnya begitu sederhana seperti halnya beberapa film televisi romantis yang kita semua pernah tonton, namun menikmati itu bagi saya adalah seperti menikmati pop corn yang lebih banyak karamel. Fenomenalnya AADC tidak dapat disangkal dengan jalan cerita yang terkonsep dan remaja banget. Namun bagi saya saat itu, Andai Ia Tahu lebih manis dan membuat AADC yang terlebih dulu saya tonton terlihat seperti percintaan remaja labil yang bisa jadi ngga mikir apa yang akan mereka kerjakan besok selain kumpul-kumpul.
Terutama setelah saya kuliah dan melihat contoh nyata betapa mahasiswa dalam wujud asli masih bertampang remaja imut bahkan ketika mereka sudah tidak berumur belasan tahun. Sementara siswa SMA AADC seolah adalah mereka yang ngga pernah naik kelas beberapa tahun karena mukanya Cinta and her clique mungkin jauh lebih cantik di banding saya*hehe tapi wajah mereka dengan latar SMA benar-benar dua kali lipat tampak lebih tua dari saya ketika saya sudah jadi alumni perguruan tinggi seperti sekarang. Yah ngga cuma saya sih, lihat saja bukti hidup lain dengan menilik wajah blogger ID Annesya Devania dan Lee Naomi - keduanya adalah teman seangkatan saya semasa SMA dan mereka bahkan masih pantas kalau didandanin seragam SMP saat ini, coba saja pakaikan kalau anda penasaran :P
Terutama setelah saya kuliah dan melihat contoh nyata betapa mahasiswa dalam wujud asli masih bertampang remaja imut bahkan ketika mereka sudah tidak berumur belasan tahun. Sementara siswa SMA AADC seolah adalah mereka yang ngga pernah naik kelas beberapa tahun karena mukanya Cinta and her clique mungkin jauh lebih cantik di banding saya*hehe tapi wajah mereka dengan latar SMA benar-benar dua kali lipat tampak lebih tua dari saya ketika saya sudah jadi alumni perguruan tinggi seperti sekarang. Yah ngga cuma saya sih, lihat saja bukti hidup lain dengan menilik wajah blogger ID Annesya Devania dan Lee Naomi - keduanya adalah teman seangkatan saya semasa SMA dan mereka bahkan masih pantas kalau didandanin seragam SMP saat ini, coba saja pakaikan kalau anda penasaran :P
Ketidaknyambungan artis pemeran dan karakter dalam film itu berlanjut hingga saat ini, tengok saja sinetron-sinetron remaja atau film televisi yang menunjukkan adegan berlatar sekolah. Murid yang digambarkan masih SMP pun bahkan sudah ngga pantes dijadikan karakter remaja yang duduk di SMP. Tua bangetnya keterlaluan...
Jaman saya SMP, teman-teman saya masih sangat kecil-kecil dan segede upil anak-anak SD yang ada di sinetron televisi, mereka baru mulai tumbuh sebagai sosok yang lebih tinggi ketika menginjak kelas tiga itupun hanya masalah tinggi badan, mukanya tetep.
Jadi tolong siapapun pembuat film, gunakanlah cerita yang sesuai dengan usia aktris/aktor ATAU gunakanlah aktris/aktor yang sesuai dengan cerita yang ditetapkan agar sesuai dengan realita yang terjadi di dunia nyata. Karena itu lumayan mengganggu sih, jujur saja.
Ada film masa itu yang bagi saya paling mendekati antara jalan cerita dengan pemakaian pemeran-pemerannya, beberapa diantaranya adalah Eiffel I'm In Love, Mengejar Matahari dan Titik Hitam.
Ngomong-ngomong saya kangen dengan kondisi film layar lebar Indonesia yang saat itu seolah berlomba menampilkan film-film bagus. Saat itu semua tampak menarik dan memang film-film itu juga benar-benar menarik. Layar lebar indonesia saat ini, mencari film bagus seperti mencari kacang diantara butir jagung... jarang sekali ada film bagus dalam kurun waktu satu tahun. Dunia perfilman indonesia penuh dengan genre horror ngga seram atau komedi aneh yang ngga lucu (tapi dipaksain lucu). Dulu semasa film-film seperti Titik Hitam, Jaelangkung dan yang lain diputar entah lewat CD atau televisi saya masih merasa seram dan sampai bisa kebayang-bayang, nah sekarang saya nonton horror sudah seperti orang nonton Sule joget di teve, ngakak-ngakak terus dari awal sampai akhir film. Entah salah produsen apa salah keerorran saya yang menyamakan arti tayangan hantu pemeran utama muncul dengan komedian yang tengah melakukan cilukba.
