Showing posts with label lintas galaksi. Show all posts
Showing posts with label lintas galaksi. Show all posts

Thursday, February 9, 2017

CONGRATULATIONS ON YOUR NEW LIFE TOGETHER

"Barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair,"

Monday, May 23, 2016

GUSTYANITA, BLOGGER YANG MENGAKU GEMBUL



Nita atau Gustyanita, yang punya blog Gembul Kecil Penuh Debu ini rajin banget komentar di blognya teman-teman blogger lain. Soalnya setiap saya main ke blog sebelah kok sering ada komentar dia sudah nongkrong duluan disitu. Setiap mampir disini juga dia langsung komen banyak postingan, sampek saya heran apa nih anak nggak pegel ya ngetik komen sebegitu banyak :D

Saya kenal Nita dan saling komunikasi via komentar dan email masih belum lama ini. Awal kenal Nita, sama seperti teman blog yang lain, pertama kali nyasar kemudian terus saling kontak. Saya lupa gimana awalnya nyasar ke blog Nita. Tapi pertama mampir sih saya nggak ngerti kenapa dia ngaku-ngaku gembul? Padahal perasaan mah enggak, dari foto-fotonya. Setidaknya itu yang saya pikirkan.

Nita adalah salah satu blogger yang bikin saya merasakan kembali hangatnya atmosfer Blogosphere di masa awal ngeblog yang saling interaksi dan saling mengenal lewat tulisan masing-masing.

Nita pernah bekerja sebagai wartawan selepas kuliah, pekerjaan yang keren menurut saya. Berhubung selama masa SMA hingga kuliah saya habiskan untuk bergabung dalam organisasi pers, tapi kerjanya malah jauh banget dari situ. Yah paling tidak saya bisa tetap nulis yang lain, nulisin blog ini contohnya sih haha.

Gambarnya Nita juga bagus, headernya adalah hasil gambar sendiri bahkan souvenir dan undangan pernikahan juga dibuat dari hasil kreatifitas Nita. Saya mampir ke beberapa postingan Nita yang sudah lama dan menemukan arsip-arsip gambarnya yang keren. Melihat skill Nita, saya rasa bakalan oke kalau selain menjadi blogger dia juga buka jasa ilustrasi mengingat tingginya permintaan untuk ilustrasi yang dibuat personal saat ini. Lha yang order di sosial media untuk ilustrasi banyak kok, mulai dari desain kartu ulang tahun, undangan elektronik dan sebagainya. Terus lagi karakter Nitanya juga ramah dan full semangat, jadi bakal punya peluang untuk bikin customer kerasan sama dia.

Setelah baca-baca posting lamanya, ada beberapa saran yang pengin saya sampaikan buat Nita biar blognya lebih oke.

Saran untuk Blog Nita

#1
Yang saya salut dari Nita adalah kerajinannya blog walking, karena dia beberapa kali main kemarin, pernah beberapa bulan lalu saya main ke blognya dan ternyata dia belum update. Jadi saya membaca dan komentar di postingnya yang lain yang belum pernah saya baca. Nah dia nggak menanggapi komentar atau pertanyaan saya di postingnya yang lama-lama. Mungkin dia nggak ngeh sama komentar waktu itu ya. Jadi untuk kotak komentar saran saya mending dimoderasi aja postingan yang lama-lama misal lebih dari 4 hari di posting biar nggak kelewat komentar orang di posting lama.

#2
Ceritanya Nita panjang dan menyenangkan, apalagi kalau dia sudah mengulas soal film, drama atau sesuatu yang bikin throwback generasi 90an kayak saya. Dijamin demen lah bacanya. Yang bikin lumayan ganggu adalah font postingnya yang kecil-kecil. Cukup bikin mata bekerja keras sih. Jadi harapan saya font-nya bakal digedein kedepannya biar makin kerasan bacanya :D

Nah yang mau kenalan sama Nita, bisa banget kok dengan mampir di blognya langsung via http://gembulnita.blogspot.co.id/.

Friday, May 20, 2016

ANAK KOS JUGA HARUS SEHAT DAN BAHAGIA (CERITA TANGGAL TUA PRA MATAHARI MALL)

Tanggal tua erat kaitannya dengan hari-hari saya ketika mulai menjadi perantau yang jauh dari rumah. Bahkan tidak cuma tanggal tua, seringkali pertengahan penanggalan bisa serasa layaknya tanggal tua, pun juga tanggal muda punya potensi yang sama jika urusannya sudah menyangkut masalah perut dan kebutuhan sehari-hari.
Saya keluar rumah ketika berumur 17 tahun untuk merantau ke kota orang demi pendidikan. Kali yang pertama, untuk mengejar bimbingan belajar intensif dan ujian penerimaan mahasiswa baru di universitas terkemuka. Kemudian pindah kota rantauan, ketika telah diterima di salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur.

Kota asal saya kecil saja, sering saya mendapat komentar bercanda atau mungkin juga bernada sumbang dari teman-teman yang berasal dari kota dengan peradaban yang menurut mereka lebih tinggi dari kota saya. Kota saya tidak memiliki bioskop, apalagi mall. Toserba saja rasanya sudah sangat mentok sebagai icon jalan-jalan anak muda.

Iya, kota saya memang kecil sehingga sering diledek dengan sebutan dusun karena tidak ada di peta menurut beberapa orang teman. Tapi saya tidak pernah memandang ledekan itu sebagai sesuatu yang serius. Kalaupun saya memang berasal dari desa atau orang desa ya tidak masalah. Tidak pernah kota asal saya menjadi sesuatu yang memberatkan bagi saya, tidak pernah saya membela dengan kalimat yang membabi buta untuk ledekan itu. Kota saya memang kecil, namun saya selalu menyukainya karena selalu menjadi tempat yang sempurna untuk pulang.

