Dulu, di jejaring sosial sering sekali saya membaca status yang menyuarakan keluhan.
Dari hal yang sangat super sepele sampai yang cukup besar. Tulisan-tulisan beberapa kata, tidak banyak yang pada saat itu mungkin bagi mereka itu cuma sarana pelepasan.
Sarana mudah dan murah yang saya yakin merekapun tidak sampai berpikir mengenai akibat dari tulisan tersebut. Bahwa bisa saja itu dapat saja mempengaruhi pandangan orang lain tentang image dan karakter mereka yang susah payah mereka bangun sampai pada sebuah titik.
Dulunya, saya pikir tulisan seseorang dapat menjadi sarana yang dapat digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang.
Tetapi ternyata tidak selalu seperti itu ya.
Ada beberapa orang yang saya kenal membuktikan pengecualian teori asal saya tersebut.
Orang-orang itu memiliki interaksi dunia maya yang super manis dan sangat perhatian. Saya pikir mereka memang seperti itu.
Dalam dunia nyata, sangat manis pula. Tapi sangat manis yang tidak membuat saya betah dekat mereka. Terkesan dibuat-buat sampai saya enggan.
Saya bertanya-tanya sendiri apakah cuma feeling saya yang berlebihan atau memang demikian. Berbulan-bulan lamanya saya simpan pertanyaan itu hingga bertemu keluh kesah dengan seorang teman lain yang cukup lama bekerja bersama orang tersebut. Hitungan bulan sih.
Ternyata yang saya pikirkan itu benar adanya, melalui keluh kesahan si teman itu... saya mengerti yang kemarin-kemarin itu bukanlah sekedar feeling karena rasa tidak suka yang tidak masuk akal, iri dengan pencapaiannya atau hal negatif lainnya.
Feeling itu sesuatu yang alhamdulillah-nya menjaga saya dari hubungan pertemanan yang tidak nyaman.
Daripada dekat dan merenggang dengan tidak nyaman, bukankah lebih baik dari awal cuma sekedar kenal?
Paling tidak yah... bagi saya demikian.