Sunday, May 29, 2011

FI DAN LANGIT SORE

image source : file teman


Tidak bisakah orang hanya sekedar melambung oleh cinta tanpa harus terjatuh?Tidak bisakah cinta cuma dirasakan satuan? Tanpa satu paket dengan kejatuhan dan akibat sakit setelahnya?

Tidak bisakah aku berhenti jadi dermaga tempat singgah semua kapal dari bermacam tempat?
Bolehkah dermaga merasa lelah jadi tempat singgah...
Aku butuh penduduk yang datang kemari untuk menetap, bukan yang datang untuk berdagang atau berpesiar.
Boleh?
Pantaskah dermaga mengeluh?

Aku cemburu pada garasi rumah.
Semua kendaraan itu datang dan pergi tapi kendaraan yang sama selalu kembali. SELALU. Hingga akhir masa pakai kendaraan itu, dia kembali. Dia dinaungi oleh satu garasi rumah yang sama.
Aku lebih cemburu lagi pada garasi tempat bus sebuah perusahaan transportasi bermukim. Bis-bis itu akan kembali pulang, bahkan jika mereka sudah jadi besi tua rongsokan... dia akan ada terus digarasi itu bukan? Sampai jumlahnya cukup untuk diloakkan.
Dan kapal-kapal pesiar datang, kapal-kapal dagang datang.... mereka mungkin akan kembali tapi bukankah tidak setiap hari? Mereka cuma sekadar lewat, jadi aku tidak mungkin merindukan satu kapal saja... dia akan kembali ke tempatku baru beberapa tahun ke depan.

Seperti lelaki-lelaki itu yang mampir ke dalam hidupku hanya untuk mengucapkan salam hallo kemudian sampai jumpa, atau bahkan selamat tinggal. Mereka memang cuma mampir, betapa menakjubkan dan memukaunya tapi mereka layaknya parade yang lewat.... salam itu hanya salam, sapaan itu hanya sapaan... tak ada guna aku mencintai mereka kemudian terjatuh, mereka sekadar lewat, tak sempat menangkap isyarat, tak mau mampir ke hatiku lantas beristirahat.

Aku selalu tahu bertahun-tahun kalau dunia ini memang aneh, penerimaan apa ada sebuah cinta atas karakter satu sama lain juga bentuk fisik begitu digencarkan... yang kita lewatkan ternyata penerimaan realita itu hanya sebatas teman, bukan mencintai dalam bentuk kekasih. Jadi tidak ada tempat untuk wanita seperti aku, mereka melihatku sebagai teman baik, atau saudara, atau adik tapi bukan kekasih... dia tertawa ketika itu, mendengarku mengatakan itu dengan sarkastik dan terdiam ketika alisku terangkat. Dia tersadar lewat itu apa yang kusampaikan.

Aku serius, bung!

Eh, maaf... dia rikuh kemudian, sadar sudah jadi menyebalkan beberapa detik tadi. Entah aku tidak nyaman tiba-tiba saja, sebal pada diri sendiri.... kok enak banget aku ngomong begini terbuka pada laki-laki ini? Dia toh hanya rekan kerja yang kukenal takkurang dari lima jam, sementara lima jam itu belum juga sehari.

Mungkin dia memang jenis orang yang provokatif, diam-diam saja berikutnya aku sadar sudah ikut aliran yang dia arahkan. Ini terasa tidak begitu baik, atau aku terbiasa tidak begini. Sering tanpa sadar terbuka itu aku, tapi tidak dalam waktu perkenalan yang begini singkat....
Ini terlalu singkat, tapi segala luka itu mau kukemanakan? Bukankah ada harga yang pantas ternilai dari itu.

"Aku suka momentum matahari hendak tercelup ke baskom raksasa berisi cairan asin," aku menyingkirkan gelasku yang nyaris kosong dari hadapanku...dan nya.
Apakah dia termasuk lelaki yang menganggapku dermaga? Ataukah terdiam dan menjadi kawan?
Aku menatapinya berusaha melihat kedalam apa yang tersembunyi dibalik kulit coklat bersih itu.. penuh tanya. Tidak mungkin dia menyadari pengupasan mataku yang berusaha mencari murni, mempertanyakan pikiran-pikiran yang mengambang dan mungkin aku bisa saja menebaknya sekali lihat.
Dia tahu, aku tahu dia tahu dari air mukanya yang meregang rileks.
Oh apakah aku terlalu kentara?
Lelaki itu terdiam.
Senyum misteriusnya merekah perlahan-lahan.
Aku merutuk tajam saat itu, kau tahu saja bagaimana cara menebalkan kepenasaranku...... Bung!
Langit oranye, sore yang kali ini sedikit berbeda. Tanpa rencana.
~
untuk seorang wanita, sahabat saya... semoga kamu suka..