Kota saya yang kecil juga seimbang dengan biaya hidupnya yang murah, di kota rantau saya rasakan biaya hidup lebih tinggi dari kota asal. Antara memang benar-benar demikian mahal, juga biaya-biaya mendadak yang muncul dari perkuliahan. Itulah yang membuat saya merasa setiap hari bisa terasa seperti tanggal tua dengan tugas yang menumpuk, buku yang harus dipunya, uang kos yang berpotensi terus naik dan urusan perut yang seringkali tidak bisa berkompromi. Belum kalau terlalu lelah membagi waktu antara status mahasiswa dan anggota organisasi, sakit di perantauan itu selain jauh lebih menyakitkan dan sering terasa bahwa kita cuma bisa mengandalkan diri sendiri, kita juga akan sangat mengerti arti dari keluarga.

Orang tua saya selain percaya bahwa universitas negeri adalah pilihan terbaik karena namanya yang sudah dikenal orang, juga biaya pendidikannya yang murah. Orang tua saya keduanya guru dan menyambi berbisnis jual beli kendaraan bermotor, beternak ayam dan sebagainya. Orang tua saya pekerja keras dan berasal dari keluarga yang bukan keluarga kaya meskipun kami tergolong keluarga mampu, itulah yang saya rasa menjadi alasan kuat mengapa mereka demikian keras mendidik anak-anaknya.

Uang saku saya tidak pernah berlimpah, masih harus dibagi dengan kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan perkuliahan. Untuk membeli barang-barang yang saya inginkan, seringkali saya baru bisa mendapatkan itu setelah menerima pembayaran honor tulisan dari majalah. Ketika saya pulang ke rumah, si mami sering membawakan kebutuhan rumah tangga dan hidup sehari-hari. Merantau jadi terasa tidak terlalu berat. Buat saya saat itu yang penting perut makan dengan semestinya, kuliah jalan. Sudah itu saja. Ajakan teman untuk jajan dan nongkrong memang sering saya tolak, agak sedih sih tapi saat itu rasanya masih enteng saja. Tidak pernah hati saya susah berlarut hanya karena itu.

Sampai sesuatu yang besar dalam hidup saya terjadi. Mami saya tiada, tidak cuma rumah yang terasa berbeda, hati kami limbung dan seperti kehilangan pijakan. Saya tidak pernah menangis histeris di hadapan keluarga, namun hati saya sudah kebas oleh rasa kehilangan. Seringnya blog ini menjadi catatan bagaimana hari-hari saya berjalan sejak beliau pergi. Sungguh itu tidak mudah.

Keluarga kami terpuruk untuk beberapa waktu, banyak yang berubah dan perubahannya tidak menyisakan jeda untuk kami agar menjadi terbiasa. Mami adalah penyeimbang bagi rumah kami, Ayah yang seorang diri merasa sangat kehilangan dan malah jadi berkali lipat lebih keras dari sebelumnya dalam mendidik anak-anaknya. Sensitif dan gampang marah. Kerapkali sedikit interaksi yang sebenarnya biasa, bisa berujung usiran untuk pergi dari rumah dan uang bulanan yang kembang kempis bahkan berhenti sama sekali.

“Mengapa tidak meminta maaf?” tanya seorang sahabat ketika saya bercerita.

Saya terdiam.

Setiap kali beliau marah, diawal-awal ego saya sebagai seorang remaja belia membuat saya enggan meminta maaf karena merasa tidak salah. Namun masa itu sudah berlalu. Setiap kali beliau marah karena interaksi yang sebenarnya sangat standar dan tidak patut menjadi sebab kemarahan, saya selalu minta maaf. Meskipun setiap kali kemarahan itu pecah dan saya minta maaf, masa kemarahan masih berlangsung lama bisa hingga hitungan minggu dan bulan. Selama itu saya tidak diterima di rumah, selama itu pula pasokan uang bulanan saya berhenti. Padahal saat itu saya sedang menjalani semester-semester terberat sebagai mahasiswa. Dimana kebutuhan akan uang berlipat lebih besar dari biasa.

Ayah saya bekerja keras dan pencapaian kualitas hidupnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Karena ayah terkenal mampu, teman-teman saya suka merasa aneh dengan pola hidup saya yang berhemat-hemat. Alih-alih menganggap saya benar sedang hemat karena tidak punya uang, mereka justru menduga saya pelit. Mereka tidak tahu bahwa saya benar-benar dalam kondisi tidak tahu bagaimana nasib diri saya dalam seminggu ke depan.

Meminta bantuan saudara Ayah jelas tidak mungkin karena beberapa hal yang intinya, mereka bukan orang yang bisa diminta tolong. Dari saudara mami saya tidak bisa mengharapkan banyak meskipun saya mendapatkan bantuan juga sesuai ketersediaan mereka, tapi mereka juga memiliki keluarga yang butuh berjalan segala kebutuhannya.

Beasiswa? Bagaimanalah saya bisa mengharapkan beasiswa jika slip gaji dan tagihan kebutuhan orang tua saya yang cukup besar ada di tangan petinggi kampus? Mana mungkin mereka mau memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang orang tuanya dinilai lebih dari berkecukupan?

Saya membulatkan tekad untuk melamar pekerjaan dengan modal ijazah seadanya, apa saja, asalkan dibayar. Bahkan penjaga warnet dari larut malam hingga dini hari pun pernah hampir saya lamar untuk menjadi mata pencaharian. Iya, hampir. Namun tidak, untungnya karena honor tulisan yang akhirnya terbit dan penghasilan menulis melalui blog yang menyelamatkan saya. Cukup besar bahkan untuk hidup dua bulan atau lebih jika benar-benar dihemat di kota rantau saya. Jadi bagaimana mungkin saya bisa meninggalkan blog ini jika dia pernah menyelamatkan saya berkali-kali dalam kondisi sulit?

