Thursday, August 18, 2016

TERBAIK DARI YANG TERBAIK

 
"Mbak jangan ngomongin yang berat-berat aku lagi patah hati," kata si adek beberapa hari lalu. Dia baru saja mendapati pengumuman tes penerimaan kerja yang lagi-lagi hasilnya tidak sejalan dengan keinginan.

Di luar sana, saya yakin banyak yang merasa seperti itu juga. Lowongan kerja adalah kesempatan berupa pintu-pintu terbuka yang jumlahnya selalu tidak cukup banyak, sementara lulusan baru terus muncul, belum orang-orang yang ingin pindah kerja dan menceburkan diri lagi dalam pencarian kerja.

Kekecewaan itu selalu nggak enak, apalagi yang nunggu lama tapi belakangan hasilnya mengecewakan. Dulu, beberapa tahun lalu saya juga masih fresh graduate seperti halnya si adek dan fresh graduate lain di luar sana. Jadi ya, saya pernah ada dalam situasi itu.



Fresh graduate pasti maunya kerja langsung di tempat yang gajinya tinggi dan karir terjamin, ya nggak? Ah semacam pertanyaan yang nggak perlu dijawab, semua juga mau begitu. Wisuda bikin semangat, panggilan demi panggilan tes awalnya juga bikin kita semangat karena pastinya mikir selangkah lebih dekat. We're on progress to the right career track.

Sampai akhirnya kita harus terjegal dan lagi-lagi terjegal, menderita banyak kegagalan dan kekecewaan, menghabiskan banyak waktu dalam penantian.

Lapangan kerja selalu banyak, cuma masalahnya apakah sesuai dengan kita? Apakah cocok dengan kriteria kita? Apa kita orang yang dicari perusahaan?

Berkali-kali saya menelan kekecewaan karena berbagai hal, mulai dari gagal di negosiasi gaji (they offered me far below minimum payroll standard rate or UMR) padahal saya juga harus hidup dan harus ngekos karena kantornya ada di luar kota, pun saya juga nggak matok gaji tinggi karena sadar diri masih anak bawang tanpa pengalaman. Angka yang kejam untuk lulusan kerja sarjana, padahal kantornya bagus. Ternyata kantor bagus juga nggak menjamin angka gaji yang pantas.

Beberapa kali saya juga harus gagal dalam tahap interview karena perusahaan yang bersangkutan tidak mengizinkan karyawatinya memakai kerudung. Man... kerudung aja nggak boleh, gimana lu mau pakai rok panjang?
Eh masih ada perusahaan yang kayak gini? Ada dan banyak. Mau tahu apa aja? Cobalah lamar kerja pakai hijab.

Saya nggak mau komitmen saya dilecehkan, karena komitmen saya adalah komitmen dengan Allah. Mana berani saya langgar. Buat saya tawaran untuk melepas kerudung sama jahatnya dengan tawaran untuk perselingkuhan. Sama-sama melanggar komitmen.

Saya juga pernah gagal interview dalam kondisi hati sakit karena diremehkan, cocok atau enggak dengan kriteria perusahaan itu wajar lho tapi bukan berarti lantas berhak untuk meremehkan seseorang apalagi dengan kata-kata yang nggak enak. Saya marah sekali setelah itu dan blog ini juga pernah menjadi saksi dari sisa kemarahan yang membebani hati saya.

Penantian panjang juga sering berakhir tangisan putus asa di kamar kos saya karena bingung pada nasib yang belum jelas seperti apa bulan depannya.

Tapi Allah-lah yang mengurus saya dalam bulan-bulan pengangguran tanpa nasib jelas, tidak Dia biarkan saya kelaparan atau tidak memiliki kesempatan untuk berusaha. Sahabat yang bersedia menampung sementara di kamar kosnya di kota sebelah, teman yang bersedia ditebengin ke tempat tes kerja dan peralatan masak yang membuat saya tetap bisa makan enak meskipun kondisi keuangan apa adanya.

Setiap kali tes masuk perbankan saya jarang melewatkan kesempatan itu meskipun batin juga bimbang. Saya butuh kerja dan butuh uang tapi apakah ini sumber rezeki yang baik buat saya? Berkali-kali berharap dan berkali-kali gagal. Putus asa sudah penderitaan hati sehari-hari, biarpun sebenarnya kita tidak boleh putus asa tapi siapa yang tahan untuk tidak putus asa dalam kondisi tersebut?

