Monday, October 17, 2016

MELANKOLISNYA PERPINDAHAN

Sebagaimana sebagian besar kejadian yang harus berlangsung dalam hidup, kita mengenal konsep move on. Berpindah. 
Apapun yang terjadi, waktu tetap harus bergulir dan hidup harus terus menapak serta berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Berpindah dan membuka lembaran baru dari satu hati ke hati yang lain, dari satu rumah ke rumah yang lain. Dari banyak hal dan hidup berjalan sebagaimana mestinya. Sebegitu wajarnya.
Hari ini, pagi hari tadi lebih tepatnya adalah saat-saat terakhir saya menjadi penduduk kota kelahiran saya. Kemarin malam saat kami mendatangi gerai sebuah layanan jaringan untuk ponsel yang berada di dalam mall karena terblokirnya layanan lempeng transaksi adalah saat terakhir saya menggunakan kartu tanda penduduk saya seperti yang seharusnya sebagaimana fungsinya, sebagai kartu identitas.


Juga saat setelahnya kami mendatangi department store perabotan rumah untuk persiapan pindah rumah, paksu selalu suka melihat-lihat ragam jam dinding yang dipajang di rak-raknya termasuk jam dinding kayu yang berbaris lengkap dengan merk, harga dan bahkan dengan promosi cicilan jam dinding kayu.

Siang ini, paksu pulang dari kelurahan dan memberitahu saya bahwa KTP baru saya sudah jadi. KTP yang dengan label 'kawin' dan berlaku seumur hidup dalam kolom batas masa berlaku KTP tersebut. Tapi bukan itu intinya, melainkan karena saya merasa waktu dimana saya menerima KTP tersebut maka sudah benar-benar jadilah saya menjadi warga kota Surabaya sah secara hukum dan diakui pemerintah setempat.

"Tuban kehilangan satu warganya dari data kependudukan," kata saya termangu, memandangi KTP baru yang fotonya ternyata sama saja dengan KTP terdahulu. Dalam hati saya nggerundel karena sejak awal mengurusi kepindahan penduduk, berkali-kali kami ditekankan untuk membawa foto. Foto masuk dalam prosedur data yang harus dilengkapi, tapi foto KTP yang sudah jadi ternyata tetep pakai versi KTP lama. Terus kemarin bawa foto kemana-mana karena persyaratan ngelengkapin foto itu buat apaan ya?

"dan Surabaya ketambahan satu orang deh hari ini, semakin padat." Paksu ketawa.
Iya benar juga, mulai hari ini populasi Surabaya makin sesak secara data kependudukan.

Bawaan kebaperan dan susah move on maka saya jadi merasa melankolis. Padahal adegannya cuma penyerahan KTP baru. Haha. Ya bagaimanapun perempuan wajib mengikuti langkah kaki suaminya tapi saya tetap saja merasa asing dengan KTP yang berdiam di atas telapak tangan saya sebelum saya menyelipkannya diantara deretan kartu dalam dompet.

But yes, tanpa bisa saya kontrol otak saya sudah mulai memutar kaledioskop dalam ingatan, lagi. Saya melalui 17 tahun penuh hidup saya lahir dan tinggal di kota Tuban tanpa pernah berlama-lama tinggal di kota lain, tanpa memasukkan agenda rekreasi, wisata dan acara menginap di rumah kerabat sebagai bagian dari tinggal di kota lain tentu saja.

Saat pertama kali meninggalkan kota saya untuk menjadi perantau, numpang di kota lain... jujur saya nggak pernah punya pikiran untuk benar-benar menjadi penduduk kota lain ketika itu. Dalam bayangan saya kepergian untuk kali pertama itu akan membawa langkah kaki saya kembali ke kota kelahiran. Nggak pernah kepikiran untuk akan lama tinggal di ibukota dan berakhir menjadi penduduk kota Surabaya yang anggaplah kemungkinan sepanjang sisa hidup saya kecuali jika Allah memiliki rencana lain.

Dan sekarang, sejak KTP di tangan maka segala hak saya sebagai penduduk sudah berpindah ke kota ini, ke Surabaya. Berhak menentukan masa depan kota melalui pemilu contohnya. Sementara kota ini masih belum saatnya menggelar pesta demokrasi kembali, maka keputusan di tangan saya saat ini masih cukup mudah: meneruskan memilih-milih jam dinding unik di Mataharimall karena jam-jam dinding unik yang kemarin kami lihat di department store masih cukup pricey, bahkan untuk ukuran jam dinding unik.



Sementara di Mataharimall, dengan model-model yang tidak kalah unik kami bahkan tidak perlu mempertimbangkan cicilan jam dinding kayu karena harganya dengan diskon sudah sangat murah.

Ya untungnya, untuk saat ini keputusan yang harus saya ambil cuma itu. Selain pilihan antara kopi atau teh untuk dinikmati di pagi hari.

19 comments:

  1. hijrah ya, terkadang manusia berat buat melepas, padahal manusia sering kali berpindah, membuat orang lain berat juga untuk melepas, termasuk melepas jam dinding juga mungkin

    ReplyDelete
  2. Aku suka yang third party jam dinding. Keren keren gimana gitu. :D Elegan buat ruangan.

    ReplyDelete
  3. kota kelahiranku juga kehilangan satu warganya mbak beberapa minggu lalu :D

    ReplyDelete
  4. Kapan aku jadi warga Pekalongan sesuai KTP?

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha nikah sama orang pekalongan rulnay

      Delete
  5. walah, kok ya dikasih tanda petik 'kawin' nya wkwkwk.. btw, mau pindahankah :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang statusnya cuma kawin sama belum kawin aja kan hahaha

      Delete
  6. saya tau move on dari mantan #ehh

    ReplyDelete
  7. Haha sama, Nin, baru ngurusi KTP baru. Jd wrga bnyuwangi skrg, seblmnya Jember. Dan emang birokrasinya mash mbulet. Dimnta bawa foto, trnyata fotonya tetap pake yg lama. Gak taulah.

    ReplyDelete
  8. itu jam tangan yang paling kanan modelnya lucu ih, sepertinya dia cocok disimpan di dapur atau ruang makan, hehehe :)

    ReplyDelete
  9. Ngurus ktp pindah ternyata cukup rempong ya hahhaha
    Dulu aku pake ijin sehari pas masih kerja buat pindahan
    Ktb bumen jadi tangerang
    Walo hatinya tetep masih anak kebumen hiks #mellow

    ReplyDelete
  10. flashback terus mulai mikir ternyata banyak hal yang tidak pernah kita bayangkan malah terjadi ya :D

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar tanpa link hidup ya... Komentar dengan link hidup akan dihapus :)

Previous Page Next Page Home