Pada saat itu sekitar tahun 2009 hingga 2012, belum ada Matahari Mall dengan promo aneka macam yang bisa membuat semua orang hemat dan bahagia, karena hematnya jelas juga tanpa sengsara. Jadi ya harus tricky. Berikut ini tips-tips saya untuk bertahan hidup di kota perantauan. Hemat tanpa sengsara. Memang saya sangat-sangat berhemat saat itu, tapi trik-triknya memang saya atur dengan sedemikian rupa tanpa harus membuat diri sendiri menderita.
Kenapa?
Karena anak kos dan perantau haruslah sehat dan bahagia, bila sakit akan lebih berat lagi di kantong kempes kita. Ya kan?

Tips Sehat dan Bahagia ala Anak Kos


Poin satu: Panduan dasar memilih tempat kos
#1
Pilihlah kos yang menyediakan fasilitas dapur dasar seperti kompor, tempat untuk cuci piring dan perlengkapan masak sederhana
#2 
Bawa alat memasak praktis dari awal merantau, alat penanak nasi contohnya. Ini penting untuk bertahan hidup disaat benar-benar tongpes alias kantong kempes. Lebih hemat jika kita memasak sendiri untuk kebutuhan makan sehari-hari. Lebih hemat lagi jika menggunakan perlengkapan memasak listrik yang free charge, atau minimal charge rendah untuk perbulannya. Kalau kepepet alat penanak nasi bisa juga lho dipakai untuk memasak yang lain seperti sop atau tumisan sederhana. Jangan lupa sediakan perlengkapan makan seperti piring, gelas dan sendok garpu, jangan sampai begitu masakannya matang kita malah makan langsung dari pancinya.

pic source: doodled by me

Poin dua: Tips 'Ngirit' nan Sehat - Cerita Tanggal Tua
#1 Cerita selai di tanggal tua
Selai yang biasanya tinggal sisa-sisanya di toples amat sayang untuk dibuang ke tempat sampah begitu saja. Walau hanya sedikit tapi masih bisa berguna disaat-saat terakhirnya lho. Sendok sedikit air panas, sekitar satu sendok teh dan gunakan untuk mengencerkan selai yang tersisa, oles diatas roti. Aman. Rotinya beli yang merk lokal saja, lebih murah dan sama enaknya. Kalau selai sudah habis dan ibu kos kita baik hati, minta aja sejumput gula buat taburan roti. Rasa rotinya jadi terbantu untuk sarapan saat tanggal tua. Lumayanlah, tidak seret.
pic source: doodled by me
 #2 Cerita roti bakar di tanggal tua
Tidak ada sisa anggaran untuk membeli gas di kantong? Mengidam roti bakar tapi harganya setara dengan biaya makan sehari dengan kreasi sendiri? Coba oles roti tawar dengan selai dan mentega, press dengan setrika di atas tatakan kayu atau piring kaca datar. Setelahnya jangan lupa bersihkan dan lap setrika. Roti bakar renyah tidak kalah dari buatan cafe siap dinikmati.
pic source: doodled by me/ iron pic: windows clipart
#3 Cerita mie instan di tanggal tua
Mengkonsumsi mie instan memang tidak boleh sering-sering, saya hanya makan mie instan saat benar-benar kepepet saja atau sedang pengin. Bahan makanan yang seharga mie instan yang bisa diolah sendiri soalnya juga banyak. Jika masih ada persediaan gas dan minyak goreng, saya suka membuat mie ala malaysia dengan mie instant goreng, telur, bumbu dan taoge ataupun variasi lainnya misalnya martabak mie. Namun jika dompet sudah sangat tipis dan cuma ada persediaan mie instan, saya memasaknya dengan alat penanak nasi.


#4 Cerita buka puasa di tanggal tua
Tanggal tua jika masih dalam bulan puasa memang jadi relatif longgar, setidaknya bagi saya. Bermodalkan ponsel ajakan ngabuburit bersama teman kuliah atau organisasi, sambil menyelam minum air, bertebaran banyak tajil gratis di daerah perkampungan sekitar kos dan di lampu merah yang merubah muka lemas seharian puasa jadi antusias. Tajil gratis adalah salah satu hal yang menjadi penyelamat saya di tanggal tua.


#5 Cerita tahu tempe di tanggal tua
Masakan tempe dan tahu bagi saya adalah salah satu alternatif masakan sehat yang murah tanpa harus selalu lari ke mie instan. Tempe dan tahu sering saya masak menjadi tumisan atau gorengan dengan sambal cabai hijau. Di tanggal tua, saya memasak tempe dan tahu dalam konsep tumisan ala-ala yaitu dengan memotong dadu, memasukkan ke alat penanak nasi bersama dengan air putih dan bumbu-bumbu dapur kadang dibubuhi kecap. Saya masak hingga air surut dan tempe tahu matang bersama bumbunya. Saya pindahkan masakan yang sudah jadi ke piring, bersihkan panci kemudian menanak nasi. Makanan ini bisa kita konsumsi dengan hanya mengalokasikan dana sekitar sepuluh ribu rupiah untuk 3 kali makan.


#6 Cerita nasi sambal di tanggal tua
Cabe adalah item yang harus selalu ada dalam kotak penyimpanan bumbu saya. Kalau sudah ada tanda-tanda mulai layu dan berpotensi busuk, segera saya akan mengolahnya menjadi sambal agar tidak mubazir dan enak dikonsumsi. Ulekan dan cobek biasanya saya pinjam ibu kos jika beliau sudah selesai menggunakannya untuk memasak. Lauk bisa apa saja sekadar dadar telur, gorengan tempe tahu atau sosis tepung paling apes kerupuk jika gas dan minyak goreng sudah habis sebelum akhir bulan. Sosis tepung goreng adalah salah satu makanan praktis yang sering saya masak untuk bekal ke kampus. Berupa sosis yang dipotong-potong kecil dan dicampur adonan tepung berbumbu kemudian digoreng. Enak dan jauh lebih hemat dibanding sosis yang digoreng begitu saja, dimakan dengan nasi hangat.