Ketika saya akhirnya hanya tinggal menunggu panggilan kerja dari dua perusahaan karena lolos tes hingga final. Satunya kantor saya yang terakhir dan satunya lagi adalah perusahaan perbankan terkenal milik negara. Saya duluan sign kontrak di kantor saya yang kemarin, menjalani pendidikan sekitar 1 minggu hingga dihubungi kembali oleh perusahaan perbankan tersebut. Dalam hati saya lega karena keterlambatan itu membuat saya memilih tempat yang bagi saya lebih baik dalam menjadi sumber rezeki. Bukan masalah gaji karena saya tahu lompatan karir dan bonus dari perusahaan perbankan mungkin jauh berkali lipat nilainya secara materi karena posisinya juga bagus, sejenis management trainee tapi saya lupa nama program dari bank tersebut. Tapi masalahnya bukan cuma itu. Saya ingin bekerja dengan tenang, tanpa meragukan hasil keringat saya sendiri.

Allah akan memberikan tempat terbaik menurutNya untuk meneruskan langkah kaki kita, jadi tetapkan keinginan kita di hati, berdoa dan berusaha keras lantas biarkan Dia mengurus semuanya. Percaya bahwa Dia akan memberikan penghargaan terbaik untuk semua kerja keras yang kita jalani saat ini.

Tidak ada yang luput sedikitpun dari perhitungan-Nya.

15 comments:

  1. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Manusia berikhtiar, Tuhan yang mewujudkan. Tuhan memang Mahabaik terhadap ciptaan-Nya

    ReplyDelete
  2. Paragraf terakhir ngena banget Mbak :)
    Pengalaman nyari kerja kaya gitu ya, Mbak, jadi inget sama sepupu saya kemarin. Dia sudah diterima kerja ditempat yang bisa dibilang enak tapi dia memilih keluar karena tidak diberi waktu untuk sholat akhirnya dia keluar. Tapi pertolongan Allah justru membawanya ke tempat yang lebih baik. Memang Allah selalu menjaga dan memberikan yang terbaik bagi hamba-hambanya :)

    ReplyDelete
  3. jadi nostalgia masa2 jadi job seeker juga mbak :') mengharu-biru...

    ReplyDelete
  4. Aku pernah kecewa sama 3 bank. Kecewanya karena lho temen2ku hampit masuk semua...kok aku engga sih. Alhamdulillah dapetnya di sini. Doaku waktu itu...kalau emang ini jalan yang Kamu pilihkan ya Allah, maka mudahkanlah. Prosesnya emang mudah kurasa...sampai sekarangpun. Meski ya banyak kerikil.

    ReplyDelete
  5. cari kerja itu susah juga ternyata ya mba, saya juga dulu nganggur beberapa tahun haduh capeknya minta ampun karena butuh uang juga buat sehari-hari. kerja kesana-kemari masuk keluar tempat kerja nyari yang enak dan akhirnya saya singgah di dunia bisnis online hehehe

    ReplyDelete
  6. ya begitulah.. Allah lebih tau, kita emang kadang nggak sabaran :D

    ReplyDelete
  7. Kerjaanku yg dulu juga nggaji aku di bawah standar.. plus suka telat nggaji, lembur tiap hari tanpa uang lembur.. yg bikin patah hati adalah orang-orang masih nggoblok-goblokin aku karena milih berhenti kerja. Kitanya udah bersyukur malah orang lain yg ngerecokin.. hikz

    Eh aku inget postingan yg disuruh buka jilbab.. antrian interviewnya banyak, nunggu di tangga gitu kan ya? Departement store bukan sih itu mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh merr kok kamu ingat ajaa. Iya itu salah satunya.
      Dan bukan itu cerita satu satunya. Sadstory.

      Delete
  8. saya pernah melalui masa-masa kelam itu Mba, kalo sekarang diingat-ingat yang bisa saya lakukan hanya bersyukur karena akhirnya saya bisa keluar dari masa kelam itu

    ReplyDelete
  9. Nyin jadi dulu mt bank pelat apaaah? Keipoh

    ReplyDelete
  10. Hem.... Gimana ya, kak. Kok keknya cerita ini, jadi kelanjutan postingan aku kangen Kampus dan Skripsi di blog. :'(

    Dulu pengen banget rasanya cepet selesai. Tapi, setelah selesai, pengen banget cepet nyari cara dapet kerjaan.

    Di zaman sekarang (yg terbilang sangat keras), aku jujur gak bisa cuman punya usaha kecil untuk menghidupi keluargaku nanti. Makanya, aku pengen banget punya kerja sekaligus usaha.

    Tapi, dapet kerjaan emang selalu jadi problem kak. Apalagi seperti jilbab yg kak bilang. AKu heran, kemaren ada melamar kerja dan katanya ada 2 posisi yg gak boleh pake hijab. Hem... Parah banget perushaan kek gitu.

    Ya, mohon doanya ya kak. Semoga aku dimudahkan jalannya. AMin..

    ReplyDelete
  11. Ini tulisan bagus, ninda selalu pandai menyisipkan hikmah, bikin org mikir tanpa menggurui. Terima kasih dik :)

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home