Wednesday, January 14, 2015

Cerita Hijrah - Wenny Pangestuti

Kelas 2 SMP adalah masa dimana seseorang biasanya memasukan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa atau bisa kita sebut masa remaja. Masa dimana seseorang mengenal suka-sukaan pada lawan jenis. Masa dimana seseorang mengalami yang namanya cinta monyet. Intinya, masa dimana ia berkenalan dengan cinta pada lawan jenis. Setidaknya, itu yang dulu saya alami.

Sebenarnya kalo mengenal suka-sukaan pada lawan jenis sudah sejak SD. Tapi babak penuh cerita cinta terjadi pada saat SMP kelas 2. Saya seringkali melihat dan mendengar remaja putri seperti saya yang kasmaran, banyak menceritakan cowok idamannya, mulai yang berstatus pacar hingga gebetan. Saya seringkali menempatkan posisi sebagai pendengar saja dalam hal ini. Maklum, saya benar2 tdk punya pengalaman pacaran. Saya hanya pelaku cinta dalam hati. Dari mengindera fakta itulah dan seiring masa baligh saya, saya pun penasaran sebenarnya gimana sich rasanya pacaran itu, gimana rasanya punya pacar.. Dari rasa penasaran itu tertanam harapan ingin berpacaran, setidaknya nanti saat di bangku SMA saya ingin berpacaran.. Menurut saya kala itu, waktu SMA udah cukup pantas untuk mengaku bahwa ‘aku pacaran’, ‘aku punya pacar’.

Ketika harapan telah menggema dalam pikiran, suatu ketika saya membaca KumCer terbitan DarMizan!... Salah satu cerpennya menceritakan yang intinya di dalam Islam sebenarnya tidak ada kamus ‘pacaran’ sebelum menikah. Hah? Benarkah? Saya baru tahu Islam, agama saya mengatur demikian. Selama ini saya hanya tahu tentangg Islam ya kewajiban shalat, baca Qur’an, puasa, tidak durhaka kepada ortu, dan akhlak yang baik. Pengetahuan tentang tidak bolehnya pacara dalam Islam itu akhirnya hanya berhenti sebatas ‘benarkah’. Setelahnya, saya lupa dan larut dalam masa remaja saya dengan sahabat-sahabat saya.

 Ketika kelas 3 SMP, sebuah kejadian yang tak terduga terjadi pd diri saya. Seorang laki2 yang telah saya sukai sejak kelas 5 SD mengajak saya untuk berpacaran dengannya. Siapa yang tidak senang? Sebenarnya saya senang. Pertama, karena dia orang yangg saya suka. Kedua, akhirnya kesempatan saya untuk berpacaran tinggal selangkah lagi. Tetapi,.. ada yang mengganjal di hati saya.

Meskipun di satu sisi saya senang, di sisi lain saya galau. Saya takut dengan yang namanya patah hati.
Ya..saya takut patah hati. Sebab, tak sedikit saya melihat teman-teman perempuan yang patah hati setelah putus pacaran. Dan kalo sudah patah hati, mereka murungnya bukan main. Apa semenyedihkan itu patah hati. Apalagi orang yg kusuka adalah laki-laki ganteng dan berpotensi melirik sana-sini perempuan lain yang lebih cantik dari saya mungkin. Ditambah, kami tidak satu sekolah saat itu. Jadi, saya tidak tahu detail bagaimana kelakuannya di belakang saya. Sehingga lama bagi saya memberikan jawaban kepastian pada dia.

Di tengah kegalauan saya itu, saya teringat pada bacaan saya satu tahun lalu tentang tidak bolehnya pacaran dalam Islam. Benarkah? Lalu, bagaimana bila kita jatuh cinta? Saya pikir itu adalah hal yang tak bisa didustai, yaitu setiap orang pasti akan mengalami jatuh cinta.. Lalu, bagaimana kita menyikapinya, bila tdk boleh pacaran? Nikah belum siap? Masih ABG. Akhirnya, saya melakukan pelarian pada buku. Saya mencari informasi tentang benarkah tidak boleh pacaran dalam Islam dan bagaimana kita menyikapi cinta bila tidak dengan pacaran.

 Mulanya mencari ilmu tentang pacaran dalam Islam, tetapi lambat laun saya jadi tahu lebih tentang aturan-aturan Islam yang lain, seperti wajibnya menutup aurat ketika telah baligh. Bagi perempuan , wajib menutup tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan saat keluar rumah atau di hadapan non-mahram. Dari sanalah, rasa penasaran saya berubah, tidak lagi penasaran pada bagaimana rasanya pacaran, tapi penasaran tentang ilmu Islam lebih luas dan dalam sebagai pandangan hidup. Dari sanalah pula, rasa jatuh cinta saya berubah, tidak lagi pada dia –laki-laki yg kusuka sejak kelas 5 SD-, tapi pada keinginan berubah menjadi muslimah yang lebih baik menurut Islam, seperti menutup aurat.

Inilah hijrah cinta saya. Semua berawal dari CINTA (semu) dan menuju pada CINTA (sejati) hingga titik akhir.

visit :  http://catatan-wenny.blogspot.com/

.

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home