#7 Cerita tugas di tanggal tua
Kalau budget masih bisa menjanjikan esok, biasanya saya lebih memilih untuk mengerjakan tugas kuliah dengan berburu wifi sejam dua jam di kampus karena tempat yang strategis untuk mendapatkan sinyal wifi justru kurang nyaman. Tanpa sandaran membuat punggung saya pegal, belum lagi banyaknya nyamuk dan angin kencang. Sementara jika masih ada kebutuhan tugas yang belum terselesaikan, saya lebih suka mengambil paket internet malam hingga pagi hari bersama beberapa teman kos. Namun di tanggal tua, sweater dan krim anti nyamuk adalah sahabat terbaik untuk berburu wifi gratis di kampus hingga malam. Dengan mengorbankan waktu tidur siang dan bahkan hari libur. Berangkat dengan penuh tekat memanggul ransel yang diberati laptop, buku catatan dan buku teks kuliah. Tidak apa harus rela berbagi sinyal wifi yang sering kumat melambat kecepatannya dengan banyak mahasiswa lain. Yang penting besok masih bisa makan dengan layak *kepalkan tangan bentol-bentol bekas gigitan nyamuk*.

#8 Cerita diskon di tanggal tua
Irit setiap hari dan super irit di tanggal tua membuat saya jadi menyukai diskon. Ah ya memangnya ada wanita yang tidak mencintai diskon? Namun kerap kali saya memanfaatkan diskon cuci gudang di supermarket terdekat karena produknya akan kadaluarsa dalam jangka waktu satu minggu seperti makanan kaleng, minuman botolan dan sebagainya. Lebih dari lumayan untuk dijadikan menu makanan sebelum batas tanggal kadaluarsanya, yang penting cepat-cepat diolah atau dimasak saja. Setiap ada diskon saya jadi happy dan memanfaatkan kesempatan tersebut. Diskon juga adalah penyelamat saya dalam kondisi terlunta menjadi perantau di kota orang dengan status mahasiswa dan bermodalkan honor menulis lepas. Ketika saya sedang tidak bisa benar-benar mengandalkan seorangpun untuk membantu saya kecuali Allah yang maha memberi pertolongan dalam kondisi saya.


Belum lama ini saya menonton video Budi dalam #JadilahSepertiBudi yang bisa berbahagia menikmati diskon belanja dengan cara semudah itu, modal wifi gratis dan klik-klik saja di Matahari Mall.

Andaikan waktu itu sudah ada Matahari Mall tentu saya akan seperti Budi. Tentu saya tidak perlu rebutan produk cuci gudang di supermarket bersama para ibu-ibu, tidak perlu juga kerepotan membawa pulang barang belanjaan dengan berjalan kaki sampai kos karena barang belanjaan yang dibeli di Matahari Mall akan langsung diantar kurir ke kos. Dan pastinya tidak perlu menunggu hingga masa diskon cuci gudang, saya bisa menikmati diskon besar setiap bulannya.

Kalau sekarang bahkan sejak tahun lalu, sebagai seorang ibu rumah tangga yang tetap mencintai diskon sebagai salah satu parameter kebahagiaan, saya selalu bisa jadi seperti Budi yang memanfaatkan diskon besar yang diberikan oleh situs e-commerce tersebut.

Tuesday, April 19, 2016

TEMAN LAMA DARI BLOGGERITA : MBAK RATU SYA

Beberapa bulan ini lagi musim review-reviewan, saya sih nggak ikut sebenarnya... tapi berhubung saya pribadi yang susah move on dari masa lalu, gara-gara lihat banyak blogger yang review Ratu de Blog, sayanya jadi pengin ikutan review juga.

Saya kenal Mbak Ratu sebagai bloggerita *cielah throwback banget ini istilah jadul, sudah lama juga. Dari awal saya punya blog di blogger sih, sebelum blog yang ini rutin saya isi, ada blog sebelah lagi yang kemudian saya hapus. Ceritanya saat itu saya punya dua blog. Terus dihapus satu dan lupa kenapa, kayaknya indikasi alay tumpah ruah deh. Sayang sebenernya arsipnya ya, sekarang saya nyesel juga.

Nah waktu itu karena jejaring temenan blognya sama jadinya saling sampek di blog masing-masing dan terus kenal juga. Biarpun gapnya lumayan antara Mbak Ratu yang sudah kerja dengan saya yang alayers usia belasan.




Blognya Mbak Ratu seinget saya dulu nama blognya Quinie, desain blognya lucu gambar Pucca gitu. Saking lucunya pengin saya contek. Masa itu template blogger masih minim dan serba kurang oke-kurang oke. Saya lebih suka pakai template asli dari blogger meskipun ngerubahnya sesuai selera saya mesti ekstra keras belajar coding, nah template blog Mbak Ratu waktu itu menurut saya udah duluan lucu. Tiap mampir ke blognya seneng deh soalnya sering disuguhin sama cerita-cerita liburannya yang seru bareng teman-temannya. Bikin iri bingit saja si mbak :D


Mbak Ratu SYA nama profile blognya juga dulu Quinie, saya suka bingung manggil mbak Quin atau mbak Ratu, ikut manggil Ratu juga gara-gara teman blogger lain manggilnya Ratu sih :D
Saling mampir postingan masing-masing bergantian bikin saya merasa kenal biar kata belum pernah ketemu, soalnya ya itu ada interaksi... berasa diceritain lewat postingan di blognya, saya juga curhat ke dia via postingan saya. Rasanya seolah begitu. Yah memang saat itu atmosfer dunia blogging hangat banget dan bikin betah. Kalau sekarang banyak yang menilai Mbak Ratu baik hati dan selalu tebar komen-komen cheerful juga menyempatkan mengunjungi blog kita, well dia juga seperti itu sejak dulu.