Bukan cuma itu, poster film pun bisa sangat menipu. Saya pernah tertarik nonton TIREN (Mati Kemaren) yang gambar posternya sangat mistis dan menjanjikan cerita serta banyak adegan bagus yang SANGAT HOROR dan SANGAT MISTIS dalam filmnya : seorang lelaki bersarung kotak-kotak tengah memandikan mayat. Saya keukeuh melek memperhatikan film itu dari awal sampai akhir, kemudian merasa stress karena adegan dalam poster itu NGGA ADA SAMA SEKALI DALAM FILM. Euh, ngga nyambung blas iki.
Saya pulang dengan stress karena segudang pertanyaan, seperti: Siapakah yang memandikan mayat?? Mayat siapakah yang dimandikan?? Pocong siapakah yang berdiri dipojokan?? Kenapa malah cerita terus berputar soal cewek seksi (yang bajunya belum sempet diselesaikan jahitannya sama penjahit) dan sangat gemar menggoda tukang ojek mesum??? Mungkinkah sebenarnya judul film horror itu adalah "POSTER YANG TERTUKAR"?
Sepertinya film ini berefek buruk pada kejiwaan saya.
Lebih anehnya lagi, saya lihat sudah marak kok pihak yang menyampaikan sindiran-sindiran pedas melalui berbagai media dari yang bukan siapa-siapa seperti saya, para seleb-blog, penulis buku komedi dan banyak lagi mereka-mereka yang lain (bukan cuma satu dua aja loh...) namun entah apa yang ada dipikiran para produsen film layar lebar yang bersangkutan ini ya karena sampai saat ini mereka tak bergeming seolah tuli dan buta huruf... produksi film layar lebar ngga jelas terus berjalan dan film-film berjudul ngga jelas masih saja sering serta terus muncul di daftar now showing bioskop.
Apa dengan banyaknya orang yang tidak suka tipe film garapan mereka, mereka tetap banyak menuai laba dari itu?
Give me an answer, please....
Udah kacau nie...
ReplyDeletetapi sutradara mira lesmana, riri riza, Ali sihasale dan istrinya sedang berjuang...
semuanya demi laba mbak' :) sama dengan novel-novel penulis negeri ini, klo gak ada cinta2nya gak bakalan laku :D
ReplyDeletebukan penulis kita yang gak mampu membuat trailer hebat seperti dan brow, atau karya fantastik seperti potter, tapi klo penulis kita yang buat karya gituan... heheh dijamin deh sepi pembeli, yah mau gak mau setiap menulis buku diusahain ada cinta remajanya atau alay lebaynya, biar laris...:D
hihihihi..
ReplyDeletemasalah yang nonton TIREN itu, waduh saya juga udah pernah kena tuh, tapi lupa judulnya apaan, ya ampun adegannya malah lebih nge-seks daripada nge-hantu.
jadi lebih suka nonton korea sebenarnya untuk film horor (ditonton siang siang).
saya paling suka laskar pelangi, sang pemimpi, 10 x nonton ulang juga enggak masalah.
salam hangat ninda...
Film Indonesia yang bener2 saya inget terus sampe sekarang cuma satu, "Catatan Akhir Sekolah"
ReplyDeletedi film Andai Ia Tahu, ada satu hal yang annoying banget: haloh Marcell? kenapah kamu mau aja dipakein wig kayak begitu?? setreeeees gw ngeliatnya, hahaha....
ReplyDeletesalam kenal :D
Andai ia tahu... aku sukaaaa bgt!!!! pertama kali suka sama si Rachel Maryam, Marchel bahkan si Harry Pantja --yg waktu itu aku lagi gandrung sama si Lex Luthor, dan si harry sama-sama gundulnyaa!!!
