Ya?
Samar-samar alunan latar lagu Mocca..
I remember,
The way you glanced at me, yes I remember..
When we caught a shooting star,
yes I remember..
When we were dancing in the rain in that December...
And the way you smile at me,
yes I remember....
Emang kita pernah main ujan bareng?
Aku mengawang rautmu yang menanya sementara menahan senyum, jawaban ini akan panjang. Aku tahu kamu tahu, atau kamu pura-pura lupa?
Tidak Kekasih.., kita tidak pernah main hujan bareng. Tapi kita pernah mandi bintang bersama waktu bulan kepingin muncul. Dan pernah ada waktu saat cuma kamu, aku.... kita, perjalanan, pagi, macet..
Aku suka perjalanan ketika hari masih menyisa gelap, kurasa kamu juga.. ya kan?
Meskipun bolak-balik aku perlu berlindung di saku jaketmu, alih-alih mengusir dingin.. aku malah merasa lebih dingin.. dingin yang tentu saja dalam artian lain..
Kekasih..
Desember bukan saat kita main hujan, kamu tahu kan hujan bulan Desember sekarang jadi sedikit? Entah apa yang terjadi dengan musim. Oh ya, tapi bulan Desember adalah saat kamu berucap satu janji kapan waktu untuk suatu saat menjelma lengkap. Mumpung sekarang ada kamu, mumpung aku belum lupa.. jadi aku bisa bilang tidak usah. Aku terlalu muluk waktu itu, dan kamu terlalu pemurah untuk berkata akan mengabulkan mintaku.
Kekasih, selayaknya ini terlalu sederhana sebenarnya.. Tapi aku, kamu, kita... membuat ini begitu rumit sampai rasanya sulit diurai. Oh bukan, sebenarnya bukan kamu yang membuat ini jadi rumit dan payah selayak butiran manik kalung yang terserabut burai. Tapi aku... aku sendiri yang berkutat dengan resahku.
Kekasih, bulan desember sudah usai kemarin.. aku tahu janjimu juga belum lagi usang. Tapi lagi-lagi mumpung kamu sekarang mendengar. Mungkin baiknya tidak perlu. Aku tidak mau, lagi-lagi melihatmu pergi dan membalikkan punggung. Lantas aku hanya bisa meniti bidang punggungmu yang menjauh. Mengukur senti demi senti atau meter, aku tidak mau lagi kamu datang untuk pergi. Egois memang.
Aku rumit ya?
Memang, kamu sangat rumit. Sampai kadang aku tidak tahu bagaimana cara terbaik mengertimu. Jadi sekarang, kamu ingin apa?
Mauku? Apa mauku?
Aku.. aku.. Maaf sungguh akupun tidak tahu apa mauku. D
an kemudian aku diam. Lama. Tak habis mengerti akan isi pikiranku sendiri. Kamu juga ikut diam, lama. Sama lamanya denganku sampai aku sadar.. jeda ini beranak pinak hampa, bercucu pekat.
Kekasih, akhirnya aku mau tahu jawab tanya ini.. Tentang hal-hal yang pernah kuceritakan.
Apa kamu lupa?
Ah benar.. kamu lupa..
Tak apa asal kamu tidak lupa aku, atau aku pun kamu juga lupa?
Itu juga tidak apa-apa.
Satu waktu aku bertanya apa kamu berhasil dengar benar-benar? Atau cuma aku...
Lagi-lagi berhalusinasi kamu sedang ada disana.
Mendengar.
Menitip rindu pada angin buatku.
~oOo~
special dedicated for Mbak Jingga Rosti Sulanjari, yang notesnya berakhir pada kalimat ukuran large kedua dan begitu berhasil menggelitiki saya untuk melanjutkan :) semoga lanjutan yang saya tulis ngga mengecewakan yang bikin konsep awal ya..
dan Mbak Senja , Mbak Kuya (aku pilih satu aja ya mbak soalnya banyak banget) juga Elyas yang udah ngasih award. Dan maaf karena awardnya saya kecilin ya..