Saya masih ngeblog tapi sempat lost contact juga karena beberapa hal, kesibukan baru dan blog ini yang ganti email beberapa kali karena sesuatu yang menyangkut fasilitas google sehingga update teman-teman tidak nampak di bloglist saya, Mbak Ratu yang juga punya kesibukan baru. Tiba-tiba setelah komenan lagi setelah sekian lama saya inget banget Mbak Ratu ternyata belum lama menikah dan sedang merencanakan banyak hal kedepannya. Serasa ketinggalan banyak cerita saya.

ooOOoo
ooOOoo

Banyak hal yang telah berubah, kesibukan yang berubah tapi saya senang karena Mbak Ratu adalah salah satu diantara teman blog saya sedari lama yang nggak berubah. Tetep rame, ramah dan menyenangkan, tetep meluangkan waktu saling ngobrol dan tetep nggak meninggalkan blognya. Yang berubah selain domain yang jadi TLD, cuma desain blognya aja yang bukan lagi si imut Pucca.

Buat yang mau kenal Mbak Ratu aka Ratu SYA, bisa dimampirin ke blognya www.akuratu.com. She's lovely :)

.

Monday, April 4, 2016

PEMILIK BLOG JOMBLOKU (SUDAH LAMA) NGGAK JOMBLO LAGI

Baca komentar Inuel aka Husnul Khotimah pemilik Jombloku di postingan saya yang ini, bikin ngakak. Dia komen kalau salah satu tips untuk menghindari atau menyembuhkan jerawat adalah : cepet nikah. Lah dia mah dagelan ih :D Tapi sepertinya memang dilatari dari pengalaman pribadi.

Gimana enggak kalau sekalipun nama blognya Jombloku, tapi Inuel sudah lama nggak jomblo lagi. Anyway saya senang dia aktif ngeblog dan jalan-jalan ke blog tetangga lagi. Like it's been a long time ago. Inuel adalah nama panggilan populernya sejak dari awal ngeblog.


Masih beberapa hari lalu sempat ngobrol di applikasi chatting, tentang bagaimana kami pernah ngasih alamat blog dengan alamat yang ya begitulah kalau secara kasarnya sih alay. Blog ini dulu namanya nindalicious, dan blognya Inuel tetap setia pakai nama Jombloku padahal sudah punya 'buntut' satu yang unyu bernama Kinza.

Inuel adalah teman blog saya sejak lama, sejak masih sama-sama remaja dengan lingkungan pertemanan di dunia blogging yang kurang lebih sama. Dulu dia rajin banget posting terutama puisi, dan saya merasa dia memang jauh lebih master dibanding saya kalau mengenai dunia blogging. Sering saya dapat ilmu-ilmu baru setelah mampir ke blognya, saya belajar banyak dari dia. Another benefit from blog walking activities.

Dulu kami sering curhat-curhatan via chatting FB, masih sama-sama single dan absurd pada saat kami masih umur 18 atau 19 tahunan, saat sedang labil-labilnya. Tapi saya masih ingat bagaimana dulu Inuel berproses dalam hijrahnya, dari yang pengin banget pakai hijab yang sempurna tapi terkendala lingkungan hingga pindah kerja dan Allah memudahkan proses hijrahnya untuk berhijab. Sampai kemudian menikah dengan suami yang alhamdulillah sangat mendukung hijrahnya dan untuk terus mempelajari agama.

Ngobrol sama Inuel adalah pelajaran buat saya, bahwa situasi apapun yang menghalangi kita untuk berhijrah maka serahkan kepada Allah. Serahkan segala keinginan kita yang kuat untuk Allah bukakan jalan, Allah tidak pernah lalai dalam mengurus hamba-hambaNya. Tidak pernah tertinggal apapun yang ada didalam hati kita dari Maha TahuNya Allah.


.