ReplyDeletebtw, aku jadi pengen nyobain baju seragam SMA adikku dan menipu semua khalayak :P
krn produsernya cuma mau dpt duit banyak jadi gak peduli mutu
ReplyDeleteTenang, sebentar lagi mau nongol "The Raid" atau "Serbuan Maut" kok. :)
ReplyDeletegw sih asalkan masuk akal gak papa sih. hehee.. eh tapi realitanya malah kagak yah? :D
ReplyDeletesoal usianya itu emang patut diperhitungin.banyak yang kayak gitu. masih sma udah meranin jadi anak kuliahan. padahal tampangnya aja emang masih anak sma. :D ato ada juga yang masih sma, udah meranin jadi ibu2 muda hamil. ckckck
Aku sih jarang nonton film... tapi memang harusnya pemerannya disesuaikan dg tokoh dalam film itu. Gak lucu juga jika anak2 SMA tapi pemerannya udah om-om... hehehe
ReplyDeleteAku cuma nonton Film Laksar Pelangi dan Sang Pemimpi, karena nemani Shasa.
Kalau film horor sih aku gak mau nonton... seremmm...
memang susah nin dapet film berkualitas di indonesia..wong cuman mikir kapital mlulu..
ReplyDeleteAh..Film di Indonesia sekarang makin aneh aneh aja... sinetrin juga udah engga beres... masa ada tokoh nenek- nenek masih muda... what the...
ReplyDeleteCerita sinteron di indonesia juga kalang kabut engga jelas jalan cerita nya.... cerita nya juga tidak bagus. Tidak mendidik...
Tapi masih ada kok produser film Indonesia yang membuat karya film yang bagus... :)
salam hangat Kak Ninda...
makasih ya kak bantuan nya kemarin...settingan komentar di blog saya sudah di rubah..saya juga sudah bisa komentar lagi...
Thank you verry much :)
apalagi sinetron2 sekarang, mereka semua pada maksa umur plus wajah.. bayangin aja ada anak SMP yang berperan jadi emak2.. hahahaha, kacau kacau..
ReplyDeleteWahaha ternyata poster film itu rata-rata di buat selebay mungkin yah B)
ReplyDeletehahaha... serem dan seksi biarpun bikin asal-asalan tetep banyak yang nonton, Ninda
ReplyDeletejaman2nya film komedi warkop, horor suzana, kok g ada matinya yah.. hohohoho
ReplyDeletekalo sekrang seh, aku pengen indonesia bikin film advanture, fantasy, science fiction, dengan visual yg keren, ahhhh,, kalo alasan ga ada budget minta pejabat aja deh.hahahahaha
absen menurut gue banyak film yg "asik tak mendidik, tak mendidik tapi asik"
ReplyDeletefilm Indonesia sekarang lebih mengikut "kemauan" pasar.
ReplyDeleteseharusnya film yang baik adalah film yang "membentuk" pasar.
huuuh dunia perfilman Indonesia terlalu materialistis
Jadi tolong siapapun pembuat film, gunakanlah cerita yang sesuai dengan usia aktris/aktor ATAU gunakanlah aktris/aktor yang sesuai dengan cerita yang ditetapkan agar sesuai dengan realita yang terjadi di dunia nyata. Karena itu lumayan mengganggu sih, jujur saja.
ReplyDeletesaya pernah baca di forum mbak, tentang curhatan para penulis skenario, sebenarnya banyak dari penulis naskah cerita yang telah membuat jalan cerita sebagus serial yang twist dan unpredictable kayak serial barat, tapi setlah naskahnya dikasih produser, semua naskahnya harus direvisi dan dibuang begitu aja karena gak begitu mnjual.
kesalahan bukan pada layar televisi anda, eits salah...maksudnya KESALAHAN BUKAN PADA LAYAR BIOSKOP ANDA :)
ReplyDeletebiarpun banyak dicela tapi banyak juga dicari film kayak gini nin karena SKS (Seks, Kekerasan, Setan)udah jadi mindset hampir setengah orang indonesia dari dulu..
ReplyDeletememang industri film lagi deadlock of idea keknya. hehehe...
ReplyDeleteapalagi menyesatkan itu lho film2 horor geje seperti 'KFC' saja. menonjolkan paha dada saja. hehehe...
klo saya lebih suka film2 sejarah, atau yang action macam merantau.
bener juga kata mbak Ninda. memang kalau diliat2 dan diperhatiin banyak yang nggak cocoknya penggambaran tokoh SMP atau sekolahan yang dimainkan oleh si artis. sekarang kayaknya lebih ke tampang sama lakunya film mbak, makanya nggak diperhatiin tuh kecocokannya.
ReplyDeletesaya film horor yang sampe saat ini masih inget filmnya Susana...takuuuuuut
Semoga perfilman kita segera bangkit kembali.
ReplyDelete