Friday, January 6, 2017

HUJAN YANG DULU, HUJAN YANG SEKARANG

Kebanyakan orang selalu jadi lebih puitis, kalau tidak lebih nelangsa ketika hujan turun. Entah gerimis entah deras.

Lampu yang tadinya terang jadi redup, remang-remang. Terutama di sore hari saat sinar matahari sudah lebih lembut.

Hujan membuat suasana terasa jadi lebih romantis saat turun di siang dan sore hari. Kita akan bisa melihat sisa sinar matahari tertutup tirai mendung, langit yang kelabu dan udara yang menjadi sejuk. Angin saat hujan menerbangkan daun-daun kering berwarna kecoklatan, menjatuhkannya di kaki kita. Daun-daun yang bersuara pelan ketika kita melangkahkan kaki diatasnya.

Tidak ada yang lebih romantis daripada hari hujan gerimis, rintiknya tidak menyakiti mata kita, angin kencangnya hanya lembut saja menjatuhkan dedaunan tanpa merusak payung, baik hampir menerbangkan payung itu atau membuat rangka payung terbalik.

Saya selalu menyukai hujan gerimis ketika dulu masih tinggal di kota Malang, masa-masa ketika memiliki payung adalah kewajiban karena kalau tidak maka kamu yang berjalan kaki mungkin akan sampai di dalam kelas untuk kuliah dalam keadaan basah. Saya berjalan kaki kemana-mana waktu itu hingga memasukkan payung ke dalam belanja bulanan adalah sebuah kewajiban nyaris rutin, karena sering dipakai maka payung-payung itu nggak bertahan lama meskipun memiliki rupa yang cantik. Dalam sekejap selalu saja rusak. Bukan sesuatu yang umum saat itu untuk bepergian berjalan kaki menggunakan jas hujan.

Gerimis paling indah saya temukan di kota Malang. Suhunya, pemandangannya, tone udaranya semua terasa cantik dan saling melengkapi. Sekali waktu, dalam perjalanan pulang ke tempat tinggal temporer saya suka melepas payung sejenak untuk menikmati gerimis jatuh diatas kain kerudung.

Banyak orang menyukai hujan karena mereka merasa bisa dengan bebas menangis dibawahnya, mata memerah tanpa ada seorangpun yang tahu bahwa dia sedang menangis. Sementara saya menyukai hujan karena menurut saya itulah saat yang paling tenang dan menyenangkan untuk berdialog dengan diri sendiri, apa yang saya rasakan jauh di dalam hati.

Sekarang? Masih sama, tapi dengan semua perlengkapan 'ritual' yang beda. Melihat hujan dari balik jendela, cokelat panas atau kopi panas, buku bacaan bagus atau jurnal berikut printilannya. Tanpa benar-benar berjalan di bawah gerimis dengan mengenakan payung atau tidak mengenakan payung. Tanpa benar-benar sakit, hanya merasa dingin setelahnya dan sedikit pusing. Tidak seperti saat ini ketika kepala saya terkena air hujan sebentar saja bukan hanya langsung pusing, tapi juga gejala sakit perut yang saat itu juga atau beberapa jam kemudian langsung mendatangi saya.

Usia memang tidak pernah berbohong. Kepribadian dan daya tampung kita pada bentuk-bentuk kesedihan, kemarahan maupun rasa sakit mungkin jauh lebih kuat dari sebelumnya. Tapi tidak demikian halnya dengan fisik yang semakin gampang rapuh.

Apa saya masih menjadi penggemar berat hujan gerimis ketika fisik saya sudah tidak bersahabat lagi dengan kehadirannya? Apakah saya masih menjadi salah satu dari pencintanya ketika alih-alih bahagia, sekarang saya jadi justru takut kehujanan. Takut baju basah, kemudian masuk angin dan flu, takut tas kulit basah dan mengelupas, takut sepatu saya mengalami kerusakan sol.

Mungkin memang demikianlah perasaan suka pada sesuatu, terus mengalami perubahan seiring waktu. Selalu seperti itu. Kadang hanya berubah, beberapa yang lain justru hilang.


8 comments:

  1. Jadi katakan saja aku termasuk dalam golongan pembenci hujan. Cucian nggak kering, cyn. Hueeeeee

    ReplyDelete
  2. hujan ini meneduhkan hati dan pikiran menurutku mbak... selalu sukaaa

    ReplyDelete
  3. Suka kalimat ini
    Banyak orang menyukai hujan karena mereka merasa bisa dengan bebas menangis dibawahnya, mata memerah tanpa ada seorangpun yang tahu bahwa dia sedang menangis.

    Aku jd pngin ke Malang nind.
    Ini fotonya skets kamu ya ^^ cantik2

    ReplyDelete
  4. Perasaan seseorang terhadap suatu hal memang bisa berubah seiring berjalannya waktu ya kak Ninda :)

    ReplyDelete
  5. Duh kata katamu yang puitis telah kembali nyinnn sukaaa
    Btw gegara kamu aku jadi trinspirasi ternak blog emang ahahahh
    Kalo hujan yang aku suka itu ga grimis, tapi juga ga badai..ya sedeng2 aja ...tapi bikin suasana enak buat nyeduh minuman yang panas2, terus bercengkrama dengan nulis, buku, dengerin musik atau nonton film...

    ReplyDelete
  6. halo mba, arif masih suka hujan, apalagi yang deras tapi ngga ada petirnya.
    mba jangan ngomong2 soal usia dong :')

    ReplyDelete
  7. Hujan.
    Sampe sekarang aku masih penasaran sama rain harvesting dan pengen banget mewujudkannya.

    Oke. Itu ga puitis.
    Tapi nyambung kan ya sama postingan?
    Ga sekedar komen asal lewat?
    Hahaha

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home