Friday, November 25, 2011

Leave In Silence

thank's for being nice all the time to me
image taken from twentirain's mim


Kepada :
Kakak baik
yang saya kenal
yang kami kenal
dalam damai.
Hai kak...
Apa kabar? Sudah hari yang keberapa ya ini? aku lupa menghitung tepatnya...
Sudah ratusan atau mungkin ribuan.
Aku terlambat karena baru saja menulis ini untuk kamu sekarang, sementara puluhan orang sepertinya sudah melakukannya duluan. Tentang kamu yang baik itu, pergi karena melindungi orang yang sangat penting bagi orang yang kaukasihi.
Aku tiba-tiba setelah berita kamu pergi itu, ingat bahwa kamu pernah bilang, "Beneran tah? Dipikir lagi hayo... sudah bolak-balik kan dia seperti itu..."
Cuma mau bilang bahwa kamu benar, saat itu. Dan sekarang aku bertanya-tanya kenapa aku tidak mau dengar apa yang kamu sarankan.
Mungkin sudah sejatinya seperti itu, aku harus gagal lagi untuk kemudian belajar lagi.
Yah bisa jadi itu pelajaran terakhir yang benar-benar membuat aku jera.
Jadi itu berhasil dengan gemilang kalau dipikir-pikir.
Easy come, then it'll be easy go...
namun sesuatu yang dengan gampangnya datang lagi pun juga akan pergi lagi semudah membalik tangan. Saat itu, tidak ada yang bisa lebih disalahkan daripada diri sendiri. Tapi setidaknya kamu perlu tahu bahwa aku sudah banyak belajar dari keadaan. BANYAK sekali. Sampai rasanya saat itu jalanku begitu lebam dan nelangsa.
Aku belajar untuk mendo'akan semua orang yang pernah aku kasihi bahagia meskipun tanpa aku. Aku belajar untuk berhenti menangisi esok dan seterusnya ketika kehilangan terjadi pada hari ini. Aku belajar memaafkan diri sendiri dan siapapun yang melukai aku dengan atau tanpa aku tahu. Aku belajar untuk berhenti tidak peduli, belajar untuk berhenti menyediakan punggung untuk orang-orang yang membutuhkan kepedulianku, dan berbalik untuk siapapun orang-orang yang tengah terluka itu, bukan melulu berkutat dengan sakitku sendiri.
Aku belajar untuk menjaga dan mulai menghargai apa yang sedang kumiliki dan mensyukuri apa yang tidak aku miliki. Aku belajar bahwa sabar itu sebenarnya tidak punya batas. Aku belajar untuk diam, ketika marah... ketika sedih, ketika mulai monokrom bukannya mengkoarkan soal kesedihanku dalam situs jejaring sosial dan membuat lebih banyak orang sedih karena aku. Aku belajar untuk mulai menertawakan kebodohan. Karena bukankah kita tidak bisa kembali lagi ke arah alur hidup yang berada dibelakang, kendatipun sangat ingin memperbaiki segalanya... jadi kenapa tidak memperbaiki saat ini saja agar nantinya kita tidak lagi jadi orang bodoh yang terjatuh berulang kali karena kesalahan yang sama. Aku belajar untuk kuat meskipun tanpa seseorang untuk sandaran. Aku belajar menghaluskan hati akan segala isyarat teguran di tiap frame waktu. Agar aku tidak begini, agar aku tidak begitu....
Kak, aku harus bilang lagi bahwa aku benar-benar telah belajar.
Terima kasih untuk sempat mampir sekadar menjadi tokoh protagonis dalam sinetron kehidupanku yang sampai saat ini masih berlanjut meskipun kamu sendiri tidak lagi ada untuk menyumbangkan peran.
Aku percaya akan selalu banyak hati yang berdo'a untuk kamu.
Sebagaimana banyaknya hati yang kamu beri kesan baik, dan karena kamu memang adalah orang yang begitu baik. Karena itu makanya wall-mu masih ramai setiap kamu ulang tahun bahkan meskipun kamu sendiri tidak bisa membalas, dan admin akunmu sekarang sudah bukan lagi kamu.
Semoga kamu bahagia-bahagia saja dimanapun kamu saat ini ada, begitupun juga orang-orang yang kamu tinggalkan. Dan juga aku.
Life should go on, eh?


Menemukan catatan ini terabaikan diantara setumpuk draft tulisan yang dibuat beberapa tahun lalu.
Untuk seorang kakak kelas saya semasa SMA yang sangat baik,
Wahyu Dwy Setiyanto yang telah tiada beberapa tahun lalu.
Namun belum sempat di-posting karena file ini sempat begitu lama terlupakan ada.


Please respect this, stay away copycat!
You can't just copying people write, because they write about their life. 
Just copy-and-paste-ing it never make you life like the way they are.
You just life inside circle fake life.

Thursday, November 3, 2011

TETESAN PAGI

from Sakura's mim
Bu,
hari yang kemarin itu aku menyapamu berbekal arah. Maaf kalau sebelum-sebelumnya aku tidak berada disitu. Salah satu sebabnya adalah aku takut menangis dan membebani. Mungkin tanpa aku tahu, perhatianmu masih tertuju pada aku disini. Aku takut menyusahkan, meyakini saja bahwa do'apun akan sampai dimana saja tempat yang kupilih untuk kupanjatkan.
Bu,
aku tidak pernah berziarah sebelumnya, tidak pernah mengantar seseorang yang kukasihi ke peristirahatan terakhirnya. Lagi-lagi aku takut menangis. Bisa jadi orang melihat aku dengan dua sisi. Bahwa aku nyaris tidak punya emosi dan selalu sedatar ini. Aku tidak menangis ketika emak meninggal, bahkan juga engkau... bu. Itu dihadapan orang. Aku berbeda karena aku menangis diam-diam dan tanpa isakan. Cuma ada linangan air jatuh dari mata yang basah, cepat kering diserap bantal. Aku sering begitu, menangis sambil memeluk bantal, sampai ketiduran dan terbangun dalam keadaan mata bengkak. Lantas aku berlama-lama dikamar untuk bangun siang karena malu, karena itu akan menunjukkan pada siapapun bahwa aku telah menangis.
Bu,
aku menyelipkan beberapa jam ini untuk menjengukmu dan tante, dan emak. Aku pulang sebentar untuk satu keperluan dan aku tidak tahu kapan lagi akan pulang. Sepertinya akan sangat lama lagi, bu. Aku datang dengan adik sepulang sekolahnya, terburu-buru karena sebentar lagi gelap dan besoknya aku harus sudah pergi lagi. Kami bahkan kelewatan menyiapkan bunga untuk ditebar diatas baringanmu. Jadi kupetik bunga-bunga halaman yang sedang mekar itu, getahnya melengketi tangan karena saking buru-buru. Aku bahkan tidak membasahinya dengan air, atau membawa air untuk menyirami bunga-bunga itu ditempatmu.
Bu,
malu rasanya karena kami tidak segera bisa menemukan pembaringanmu. Susunan peristirahatan ini membingungkan dan setiap saat aku khawatir tidak bisa membedakan peristirahatan dengan pijakan. Ah sungguh rentan. Tante yang pertama kami temukan, kemudian ibu dan terakhir emak. Papanmu sulit dikenali mataku karena nama yang tertulis tersamar dengan titik-titik itu... belum huruf ukiran atau cat timbul yang gampang terlihat. Pastilah eyang belum mengganti papanmu.
Ini sudah bertahun-tahun bu,
tapi kami rupanya masih terbius rasa kehilangan itu. Aku nyaris menangis kalau mau jujur, tapi keras-keras kutahan itu. Lagi-lagi aku takut menyusahkanmu, bahkan jika aku benar-benar sedang kesusahan atau kehilangan. Adik terisak-isak dan mukanya merah, kupeluk bahunya dan merayu dia untuk berhenti. Dia bergumam rindu padamu dan dia tidak paham mengapa saat-saat ini terasa begitu berat. Dia sudah banyak berubah sejak kautitipkan padaku yang dulu itu. Sudah bukan lagi remaja menyebalkan yang semaunya sendiri dan tukang ngambek. Kehilanganmu adalah semacam training menjadi dewasa lebih cepat bagi dia, juga bagi aku. Waktu dan keadaan jelas-jelas tak mau menunggu dan kami terus tumbuh dengan cara seperti ini. Kadang ada pikiran itu, bahwa melalui proses pernah memiliki dan kehilangan lebih sulit ketimbang tidak pernah tahu bahwa kita memiliki.
Bu,
saat itu ini kami. Namun, saat ini cuma aku. Sudah begitu jauh jaraknya dari peristirahatanmu, kepingin mengobrol saja. Tidak mungkin aku ngomong pada udara dan tidak mungkin aku berbisik dihati. Itu menyakitkan. Aku masih menghindari menangis karenamu, kuusahakan dan ini masih tentang ketakutan yang sama. Kekhawatiran menyusahkanmu yang semestinya sudah bahagia di tempat yang aku tidak tahu dimana. Mestinya kau tidak perlu lagi terbebani kami disini, kau juga sudah melalui apa yang menjadi bagianmu dan kau layak terbebas dari itu kemudian. Kau adalah sebagian kecil yang tahu bahwa aku sebenarnya begitu cengeng, bahkan meskipun hanya jika mendengarkan kisah sedih yang digaungkan lagu aku bisa cuci muka dengan air mata.
Bu,
rindu tidak pernah jadi semengganggu ini. Sementara pilihanku cuma menghamburkan semuanya lewat yang saat ini tengah kulakukan.
Oh ya, dan sebentar lagi Idul Adha. Tidak, aku tidak akan berkata semestinya aku masih bisa pulang dan menemuimu. Kalau pulang ditandai dengan berbaring di pangkuanmu maka aku tidak bisa pergi kemana-mana meskipun aku punya kertas berharga yang bisa kutukar dengan selembar tiket paling mahal yang dimiliki perusahaan penerbangan manapun.
Bu,
ada banyak hal yang ingin kuceritakan. Tapi biarlah nanti-nanti kuuraikan, semuanya terlalu panjang karena yang telah kulalui memang sudah sedemikian jauh. Jadi dengan ini, kusampaikan bahwa kami baik-baik saja. Semoga ini melegakanmu. Siapa tahu kau khawatir dengan apa jadinya kami tanpamu.
Sampai saat ini belum ada wangi yang lebih menenangkan ketimbang aroma yang kuhirup ketika aku sedang kepingin manja dan berbaring di pangkuan hangat milikmu.
Bu,
Lucunya... meskipun aku sudah mengobral kata hingga sepanjang ini, membuat jariku lemas dan mataku lelah... aku tetap saja masih begitu rindu.