29 comments:

  1. Dulu aku pernah berpikir, enak jadi cewek banyak yang naksir shg tinggal seleksi dan sesuaikan dengan kreterian mana yg ditrima.
    Gimana tugas akhirnya, finish ??

    ReplyDelete
  2. cinta emang selalu dengan bahasanya sendiri. jadi terima aja cinta itu apa adanya.

    ReplyDelete
  3. curhat edisi galau ya Nin?. *eh?.

    hehehe... aduuh, kayaknya lagi dalem banget perasaannya.


    lama nggak mampir sini, maaf :(

    ReplyDelete
  4. pagi kk..:) aku dah nunggu-nunggu posting terbaru kk ..:) hihihi.. ngefans bgt sama tulisan kk,, ko bsa sih ka??? kk mang berbakat,,,:)
    eh, kirain tadi itu cerita kk..hihi, ternyata wat tmen ya??
    nice post :)

    ReplyDelete
  5. oya ka, kalo mau berkunjung (jiah GR bgt yahh:P ) ke aminara aj ya kak.. soalnya duniami itu sring error jd jrg ak psting ..:)

    ReplyDelete
  6. musik mengalun ini.. dari blogmu ya dik? so sweet.
    Short story yg apik , like usual.. :)

    ReplyDelete
  7. aku suka sekali langit sore :D
    aku tidak mengerti ini tentang apa dan untuk siapa. but it's nice reading this post before i start my day this morning :)

    ReplyDelete
  8. nyin bahasanya bagus, tp koq aku agak kurang ngerti yah nyin :(

    tp emang akunya yg dodol deh kynya :D

    ReplyDelete
  9. suka dg tulisanmu kali ini.bener2 bagus.

    ReplyDelete
  10. begitulah pencarian jodoh kalau blum bertemu jodohnya pasti akan ada yang datang silih berganti
    pasti sahabatmu seneng dibuat tulisan ini ^____^

    ReplyDelete
  11. eh sapa bilang...
    garasiku selalu kosong
    dan jadi kandang ayam
    hahah

    ReplyDelete
  12. beberapa pekan ini, seringkali kudengar dan kubaca kata "Cinta", entah dari teman maupun dari blogger. Juga seperti postingan ini, seringkali 'cinta' itu kok hanya di konotasikan pada pasangan (hidup) saja ya?
    apa memang seperti itu mbak???

    ReplyDelete
  13. tertarik pada bait-bait paragraf diawal...melihat dari kondisi kemapanan suatu hukum alam, sangat menarik. Manusia memang jago utuk menciptakan pemikiran-pemikiran yang penuh inovasi..bahkan ekstrim. ada rasa kebosanan ya, mungkin..melihat dan jadi pelaku didalamnya....jadi ingin mendobrak hal yg sudah mapan tadi/hukum alam. Semua...apapun pasti ada padanannya....dan saling berhubungan...mau apa lagi...kecuali kita bisa keluar walau sebentar secara fisik dari ruang waktu dunia ini...kemudian berperan layaknya "tuhan"...
    Tapi mba sudah berhasil...layaknya, keluar dan menilai sendiri....saya dan mba sekarang berperan jadi penonton...sandiwara yang berulang dari segala masalah dunia..manusia.

    ReplyDelete
  14. Nggak kok, nin, gak semua lelaki seperti itu. :( *kebawa arus cerita* :p

    ReplyDelete
  15. Suuuuuuuka banget dengan ini Nyin. Apalagi dengan kalimat pembukanya, wow.. God job :)

    ReplyDelete
  16. AH, sejak di paragraf awal aku udah nebak, "kali ini buat siapa lagi tulisannya"
    dan ternyata tebakanku benar, tulisan ini pasti ditujukan buat seorang teman..
    Ayo lain kali tulis kisah sendiri dong, Nyin. ;)

    ReplyDelete
  17. lumayan.. 5 menit untuk membuat haru... :)

    hmm.. aku ingin seperti lift... yang bisa sesuka hatiku mengangkat dan menurunkan orang-orang yang membutuhkanku.. :D

    apa kabar?

    ReplyDelete
  18. suka bgt..
    Pengandaian yg bagus menggunakan garasi dan dermaga :))

    ReplyDelete
  19. tulisannya bgs bgt
    aQ suka pengandaian ttg garasi dan dermaga

    ReplyDelete
  20. like like like like...
    keren mbak.

    ReplyDelete
  21. saya suka . tapi saya bukan seorang wanita :D

    ReplyDelete
  22. sempat terpikir ini tentang kamu. rupanya cuma cerita ya (?)

    kata-katanya enak dibaca. soal dermaga/garasi juga menarik, gak pasaran :)

    ReplyDelete
  23. hmm..jika enggak mau jd dermaga yg kapal silih berganti cm numpang bentar dan pergi, harus cari kapal tetap, jd dermaga pribadi hehe * ngaco yah an :D

    ReplyDelete
  24. aku suka sama postingan anda yang ini...dalem banget ya?

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home