Dan aku tidak sedang menangis, jika kau ingin tahu.
~

Monday, April 18, 2011

ISTANA KEDUA



Mungkin, dongeng seorang perempuan harus mati agar dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan.

Seperti itu kutipan yang saya baca ketika membuka buku mendekati prolog Istana Kedua, sebuah novel karya Asma Nadia. Menggiris. Dan berikutnya tanpa dapat saya tahan hati saya terasa retak dan dibanting-banting kemudian yang ada saya ikut menangis dan hancur bersamaan dengan paragraf-paragraf luka Arini. Arini, istri yang sempurna dalam ukuran seorang manusia. Sehat, berbudi baik, ibu hebat dan segala hal yang seorang lelaki idamkan ada pada sosok Arini. Arini tidak seanggun putri, tapi dia selalu jatuh cinta pada cerita dongeng, bahwa setelah mereka bertemu dan menikah pangeran dan putri akan hidup bahagia selamanya... Arini seorang penulis dengan cerita yang kesemuanya punya kesamaan : happy ending.

Arini bertemu Pras dalam keajaiban, seperti dongeng Cinderella dimana ada bagian sang pangeran membawakan pasangan sepatu yang hilang untuk putri. Lelaki itu pangeran tampannya, dan Arini jatuh cinta. Sejak itu mereka tidak pernah kembali bertemu, namun ingatan Arini terlanjur menyimpan sosok rupawan bagai pangeran dibenaknya, Pangeran dengan nama entah siapa. Pangeran yang dihari wisudanya kemudian diketahui adalah sosok yang dekat dengan Arini sejak dia kecil. Pangeran itu bernama Pras, teman Mas Putra kakak Arini. Pernah membantunya turun ketika dia tersangkut diatas pohon. Pernah, bahkan sering menyelamatkannya ketika menghadapi kejadian-kejadian akibat kebandelannya. Memalukan, namun segala rasa itu memang tidak bisa terencana... Arini jatuh cinta dan menikah. Ya, dengan Pras... pangeran pembawa pasangan sepatu Arini.

Pras benar-benar pangerannya, Arini merasa sangat beruntung mendapatkan lelaki itu yang begitu mirip dengan Ayahnya, setia dan penyayang. Kasih ayah pada ibunya semakin membuat Arini terpesona, mereka mesra diusia pernikahan yang berpuluh tahun. Putra-putri yang menakjubkan lahir kemudian, buah kebahagiaan pernikahan mereka. Hingga suatu hari Arini menemukan kenyataan pahit, sebuah dongeng yang hancur karena mengetahui sebuah kebenaran : Pras mempunyai istana kedua. Nyonya Pras yang lain. Istana yang Arini bangun dengan cinta dan impian, runtuh seketika.

Mei Rose seorang wanita keturunan yang seumur hidupnya terus mengalami luka, cobaan-cobaan menderanya tanpa ampun. Dia ingin mati. Tapi lelaki itu menyelamatkannya, lelaki yang menghapus penilaian Mei tentang lelaki-lelaki lain yang duluan muncul. Lelaki yang dengan penuh kasih sayang menggendong anaknya dengan penuh sayang. Anak yang dia benci dan dia inginkan mati bersama tubuhnya. Anak yang kuat dan tetap bertahan hidup meskipun segala usaha Mei Rose lakukan untuk membunuhnya, anak yang merupakan bayangan seorang lelaki sok simpatik yang ia benci. Lelaki penuh kasih bernama Pras itulah yang membuatnya percaya kepada Tuhan untuk memohon agar Pras benar-benar jatuh cinta padanya dan anaknya. Sekalipun dia telah menikah... Mei ingin membuatnya tinggal bagai cahaya penerang dalam hidup ia dan anaknya yang gelap. Bukankah selama ini Mei juga mencari seorang lelaki yang telah beristri? Ia tidak akan keberatan diduakan bahkan tidak diberi nafkah materi, gajinya sendiri lebih dari cukup.

Pras, sejak kecil hidup dengan pemahaman Ibunya begitu terluka karena ada keluarga lain bagi ayahnya selain dia dan ibunya. Pras tidak pacaran, dan tidak berkenan melakukannya... rasa ketertarikan selalu ada namun dia merasa belum menemukan keinginan untuk menjadikan mereka-mereka itu istrinya. Waktu-waktu Pras terisi dengan catatan-catatan cintanya dalam berbagai bahasa dalam buku yang dia beri nama Catatan-Catatan Cinta Untuk Calon Istriku.

Istrinya, cinta pertamanya. Satu-satunya dan kenyataan indah itu yang ingin dibawa Pras sampai akhir usia. "Tapi setiap lelaki adalah kucing liar, Pras," Arman sahabatnya menggoda.

Menikah karena membantu? Sepertinya hanya banyak terdapat pada zaman Rasulullah, alasan bohong jika itu terjadi di zaman sekarang ini. Lelaki memang sering menutupi fakta bahwa pernikahan mereka yang berikutnya setelah pertama adalah karena mereka naksir, jatuh cinta lagi pada perempuan lain. Mengapa segala persoalan selalu perempuan yang disalahkan? Kurang merawat tubuh, kurang ini, kurang itu? Kenapa semua seolah jadi pembenaran bagi hawa nafsu lelaki yang tidak mereka kendalikan dengan baik?

Apakah iman dapat terkikis habis oleh waktu?

Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?
(Arini)

Asma Nadia penulis buku ini dengan piawai perangkai kata-kata, tragedi demi tragedi yang sangat mudah membuat kita terhanyut. Hati kita akan pecah berantakan dan ikut terserak membaca jengkal demi jengkal penuturan Arini. Ikut berduka dan perih membaca cerita hidup Mei Rose. Novel yang begitu kuatnya emosi para karakter yang dijabarkan mampu membuat saya bersedih dan kesal pada satu waktu yang bersamaan. Saya berduka pada segala tragedi yang dialami Mei Rose, tragedi yang sungguh perih dan sulit terbayang betapa melukainya potongan-potongan kejadian itu dalam diri seorang perempuan. Namun yang tidak bisa saya sepakati adalah sudut pandang seorang Mei Rose tentang kebahagiaan : bahwa seolah-olah karena seseorang mengalami banyak hal perih semasa hidupnya dia merasa begitu legal merebut kebahagiaan milik orang lain. Mungkinkah ada perempuan-perempuan yang berpandangan begini? Sedemikian banyaknya hingga salah satunya diabadikan dalam karakter sebuah novel? Perempuan yang berpandangan : Hai kamu kan selama ini selalu bahagia, sementara saya begitu penuh luka... jadi tidak apa-apa kan kalau saya memaksa kamu membagi suamimu untuk saya?

Sungguh membaca novel ini membuat emosi saya teraduk-aduk... namun banyak sekali hikmah yang diselipkan novel ini, sudut pandang yang harusnya dicerna semua lelaki. Bahwa poligami bisa sangat menyakiti seorang istri.. Bahwa :mengapa cuma memandang Rasulullah selama berpoligami? Mengapa tidak memandang beliau ketika 28 tahun bersama khadijah? Pernah saya membaca tulisan seseorang di socmed mencantumkan ini :

Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibn Majah. Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad SAW, akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: "Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga." (Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026).

Sama dengan Nabi yang berbicara tentang Fathimah, hampir setiap orangtua tidak akan rela jika putrinya dimadu. Seperti dikatakan Nabi, poligami akan menyakiti hati perempuan, dan juga menyakiti hati orangtuanya.

Jika pernyataan Nabi ini dijadikan dasar, maka bisa dipastikan yang sunah justru adalah tidak mempraktikkan poligami karena itu yang tidak dikehendaki Nabi. Dan, Ali bin Abi Thalib RA sendiri tetap bermonogami sampai Fathimah RA wafat.


Atau sebuah kutipan yang saya ambil dari seorang penulis buku religius :

Tiga dari 5 lelaki utama ummat ini (Muhammad, 'Utsman, 'Ali) tidak mempoligami isteri pertama. Dua yang lain ya. Jadi silakan pilih sikap
(Salim A. Fillah, penulis*)


Dari keseluruhan isinya, novel ini benar-benar saya rekomendasikan untuk ditilik, terutama bagi kaum adam. Seperti halnya Dewie Sekar, ingin rasanya saya 'mewajibkan' mereka untuk membaca kisah ini.

Note : Buku yang ingin saya baca bertopik Fraud and Examination. Susah sekali nemunya... Untuk buku fiksi, sudah lama saya ingin membaca serial Glam Girls... terlihat menarik namun saya lebih sering mengutamakan buku lain yang lebih penting dan dibutuhkan daripada itu :P


* dengan sedikit perubahan kutipan karena diambil dari salah satu statusnya di socialmedia.

Dalam rangka menyemarakkan pesta  Kita Berbagi seorang calon ibu. (http://cyberdreambox.blogspot.com/2011/04/kita-berbagi.html)
Next Page Home